Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

firlyfauziAvatar border
TS
firlyfauzi
Dahlan Iskan Dan Terobosan Mewujudkan Swasembada Beras
Dahlan Iskan Dan Terobosan Mewujudkan Swasembada Beras



Nenek moyang kita beberapa abad yang lalu bekerja siang dan malam mencetak sawah. Mereka bekerja untuk memastikan anak cucu mereka berkecukupan pangan. Mereka menebang pohon-pohon untuk membersihkan hutan, lalu mencetak sawah dan membangun saluran-saluran irigasi. Semuanya dikerjakan dengan menggunakan peralatan seadanya. Hasilnya, menurut data Kementeriaan Pertanian, luas sawah di seluruh Indonesia mencapai 7,8 juta hektar.

Sampai tahun 1960-an, dengan jumlah penduduk masih sekitar 100 jutaan, hasil produksi beras dari sawah-sawah yang dicetak nenek moyang kita masih mencukupi untuk memberi makan seluruh penduduk Indonesia. Namun jumlah penduduk terus bertambah, sehingga kebutuhan terhadap beras meningkat.

Pada tahun 2013 ini jumlah penduduk Indonesia sudah menjadi 240 juta jiwa. Sementara itu, luas lahan persawahan bukannya bertambah, tetapi semakin berkurang. Setiap tahun, sekitar 100 ribu hektar lahan persawahan berganti fungsi menjadi lahan perumahan, perkantoran dan kawasan industri. Akibatnya terjadi defisit. Produksi beras tidak mencukupi lagi untuk seluruh rakyat Indonesia.

Dahlan Iskan, selaku Menteri BUMN merasa ikut bertanggung jawab terhadap masalah swasembada beras. Soalnya, Kementerian BUMN membawahi sejumlah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pertanian. Ada PT. Sang Hyang Seri, PT. Pertani, sejumlah BUMN produsen pupuk, dan PT. Bulog yang bergerak pada bidang pemasaran beras. Selain itu, Kementerian BUMN mem-punyai sejumlah BUMN bidang Karya yang seharusnya memiliki kemampuan teknis mencetak sawah dan membangun jaringan irigas. Ada pula BUMN bidang perbankan yang seharusnya bisa digerakkan untuk menyediakan pendanaan.

Yang pertama dilakukan Dahlan Iskan adalah mengoptimalkan peranan Bulog dalam membeli gabah dan beras dari sentra-sentra produksi. Dahlan menggenjot Bulog agar mampu menyediakan beras untuk menyangga stok beras nasional. Bulog harus terjun langsung membeli gabah dari petani, tidak lagi membeli dari para tengkulak. Karenanya sikap mental para karyawan Bulog harus diubah. Mereka harus siap dengan kultur kerja baru, yaitu bekerja siang dan malam mendatangi para petani yang sedang panen, tidak boleh lagi hanya menunggu.


Solusi kedua yang dilakukan Dahlan Iskan adalah menyatukan seluruh BUMN produsen pupuk dalam satu holding company, yang diberi nama PT. Pupuk Indonesia. Langkah itu disusul dengan membuat rayonisasi penyaluran pupuk. Dengan pendekatan tersebut, “perang” antar sesama BUMN pupuk tidak lagi terjadi. Distribusi penyaluran pupuk menjadi lebih lancar, tidak terjadi lagi kelangkaan pupuk pada saat memasuki musim tanam.

Dahlan Iskan memantau langsung pelaksanaan penyaluran pupuk tersebut sampai ke desa-desa untuk mendengar langsung keluhan dari petani. Tidak hanya sampai di sana, Dahlan dan para petinggi BUMN, bahkan ikut terjun langsung ke sawah bersama para petani untuk berburu tikus


Proyek Pencetakan Sawah 100 ribu Hektar

Dahlan Iskan berpendapat bahwa untuk memperkuat ketahanan pangan, khususnya beras, pencetakan sawah baru mutlak diperlukan. Untuk itu, Dahlan menyiapkan suatu proyek raksasa dalam bentuk kerja bareng BUMN, untuk mencetak 100 ribu hektar sawah baru. Dengan tambahan lahan persawahan baru tersebut akan dihasilkan sekitar 1 juta ton per tahun, dengan perhitungan dua kali panen dan produksi rata-rata 5 ton per hektar per panen.



engan hasil panen tersebut Pemerintah akan memiliki tambahan stok beras 1 juta ton sebagai penyangga jika terjadi kegagalan panen di sejumlah sentra padi. Jika ditambahkan dengan pengadaan beras oleh Bulog sekitar 3,5 juta ton setiap tahun, maka total stok beras yang dimiliki Pemerintah akan menjadi 4,5 juta ton. Dengan demikian, untuk beberapa tahun ke depan Indonesia diharapkan tidak perlu lagi mengimpor beras untuk keperluan cadangan stok beras nasional.

Dahlan Iskan tidak tidak main-main dengan program ini. Ia segera mengkoordinir perusahaan-perusahaan BUMN untuk menger-jakan proyek pencetakan sawah baru 100 ribu hektar tersebut. Dahlan menginginkan proyek ini dikerjakan secepatnya. Untuk itu Dahlan Iskan menetapkan PT. Sang Hiyang Seri, perusahaan BUMN yang bergerak pada pengadaan stok bibit padi sebagai penanggung jawab proyek.

PT. Pertani yang selama ini bisnisnya adalah dalam penyaluran pupuk, mendapatkan tugas dalam pengolahan padi paska panen. PT. Pupuk kebagian tugas dalam pengadaan pupuk. Sedangkan hasil panennya kelak akan ditampung seluruhnya oleh PT. Bulog Persero.

Lalu ada sejumlah BUMN yang membantu teknologi, seperti untuk land clearing dan penyiapan lahan (PT Hutama Karya, PT Brantas Abipraya), konsultan perencanaan dan pengawasan (PT Indra Karya dan PT Yodya Karya). Selama ini, BUMN karya itu dikenal ahli dalam merencanakan dan membuat infrastruktur jalan dan pengairan.

PT Brantas Abipraya yang sudah berpengalaman membuka sawah baru meski kecil-kecilan kelas 1.000 hektaran ditugaskan melakukan pekerjaan teknis pencetakan sawah. Selebihnya, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank BRI, PGN, Pertamina, PT Indonesia Port Corporation (IPC), dan beberapa BUMN lain mendukung dari sisi pendanaan. Pada saat yang sama, sejumlah perusahaan BUMN ditugaskan memberikan support teknologi. Misalnya PT. Batantekno yang bertugas melakukan iradiasi nuklir pada benihnya.

Semula lokasi proyek direncanakan di Kalimantan Timur. Namun karena ditemui banyak kendala dalam mendapatkan lahan yang akan dicetak menjadi sawah baru, maka Dahlan memutuskan untuk memindahkan lokasinya ke Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Ketapang.

Hal baru yang diterapkan Dahlan Iskan adalah bekerjasama dengan petani dalam pengadaan lahan. Tidak seperti kebun sawit yang pengadaan lahannya dilakukan dengan cara pembebasan lahan milik rakyat. Pada proyek pencetakan sawah 100 ribu hektar ini tanahnya tetap dimiliki rakyat. BUMN hanya menjadi pekerja dan pemegang manajemennya. Nantinya akan diterapkan sistem bagi hasil, dan rakyat akan menikmati bagiannya, selaku petani pemilik lahan.

Dengan cara baru tersebut, Pemerintah bisa menghemat anggaran karena tidak perlu menyediakan dana yang besar untuk pengadaan lahan. Dahlan menyebut proyek ini sebagai “nonkapitalis farming”. Artinya, BUMN tidak membeli tanah itu dari rakyat. Tanah-tanah di Ketapang itu selama ini praktis menganggur. Petani hanya menanam semampunya. Akibatnya, tanah-tanah di situ tidak produktif. Para petani pun tetap saja menjadi petani miskin. Itulah sebabnya, proyek ini juga dimaksudkan untuk sekalian membantu mengatasi kemiskinan di pedesaan.

Proyek pencetakan sawah baru 100 ribu hektar ini dilaksanakan dengan sistem mekanisasi penuh. Kebijakan itu diambil agar proyek ini dapat diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Begitu pula nantinya, persawahan ini akan digarap dengan sistem mekanisasi penuh, baik dalam pencetakan sawah, penanaman padi sampai pekerjaan panen. Untuk itu mesin-mesin besar diadakan dan digunakan untuk mengolah sawah, menanam dan memanen padi. Hal itu antara lain disebabkan terbatasnya jumlah sumberdaya manusia petani di kabupaten Ketapang.

Proyek pencetakan sawah baru ini dilakukan secara simultan dengan penanaman. Setiap kali satuan sawah baru berhasil dicetak, langsung dilakukan penanaman. Memasuki bulan keenam, setiap hari ada 3 jenis pekerjaan yang berjalan simultan, yaitu pencetakan sawah itu sendiri, penanaman padi dan panen.

Pada 17 Desember 2012, penanaman perdana padi di lokasi itu dimulai. Inilah penanaman padi di sawah baru secara besar-besaran yang pertama di Indonesia dan dilakukan dengan sistem mekanisasi penuh. Selanjutnya, 3,5 bulan kemudian, pada April 2013 yang lalu, panen perdana sudah dilakukan, dengan hasil produksi yang cukup memberikan harapan, yaitu rata-rata 5,25 ton per hektar.



Dmikianlah, berbagai terobosan Dahlan Iskan. Melalui serankaian langkah terpadu antara penyaluran pupuk yang tepat, pemberantasan hama yang konsisten, dan pengadaan beras yang all-out, dan pencetakan sawah baru, benar-benar membukukan prestasi yang nyata. Hasilnya, sebagaimana ditulis Dahlan Iskan dalam Manufacturing Hope 109, pada tahun 2013 ini, Indonesia tidak perlu lagi melakukan impor beras. Semoga kondisi ini terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya.

oleh : Muhammad Jaya Nasti Ciawi – Bogor

http://kabardahlaniskan.wordpress.co...medium=twitter

emoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia emoticon-I Love Indonesia

Minta emoticon-Blue Guy Cendol (L) nya dong gan emoticon-Smilie ane jangan di emoticon-Bata (S) yaa ..
0
3.6K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan