- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[RAMALAN] Indonesia Baru
TS
zhijian
[RAMALAN] Indonesia Baru
Kisah yang tertulis di bawah ini adalah kisah nyata seorang cenayang yang mampu meramalkan berbagai kejadian di masa depan melalui kemampuan penerawangannya yang mumpuni.
Spoiler for :
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, saya mencoba mematuhi hukum di negara kita. Hukum tertinggi di negara kita yang harus menjadi rujukan bagi siapapun yang tinggal di negara ini adalah UUD 45. Dalam pasal 28 Ayat 3 UUD 1945, telah dijelaskan bahwa setiap orang berhak menyatakan pendapat. Itu artinya saya sebagai warga negara Indonesia yang baik pun berhak berpendapat mengenai apa yang kini terlintas dalam pikiranku, meskipun hal tersebut berpotensi untuk menjadi kontroversial. Namun selama hal itu hanya sebatas wacana, sepertinya memang tidak perlu dikhawatirkan terlalu dalam.
Semua ini bermula pada sore hari yang cukup membosankan. Angka waktu di layar Blackberry milikku sudah menunjukkan pukul 5.50 petang. Matahari sudah mulai masuk ke peraduannya. Cuaca cukup sejuk karena hujan rintik-rintik telah berlalu beberapa menit yang lalu. Awan gelap masih terus menyelimuti langit BSD. Di sela-sela kegiatan rutinku bermain game online di komputer dan mengulik social media di internet, aku banyak berimajinasi sambil melangkahkan kaki ke sekeliling ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang masak di rumahku. Tujuanku sederhana: aku ingin menjadi tuan bagi duniaku sendiri.
Belum lama aku mengulik dan membaca berita di suatu website bahwa banjir tengah mengancam kota Jakarta karena hujan deras yang berlangsung selama 2 hari berturut-turut. Aku pun melangkahkan kaki keluar dari kamarku tempat aku menuntut ilmu secara online, menuju ke ruang keluarga yang terletak di tengah-tengah rumahku, lalu berjalan terus hingga diriku tiba di ruang masak yang agak gelap. Sekejap kulihat kehadiran sosok penunggu gaib rumahku: seorang wanita muda berpakaian putih, berambut panjang layaknya Sadako, dan bermuka datar yang kerap berdiri di luar jendela ruang masak.
Namun aku tidak pernah takut. Aku sudah biasa berada di sekitarnya. Mungkin juga aku merasa yakin akan kebaikannya karena dia bahkan tidak pernah takut oleh suara adzan maghrib yang selalu diperdengarkan dari sebuah masjid di dekat rumahku. Dalam perlindungan sang sosok gaib, aku mulai banyak berimajinasi. Awalnya, aku berimajinasi mengenai rumahku yang dapat direnovasi menjadi sebuah rumah yang jauh lebih mewah, bersih, dan rapi. Namun lama-kelamaan, imajinasiku berkembang lebih luas lagi. Bukan hanya rumah yang kupikirkan, namun juga negara tempat aku hidup.
Setibanya di ruang tamu yang sangat terang, imajinasiku telah berkembang dengan sangat pesat mengenai sebuah negara Indonesia di masa depan. Namun aku tetap tidak menghentikan laju angan-anganku. Dengan kesadaran penuh, kukembangkan lagi laju angan-anganku hingga semakin detil dan rumit.
Ibukota negara ini sudah tidak lagi berada di Jakarta, yang mana sebanyak 2/3 wilayahnya sudah tergenang air secara permanen dan berubah fungsi menjadi sebuah kota wisata terapung macam Venesia. Ibukota negara telah berada di Pontianak, sebuah kota kecil di Pulau Kalimantan yang hingga tahun 2040 pun masih dikategorikan terbelakang, namun sejak dijadikan ibukota pada tahun 2044, pembangunan besar-besaran terjadi di sana yang menyebabkan kota tersebut berubah menjadi seperti Dubai hanya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Namanya pun diubah dari Pontianak, yang berasal dari kata "kuntilanak" menjadi Khuntien.
Konon pada masa itu, Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden yang berasal dari etnis minoritas. Muhammad Lukas Paramitha namanya. Dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga keturunan Tionghoa yang miskin pada tahun 1986, beliau menuntut ilmu di sebuah sekolah negeri terkemuka di Pontianak, di mana akhirnya dia mengenal agama Islam dan menjadi mualaf. Ayahnya yang beragama Buddha dan ibunya yang beragama Katholik meninggal ketika beliau masih merantau saat menuntut ilmu di Program Strata Satu Fakultas Ilmu Pemerintahan di Universitas Indonesia. Setelah lulus, beliau kembali ke Pontianak dan memperjuangkan hak-hak orang-orang miskin dan kelompok minoritas yang tertindas oleh orang-orang kaya dan kelompok mayoritas.
Perjuangannya membuahkan hasil dengan terpilihnya beliau sebagai gubernur Kalimantan Barat. Selama kekuasaannya, beliau banyak membangun sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik seperti jalan raya, jalan tol, bandara udara, dan pelabuhan baru. Pelayanan pendidikan dan kesehatan diberikan subsidi sebesar 80%, sehingga 60% rakyatnya terangkat dari lembah kemiskinan. Standar hidup, kekayaan wilayah, dan popularitas dirinya meningkat tajam hingga akhirnya beliau berhasil terpilih menjadi Presiden Indonesia periode 2044-2054. Partai Kesejahteraan Nasional yang didirikannya menjadi partai proletar yang berkuasa.
Pemerintahannya bersifat otoriter dan tegas, namun tetap toleran dan demokratis sampai batas tertentu. Rakyat dilindungi oleh hukum yang bersifat mengikat secara umum dan didukung oleh aparat keamanan. Kekuasaan polisi dan militer menjadi sangat kuat sehingga bayang-bayang Orde Baru kembali tercipta. Pasukan anti-teroris dan anti-subversif diciptakan sehingga menimbulkan ketakutan bagi kaum oposisi. Kedekatannya dengan Republik Rakyat China yang kini telah menjadi adidaya tunggal di muka bumi menimbulkan kengerian bagi para kapitalis Amerika, Eropa, dan Australia yang bersekongkol dengan sedikit koruptor yang tersisa di Indonesia.
Banyak yang menyerukan, "Presiden Paramitha harus turun karena mengekang kebebasan rakyat!"
Namun lebih banyak yang membalasnya, "Presiden Paramitha membawa kemakmuran bagi rakyat!"
Meskipun kaum kapitalis menganggapnya sebagai antagonis yang mengekang kebebasan rakyat, namun kaum proletar menganggapnya sebagai pahlawan yang membawa kemakmuran bagi rakyat. Seluruh perusahaan asing yang ada di Indonesia diberikan ultimatum untuk meninggalkan negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dalam waktu 2 bulan apabila tidak mampu untuk melakukan pengalihan teknologi, keahlian, dan modal kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Di bawah ancaman Polri, TNI, dan Kopassus, serta adanya hubungan erat antara beliau dengan Republik Rakyat China, maka satu per satu perusahaan asing mulai memberikan kedaulatan ekonomi kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Tidak hanya berhenti di situ, banyak pengusaha Indonesia yang kompak membeli sebagian besar saham perusahaan-perusahaan asing tersebut.
Sang Saka Merah Putih pun berkibar di seluruh perusahaan asing di Indonesia, menggantikan bendera-bendera Amerika, Inggris, Perancis, dan negara-negara lainnya. Pada saat itu pula, Indonesia dianggap oleh dunia internasional sebagai pemain politik, ekonomi, dan budaya yang paling utama di kawasan Asia Tengara. SEAU (South East Asian Union) yang telah berlangsung dari tahun 2030 akhirnya membawa dampak positif bagi Indonesia. Banyak sekali orang Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina yang bekerja mencari nafkah di Indonesia seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pemerintah dan swasta Indonesia yang dibangun.
Sebanyak 50% rakyat Indonesia terangkat dari bawah garis kemiskinan selama beliau berkuasa. Kota-kota seperti Jayapura dan Tanjungselor yang dulunya hanya dipandang seperti desa besar, kini berubah menjadi kota-kota yang modern dengan gedung-gedung pencakar langit yang cukup banyak. Namun, meskipun kota-kota di wilayah timur Indonesia sudah mulai berkembang pesat, namun kota-kota di wilayah barat Indonesia sudah jauh lebih pesat lagi. Ketimpangan sosial yang cukup signifikan antara masyarakat yang hidup di wilayah barat dan timur Indonesia masih menjadi isu politik yang hangat diperbincangkan untuk menggoyang para penguasa.
Toleransi antar umat beragama dan kelompok etnis menjadi salah satu prioritas utama yang menjadi agenda beliau dalam mengkonsolidasikan seluruh elemen bangsa menjadi suatu kekuatan kohesif yang mampu memperkuat aspek politik, ekonomi, dan budaya Indonesia. Nama sang presiden terdiri atas 3 nama yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda - Muhammad dari agama Islam, Lukas dari agama Katholik, dan Paramitha dari agama Buddha. Lingkungan tempat beliau dilahirkan dan dibesarkan didominasi oleh etnis minoritas, sementara agama yang dianutnya merupakan agama mayoritas. Hal tersebut membuat pemikirannya jauh lebih pluralis terhadap keberagaman yang ada di negara ini. Alih-alih menganggap perbedaan sebagai masalah, beliau malah memanfaatkan perbedaan tersebut menjadi sebuah modal utama bagi bangsa ini.
Kelompok-kelompok radikal seperti FPI (Front Pembela Islam) dan juga kelompok-kelompok teroris seperti JI (Jemaah Islamiyah) tidak lagi dapat eksis di Indonesia. Para pimpinannya telah dieksekusi mati oleh pemerintah, sementara para pengikutnya telah ditangkap dan dimasukkan kamp re-edukasi untuk dididik kembali mengenai makna agama yang sesungguhnya. Sebagian pengikut yang masih bertahan dengan ideologi kebencian mereka juga telah dipenjara seumur hidup sebagai peringatan akan bahaya laten Wahabisme yang merasuki masyarakat. Para pemuka agama yang sesat juga sudah ditangkap dan dimasukkan kamp re-edukasi.
Menurut sensus terakhir, diketahui rakyat Indonesia telah berjumlah 350 juta jiwa.
Berdasarkan agama, rakyat Indonesia terbagi atas:
- 60% umat Islam
- 20% umat Buddha
- 10% umat Nasrani
- 5% umat Hindu
- 2.5% umat Konghucu
- 2.5% umat Yahudi
Secara etnis, rakyat Indonesia terdiri atas:
- 70% etnis Melayu
- 15% etnis China
- 5% etnis India
- 5% etnis Arab
- 2.5% etnis Yahudi
- 2.5% etnis kulit putih
Meskipun konflik-konflik kecil antarumat beragama dan antarkelompok etnis tetap saja bermunculan karena perbedaan pendapat dan perilaku, namun secara keseluruhan, kerusuhan tidak pernah terjadi sama sekali. Keharmonisan dijaga melalui propaganda-propaganda yang dilancarkan oleh pemerintah melalui billboard, pamflet, televisi, radio, maupun social media, serta juga dilindungi oleh polisi dan militer yang didukung oleh BIN (Badan Intelijen Nasional). Masjid, vihara, gereja, pura, kelenteng, dan sinagog dapat ditemui dalam lokasi-lokasi yang saling berdekatan antara satu sama lain di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Korupsi tidak lagi menjadi masalah berarti karena KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) telah menjadi institusi sekaliber FPI, CIA, dan NSA di Amerika Serikat yang diberikan kewenangan penuh untuk mempertahankan keamanan nasional melalui kegiatan penyadapan, pelacakan, penangkapan, pengadilan, dan operasi-operasi anti-korupsi yang khusus. Ratusan koruptor kelas kakap telah ditangkap, diproses secara hukum, dan dieksekusi mati, sementara ribuan koruptor kelas teri telah dipenjara seumur hidup di Penjara Pulau Seribu yang dikenal sebagai penjara dengan sistem pengamanan paling canggih, ketat, dan brutal di seantero Asia Tenggara.
Masalah nasional beralih dari korupsi dan kemiskinan, menuju pembangunan dan kedaulatan.
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) dibangun di setiap pulau besar dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan listrik rakyat Indonesia yang kini sangat masif. Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua masing-masing memiliki sebuah PLTN. Hanya Pulau Kalimantan yang memiliki 2 buah PLTN karena pulau itu dianggap paling aman dari gempa bumi maupun gunung berapi. Sebuah pulau kecil tak berpenghuni di Kepulauan Maluku menjadi tempat dibangunnya PLTK (Pembangkit Listrik Tenaga Kosmik) yang berfungsi untuk menyerap energi kosmik dan mengubahnya menjadi listrik yang disalurkan ke seluruh negara di Asia Tenggara.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan negara-negara ASEAN, Republik Rakyat China, dan Federasi Rusia untuk membangun rangkaian jalan tol 10 lajur yang menyambung dari benua Asia kemudian melintasi Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan berakhir di Pulau Flores. Total lebih dari 60.000 kilometer jalan tol baru dibangun di seluruh pulau di Indonesia, termasuk di Papua yang telah disulap menjadi wilayah urban. Beberapa jembatan di atas laut dan terowongan bawah laut dibangun di antara pulau-pulau besar di Indonesia, sehingga wilayah Indonesia yang terpisahkan oleh lautan menjadi terasa semakin sempit.
Tetapi bagaikan gula yang manis mengundang semut yang banyak, maka demikian pula dengan Indonesia. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia yang merasa kehilangan investasi berharganya di negara ini mulai banyak membangun pangkalan militer di sekitar Indonesia untuk menekan negara ini agar kembali bersahabat dengan negara-negara barat. Singapura dan Filipina telah menyewakan sebagian wilayahnya ke Amerika Serikat untuk dijadikan pangkalan militer. Malaysia dan Thailand telah mempersilakan pulau-pulau di wilayahnya dijadikan pangkalan militer Uni Eropa. Sementara itu, sebagian Timor Timur, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon yang mengalami kebangkrutan telah menjual wilayahnya ke Australia untuk dijadikan pangkalan militer.
Pada tahun 2052, Indonesia dikepung oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia dari segala sisi...
Akan tetapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebab Indonesia menguasai jalur perdagangan dunia melalui pengendalian Selat Malaka, ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) I, II, dan III dengan angkatan lautnya yang kuat dan angkatan udaranya yang mumpuni, serta angkatan daratnya yang selalu siaga mengamankan kota-kota dari ancaman. Indonesia memiliki 1.500.000 tentara terlatih, 2000 pasukan khusus, 1200 panser canggih, 1000 tank tempur, 800 artileri jarak jauh, 600 pesawat tempur, dan 400 kapal perang, 200 kapal selam, serta 2 buah kapal induk yang dapat mengangkut puluhan pesawat tempur. Kapal induk KRI Krakatau bertugas menjaga perairan barat, sementara kapal induk KRI Tambora bertugas menjaga perairan timur. Sebuah pangkalan rudal yang terdapat di dasar Laut Maluku dapat meluncurkan rudal yang dapat menjangkau pantai barat Amerika Serikat.
Dengan demikian, negara-negara barat akan berpikir dua kali untuk kembali menjajah Indonesia...
Ah, ada-ada saja aku ini.
Jam di dinding menunjukkan pukul 5:55 petang. Suara adzan maghrib sudah berakhir beberapa waktu yang lalu, hanya menyisakan suara kucuran air di kolam ikan rumahku yang sepanjang waktu mengalir. Sambil menduduki sofa di ruang tamu, aku pun menyadari bahwa semua yang ada dipikiranku itu hanyalah angan-anganku, imajinasiku, dan harapanku akan Indonesia yang ingin kulihat selama ini. Sebuah Indonesia yang mandiri, makmur, kuat, dan juga ditakuti oleh negara-negara barat, bukannya sebuah Indonesia yang terjajah, miskin, lemah, dan bahkan dipermainkan oleh negara-negara tetangganya seperti yang terjadi saat ini. Tentu saja semua yang kutulis di atas belum mencakup semua hal yang ingin kulihat dari Indonesia Baru itu, tetapi minimal aku dapat membagikannya kepadamu meski sedikit. Hanya dalam waktu kurang dari 10 menit saja, aku dapat menjadi tuan bagi duniaku sendiri - sebuah dunia yang menurutku ideal.
Semoga dengan peranku sebagai guru di masa kini, aku dapat mendidik generasi muda kita agar mereka dapat mewujudkan impian-impianku atas Indonesia Baru yang hebat seperti itu. Tentu saja tidak mudah, tetapi...bisa!
Semua ini bermula pada sore hari yang cukup membosankan. Angka waktu di layar Blackberry milikku sudah menunjukkan pukul 5.50 petang. Matahari sudah mulai masuk ke peraduannya. Cuaca cukup sejuk karena hujan rintik-rintik telah berlalu beberapa menit yang lalu. Awan gelap masih terus menyelimuti langit BSD. Di sela-sela kegiatan rutinku bermain game online di komputer dan mengulik social media di internet, aku banyak berimajinasi sambil melangkahkan kaki ke sekeliling ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang masak di rumahku. Tujuanku sederhana: aku ingin menjadi tuan bagi duniaku sendiri.
Belum lama aku mengulik dan membaca berita di suatu website bahwa banjir tengah mengancam kota Jakarta karena hujan deras yang berlangsung selama 2 hari berturut-turut. Aku pun melangkahkan kaki keluar dari kamarku tempat aku menuntut ilmu secara online, menuju ke ruang keluarga yang terletak di tengah-tengah rumahku, lalu berjalan terus hingga diriku tiba di ruang masak yang agak gelap. Sekejap kulihat kehadiran sosok penunggu gaib rumahku: seorang wanita muda berpakaian putih, berambut panjang layaknya Sadako, dan bermuka datar yang kerap berdiri di luar jendela ruang masak.
Namun aku tidak pernah takut. Aku sudah biasa berada di sekitarnya. Mungkin juga aku merasa yakin akan kebaikannya karena dia bahkan tidak pernah takut oleh suara adzan maghrib yang selalu diperdengarkan dari sebuah masjid di dekat rumahku. Dalam perlindungan sang sosok gaib, aku mulai banyak berimajinasi. Awalnya, aku berimajinasi mengenai rumahku yang dapat direnovasi menjadi sebuah rumah yang jauh lebih mewah, bersih, dan rapi. Namun lama-kelamaan, imajinasiku berkembang lebih luas lagi. Bukan hanya rumah yang kupikirkan, namun juga negara tempat aku hidup.
Setibanya di ruang tamu yang sangat terang, imajinasiku telah berkembang dengan sangat pesat mengenai sebuah negara Indonesia di masa depan. Namun aku tetap tidak menghentikan laju angan-anganku. Dengan kesadaran penuh, kukembangkan lagi laju angan-anganku hingga semakin detil dan rumit.
Ibukota negara ini sudah tidak lagi berada di Jakarta, yang mana sebanyak 2/3 wilayahnya sudah tergenang air secara permanen dan berubah fungsi menjadi sebuah kota wisata terapung macam Venesia. Ibukota negara telah berada di Pontianak, sebuah kota kecil di Pulau Kalimantan yang hingga tahun 2040 pun masih dikategorikan terbelakang, namun sejak dijadikan ibukota pada tahun 2044, pembangunan besar-besaran terjadi di sana yang menyebabkan kota tersebut berubah menjadi seperti Dubai hanya dalam waktu kurang dari 10 tahun. Namanya pun diubah dari Pontianak, yang berasal dari kata "kuntilanak" menjadi Khuntien.
Konon pada masa itu, Indonesia dipimpin oleh seorang Presiden yang berasal dari etnis minoritas. Muhammad Lukas Paramitha namanya. Dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga keturunan Tionghoa yang miskin pada tahun 1986, beliau menuntut ilmu di sebuah sekolah negeri terkemuka di Pontianak, di mana akhirnya dia mengenal agama Islam dan menjadi mualaf. Ayahnya yang beragama Buddha dan ibunya yang beragama Katholik meninggal ketika beliau masih merantau saat menuntut ilmu di Program Strata Satu Fakultas Ilmu Pemerintahan di Universitas Indonesia. Setelah lulus, beliau kembali ke Pontianak dan memperjuangkan hak-hak orang-orang miskin dan kelompok minoritas yang tertindas oleh orang-orang kaya dan kelompok mayoritas.
Perjuangannya membuahkan hasil dengan terpilihnya beliau sebagai gubernur Kalimantan Barat. Selama kekuasaannya, beliau banyak membangun sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik seperti jalan raya, jalan tol, bandara udara, dan pelabuhan baru. Pelayanan pendidikan dan kesehatan diberikan subsidi sebesar 80%, sehingga 60% rakyatnya terangkat dari lembah kemiskinan. Standar hidup, kekayaan wilayah, dan popularitas dirinya meningkat tajam hingga akhirnya beliau berhasil terpilih menjadi Presiden Indonesia periode 2044-2054. Partai Kesejahteraan Nasional yang didirikannya menjadi partai proletar yang berkuasa.
Pemerintahannya bersifat otoriter dan tegas, namun tetap toleran dan demokratis sampai batas tertentu. Rakyat dilindungi oleh hukum yang bersifat mengikat secara umum dan didukung oleh aparat keamanan. Kekuasaan polisi dan militer menjadi sangat kuat sehingga bayang-bayang Orde Baru kembali tercipta. Pasukan anti-teroris dan anti-subversif diciptakan sehingga menimbulkan ketakutan bagi kaum oposisi. Kedekatannya dengan Republik Rakyat China yang kini telah menjadi adidaya tunggal di muka bumi menimbulkan kengerian bagi para kapitalis Amerika, Eropa, dan Australia yang bersekongkol dengan sedikit koruptor yang tersisa di Indonesia.
Banyak yang menyerukan, "Presiden Paramitha harus turun karena mengekang kebebasan rakyat!"
Namun lebih banyak yang membalasnya, "Presiden Paramitha membawa kemakmuran bagi rakyat!"
Meskipun kaum kapitalis menganggapnya sebagai antagonis yang mengekang kebebasan rakyat, namun kaum proletar menganggapnya sebagai pahlawan yang membawa kemakmuran bagi rakyat. Seluruh perusahaan asing yang ada di Indonesia diberikan ultimatum untuk meninggalkan negara Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dalam waktu 2 bulan apabila tidak mampu untuk melakukan pengalihan teknologi, keahlian, dan modal kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Di bawah ancaman Polri, TNI, dan Kopassus, serta adanya hubungan erat antara beliau dengan Republik Rakyat China, maka satu per satu perusahaan asing mulai memberikan kedaulatan ekonomi kepada pemerintah dan rakyat Indonesia. Tidak hanya berhenti di situ, banyak pengusaha Indonesia yang kompak membeli sebagian besar saham perusahaan-perusahaan asing tersebut.
Sang Saka Merah Putih pun berkibar di seluruh perusahaan asing di Indonesia, menggantikan bendera-bendera Amerika, Inggris, Perancis, dan negara-negara lainnya. Pada saat itu pula, Indonesia dianggap oleh dunia internasional sebagai pemain politik, ekonomi, dan budaya yang paling utama di kawasan Asia Tengara. SEAU (South East Asian Union) yang telah berlangsung dari tahun 2030 akhirnya membawa dampak positif bagi Indonesia. Banyak sekali orang Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina yang bekerja mencari nafkah di Indonesia seiring dengan semakin banyaknya perusahaan pemerintah dan swasta Indonesia yang dibangun.
Sebanyak 50% rakyat Indonesia terangkat dari bawah garis kemiskinan selama beliau berkuasa. Kota-kota seperti Jayapura dan Tanjungselor yang dulunya hanya dipandang seperti desa besar, kini berubah menjadi kota-kota yang modern dengan gedung-gedung pencakar langit yang cukup banyak. Namun, meskipun kota-kota di wilayah timur Indonesia sudah mulai berkembang pesat, namun kota-kota di wilayah barat Indonesia sudah jauh lebih pesat lagi. Ketimpangan sosial yang cukup signifikan antara masyarakat yang hidup di wilayah barat dan timur Indonesia masih menjadi isu politik yang hangat diperbincangkan untuk menggoyang para penguasa.
Toleransi antar umat beragama dan kelompok etnis menjadi salah satu prioritas utama yang menjadi agenda beliau dalam mengkonsolidasikan seluruh elemen bangsa menjadi suatu kekuatan kohesif yang mampu memperkuat aspek politik, ekonomi, dan budaya Indonesia. Nama sang presiden terdiri atas 3 nama yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda - Muhammad dari agama Islam, Lukas dari agama Katholik, dan Paramitha dari agama Buddha. Lingkungan tempat beliau dilahirkan dan dibesarkan didominasi oleh etnis minoritas, sementara agama yang dianutnya merupakan agama mayoritas. Hal tersebut membuat pemikirannya jauh lebih pluralis terhadap keberagaman yang ada di negara ini. Alih-alih menganggap perbedaan sebagai masalah, beliau malah memanfaatkan perbedaan tersebut menjadi sebuah modal utama bagi bangsa ini.
Kelompok-kelompok radikal seperti FPI (Front Pembela Islam) dan juga kelompok-kelompok teroris seperti JI (Jemaah Islamiyah) tidak lagi dapat eksis di Indonesia. Para pimpinannya telah dieksekusi mati oleh pemerintah, sementara para pengikutnya telah ditangkap dan dimasukkan kamp re-edukasi untuk dididik kembali mengenai makna agama yang sesungguhnya. Sebagian pengikut yang masih bertahan dengan ideologi kebencian mereka juga telah dipenjara seumur hidup sebagai peringatan akan bahaya laten Wahabisme yang merasuki masyarakat. Para pemuka agama yang sesat juga sudah ditangkap dan dimasukkan kamp re-edukasi.
Menurut sensus terakhir, diketahui rakyat Indonesia telah berjumlah 350 juta jiwa.
Berdasarkan agama, rakyat Indonesia terbagi atas:
- 60% umat Islam
- 20% umat Buddha
- 10% umat Nasrani
- 5% umat Hindu
- 2.5% umat Konghucu
- 2.5% umat Yahudi
Secara etnis, rakyat Indonesia terdiri atas:
- 70% etnis Melayu
- 15% etnis China
- 5% etnis India
- 5% etnis Arab
- 2.5% etnis Yahudi
- 2.5% etnis kulit putih
Meskipun konflik-konflik kecil antarumat beragama dan antarkelompok etnis tetap saja bermunculan karena perbedaan pendapat dan perilaku, namun secara keseluruhan, kerusuhan tidak pernah terjadi sama sekali. Keharmonisan dijaga melalui propaganda-propaganda yang dilancarkan oleh pemerintah melalui billboard, pamflet, televisi, radio, maupun social media, serta juga dilindungi oleh polisi dan militer yang didukung oleh BIN (Badan Intelijen Nasional). Masjid, vihara, gereja, pura, kelenteng, dan sinagog dapat ditemui dalam lokasi-lokasi yang saling berdekatan antara satu sama lain di hampir seluruh wilayah Indonesia.
Korupsi tidak lagi menjadi masalah berarti karena KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) telah menjadi institusi sekaliber FPI, CIA, dan NSA di Amerika Serikat yang diberikan kewenangan penuh untuk mempertahankan keamanan nasional melalui kegiatan penyadapan, pelacakan, penangkapan, pengadilan, dan operasi-operasi anti-korupsi yang khusus. Ratusan koruptor kelas kakap telah ditangkap, diproses secara hukum, dan dieksekusi mati, sementara ribuan koruptor kelas teri telah dipenjara seumur hidup di Penjara Pulau Seribu yang dikenal sebagai penjara dengan sistem pengamanan paling canggih, ketat, dan brutal di seantero Asia Tenggara.
Masalah nasional beralih dari korupsi dan kemiskinan, menuju pembangunan dan kedaulatan.
PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) dibangun di setiap pulau besar dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan listrik rakyat Indonesia yang kini sangat masif. Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua masing-masing memiliki sebuah PLTN. Hanya Pulau Kalimantan yang memiliki 2 buah PLTN karena pulau itu dianggap paling aman dari gempa bumi maupun gunung berapi. Sebuah pulau kecil tak berpenghuni di Kepulauan Maluku menjadi tempat dibangunnya PLTK (Pembangkit Listrik Tenaga Kosmik) yang berfungsi untuk menyerap energi kosmik dan mengubahnya menjadi listrik yang disalurkan ke seluruh negara di Asia Tenggara.
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan negara-negara ASEAN, Republik Rakyat China, dan Federasi Rusia untuk membangun rangkaian jalan tol 10 lajur yang menyambung dari benua Asia kemudian melintasi Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan berakhir di Pulau Flores. Total lebih dari 60.000 kilometer jalan tol baru dibangun di seluruh pulau di Indonesia, termasuk di Papua yang telah disulap menjadi wilayah urban. Beberapa jembatan di atas laut dan terowongan bawah laut dibangun di antara pulau-pulau besar di Indonesia, sehingga wilayah Indonesia yang terpisahkan oleh lautan menjadi terasa semakin sempit.
Tetapi bagaikan gula yang manis mengundang semut yang banyak, maka demikian pula dengan Indonesia. Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia yang merasa kehilangan investasi berharganya di negara ini mulai banyak membangun pangkalan militer di sekitar Indonesia untuk menekan negara ini agar kembali bersahabat dengan negara-negara barat. Singapura dan Filipina telah menyewakan sebagian wilayahnya ke Amerika Serikat untuk dijadikan pangkalan militer. Malaysia dan Thailand telah mempersilakan pulau-pulau di wilayahnya dijadikan pangkalan militer Uni Eropa. Sementara itu, sebagian Timor Timur, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon yang mengalami kebangkrutan telah menjual wilayahnya ke Australia untuk dijadikan pangkalan militer.
Pada tahun 2052, Indonesia dikepung oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Australia dari segala sisi...
Akan tetapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan sebab Indonesia menguasai jalur perdagangan dunia melalui pengendalian Selat Malaka, ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) I, II, dan III dengan angkatan lautnya yang kuat dan angkatan udaranya yang mumpuni, serta angkatan daratnya yang selalu siaga mengamankan kota-kota dari ancaman. Indonesia memiliki 1.500.000 tentara terlatih, 2000 pasukan khusus, 1200 panser canggih, 1000 tank tempur, 800 artileri jarak jauh, 600 pesawat tempur, dan 400 kapal perang, 200 kapal selam, serta 2 buah kapal induk yang dapat mengangkut puluhan pesawat tempur. Kapal induk KRI Krakatau bertugas menjaga perairan barat, sementara kapal induk KRI Tambora bertugas menjaga perairan timur. Sebuah pangkalan rudal yang terdapat di dasar Laut Maluku dapat meluncurkan rudal yang dapat menjangkau pantai barat Amerika Serikat.
Dengan demikian, negara-negara barat akan berpikir dua kali untuk kembali menjajah Indonesia...
Ah, ada-ada saja aku ini.
Jam di dinding menunjukkan pukul 5:55 petang. Suara adzan maghrib sudah berakhir beberapa waktu yang lalu, hanya menyisakan suara kucuran air di kolam ikan rumahku yang sepanjang waktu mengalir. Sambil menduduki sofa di ruang tamu, aku pun menyadari bahwa semua yang ada dipikiranku itu hanyalah angan-anganku, imajinasiku, dan harapanku akan Indonesia yang ingin kulihat selama ini. Sebuah Indonesia yang mandiri, makmur, kuat, dan juga ditakuti oleh negara-negara barat, bukannya sebuah Indonesia yang terjajah, miskin, lemah, dan bahkan dipermainkan oleh negara-negara tetangganya seperti yang terjadi saat ini. Tentu saja semua yang kutulis di atas belum mencakup semua hal yang ingin kulihat dari Indonesia Baru itu, tetapi minimal aku dapat membagikannya kepadamu meski sedikit. Hanya dalam waktu kurang dari 10 menit saja, aku dapat menjadi tuan bagi duniaku sendiri - sebuah dunia yang menurutku ideal.
Semoga dengan peranku sebagai guru di masa kini, aku dapat mendidik generasi muda kita agar mereka dapat mewujudkan impian-impianku atas Indonesia Baru yang hebat seperti itu. Tentu saja tidak mudah, tetapi...bisa!
Demikianlah hasil penerawangan cenayang tersebut terhadap sebuah negara kepulauan di garis khatulistiwa yang disebutnya sebagai Indonesia Baru. Namun bagaimanapun, sebuah ramalan harus didukung oleh keadaan lingkungan sekitarnya, terutama oleh manusia-manusianya agar dapat terwujud. Salah satu syarat terwujudnya ramalan ini adalah...
Spoiler for :
ANDA SENDIRI
"Bagaimana mungkin?"
"Malah sangat mungkin!"
Anda dapat mulai mengubah diri menjadi pribadi yang memiliki ciri-ciri:
J U J U R
D I S I P L I N
I N T E G R I T A S
B E R S I H
H O R M A T
P E D U L I
Mulailah dari diri sendiri. Kemudian, keluarga akan terdidik. Lalu, masyarakat akan berubah menjadi lebih baik. Akhirnya, masyarakat yang baik akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang baik, dan mereka akan mengubah bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang terhormat di mata dunia.
Apabila syarat-syarat itu telah terpenuhi, maka dapat dipastikan ramalan di atas dapat menjadi sebuah kenyataan. Namun apabila syarat-syarat itu belum terpenuhi, maka akan mustahil ramalan tersebut terwujud.
Apakah mustahil?
Tentu tidak!
Malah sudah ada contoh-contoh nyata dari negara-negara yang bisa bangkit dalam waktu kurang dari 50 tahun, yaitu:
China mengalami Revolusi Kebudayaan yang membunuh jutaan orang.
Korea mengalami Perang Korea yang memecah negara itu menjadi dua.
Jepang dihancurkan oleh dua buah bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Namun dalam waktu kurang dari 50 tahun, mereka dapat menjadi bangsa yang berkembang pesat, maju, terpandang, dan disegani di mata dunia, bahkan ditakuti oleh bangsa-bangsa barat.
Apakah kita bisa menjadi seperti mereka?
Mata mereka dua, hidung mereka satu, telinga mereka dua, mulut mereka satu, darah sama-sama merah, tulang sama-sama putih.
Kalau mereka bisa, KITA PASTI BISA!
Marilah kita wujudkan ramalan itu bersama-sama!
0
2.9K
Kutip
11
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan