ediabloAvatar border
TS
ediablo
Jakarta adalah Surga bagi Penerobos Lampu Merah

Ilustrasi. Image by google

Saya mendapat cerita dari seorang teman bahwa dia sedang dirawat dirumah sakit akibat kecelakaan lalu lintas. Dia terjatuh dari sepeda motornya karena mengerem mendadak. Pada waktu itu, ketika jalurnya mendapat giliran lampu hijau, dia memacu sepeda motornya dan tiba-tiba dari jalur yang tegak lurus dengannya ada pengendara sepeda motor yang menerobos lampu merah. Untuk menghindari tabrakan beliau melakukan pengereman mendadak dan jatuh di tengah persimpangan. Sedangkan si pelaku pelanggaran malah memarahi teman saya.

Kejadian tentang kecelakaan akibat kegiatan terobos menerobos ini sudah sering saya dengar bahkan saksikan sendiri. Pelanggaran sinyal lampu lalu lintas pada jalur saya berangkat dan pulang kerjapun 100% saya temui setiap hari. Saya katakan disini 100% karena probabilitasnya sampai saat ini adalah pasti bahwa saya menyaksikan pelanggaran lampu lalu lintas pada jalur yang saya lalui tersebut. Jumlah pelanggar inipun bukan seorang dua orang, tetapi cukup banyak. Saya masih tidak mengerti apa yang ada diotak mereka. Yang saya perhatikan, mereka tak lagi memiliki rasa bersalah atas perbuatan mereka yang mengambil hak orang lain atau bahkan mengancam keselamatan orang lain. Cukup dengan memperhatikan kiri kanan jalur, ada atau tidaknya pak polisi, mereka menerobos lampu merah tanpa malu dan bersalah, dan kebanyakan dari mereka adalah ORANG TUA.

Sampai batas mereka melanggar lampu merah, saya sudah cukup emosi, ditambah lagi ketika suatu kali saya berada dibarisan terdepan dan mengambil posisi dibelakang garis zebra cross. Kebetulan lalu lintas memang sepi, dan dengan kondisi saya paling depan membuat sepeda motor dibelakang saya tidak bisa maju, mungkin dia akan menerobos lampu merah, dia membunyikan klakson berulang kali agar saya maju dan memberi jalan dia lewat atau “mengajak” saya melakukan pelanggaran. Saya tak bergeming dan dia meracau tidak karuan. Saya berikan gestur penolakan dengan menunjuk lampu merah yang masih menyala. Mungkin dia geram dengan kelakuan saya waktu itu.

Beberapa orang yang bernasib sama dengan saya terkadang tidak cukup berani untuk melakukan itu, terkadang saya pun juga terpaksa maju sedikit untuk memberikan jalan pada calon pelanggar ini, terutama juga calon pelanggar tersebut datang dari 2 bis raja jalan ibu kota yang sudah tersohor, yang mengintimidasi dengan kondektur yang galak. Saya waktu itu berada di depan bis tersebt. Sopirnya berulangkali memainkan pedal gas untuk menghasilkan raungan mesin dan membuat saya minggir. Tentunya suara bis usang tersebut sangat bising, akan tetapi saya tak bergeming. Karena merasa bahwa gertakan pertamanya tidak berhasil, akhirnya kondekturnya turun dan berteriak kepada saya. Saya menunjukkan perlawanan dengan menunjukkan lampu merah yang ada di sisi kiri saya. Dia masih berteriak dan seolah memberi isyarat kepada supir untuk maju memepet saya. Karena merasa terdesak akhirnya saya bergeming juga dan maju sedikit dan memberikan jalan pada pelanggar aturan.

Saya berani bertaruh bahwa pemotor, pengendara mobil dan bis yang melakukan pelanggaran terhadap lampu pengatur lalu lintas pasti tidak senang ketika mereka dalam posisi yang diserobot. Tapi apakah mereka pernah berkaca pada kondisi ketika mereka dalam posisi tersebut? Saya pikir tidak. Hati dan akal mereka sudah keras. Menurut mereka, ketika mereka diserobot maka merekalah yang dizalimi dan hak mereka terampas. Akan tetapi ketika mereka menyerobot, bagi mereka adalah kewajaran, kepentingan mereka harus didahulukan dan alasan berlatar ego lainnya.

Ini bukan masalah jalanan sepi atau tidak. Ini bukan masalah kemampuan memamfaatkan kesempatan sepersekian detik. Ini masalah keteraturan dan keselamatan. Untuk skala yang lebih besar, kita bisa berkaca pada tragedi Bintaro 2 antara truk tanki BBM dan KRL, ini murni kesalahan pengendara BBM yang tidak mengindahkan peraturan dan menerobos pengatur lalu lintas yang berakibat korban jiwa, moril dan materil yang tidak sedikit.

Saya sering membicarakan ini kepada teman disekeliling saya. Bahkan saya berani mengatakan bahwa sebaik apapun orang, ketika dia melakukan pelanggaran lampu lalu lintas dan aturan lalu lintas tanpa sebab yang jelas, maka jika orang itu diberi jabatan, niscaya ada potensi korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

Para pelanggar itu, jikalau mereka tak kunjung sadar, mereka harus dilemparkan dalam arena gladiator lengkap dengan kendaraan mereka agar mereka bisa merasakan haknya untuk merasa nyaman di jalanan ternyata telah direbut dan diseruduk oleh banteng besar bertanduk tajam. Kalau masih dibiarkan berkeliaran, salah satu yang harus dipersalahkan atas kemerosotan moral dan penghambat kemajuan bangsa adalah para pengendara pemberani yang menerobos lampu merah tanpa rasa bersalah dan bangga bisa sampai lebih cepat di tempat tujuan dengan cara kotor tersebut.

Jkt, 070114
Diubah oleh ediablo 07-01-2014 17:34
0
2.8K
47
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan