Renungan bisnis : Belajar entrepreuneurship dari film the billionaire
TS
bunghata
Renungan bisnis : Belajar entrepreuneurship dari film the billionaire
George Bernard Shaw pernah mengatakan bahwa orang selalu menyalahkan keadaan atas apa yang menimpa mereka. Orang yang berhasil justru adalah mereka yang berupaya menciptakan keadaan yang mereka inginkan dan jika mereka tak bisa menemukan keadaan itu, mereka tak segan untuk menciptakannya.
Itulah apa yang dilakukan dan dialami oleh Top Ittipad, seorang entrepreneur muda nan sukses dari negeri gajah putih. Jika Anda pernah menonton film berjudul "The Billionaire", Anda akan menemui kisah hidup Top yang dramatis.
Spoiler for si cerita singkatnya:
Quote:
Singkatnya, di usia 16 tahun , Top begitu kecanduan online games. Ia begitu kecanduan pada permainan satu ini sampai ia berani memutuskan untuk meninggalkan bangku kuliah dan menjadi seorang penjual kacang di pusat perbelanjaan. Saat berjualan kacang, ia gagal karena produknya tak diminati konsumen. Pada usia 18 tahun, keluarga Top mengalami pukulan berat akibat kebangkrutan yang membuat Top harus bekerja keras dan memutar otak bagaimana melunasi utang sebesar 40 juta baht. Pada usia 19 tahun, Top merintis bisnis kuliner dengan produk andalannya berupa kudapan rumput laut bermerek "Tao Kae Noi". Makanan ringan dengan rasa asin yang juga biasa disebut nori ini terjual luas di berbagai gerai waralaba "Seven Eleven" di seluruh penjuru Thailand.
Sekarang Top hidup lebih mapan dengan penghasilan yang fantastis: 800 juta Baht per tahun dan memperkejakan sebanyak 2000 orang karyawan dalam perusahaannya.
Dalam film dikisahkan bahwa Top tidak memulai bisnis dengan pengetahuan, wawasan dan pengalaman berbisnis yang mumpuni. Namun, ia sangat antusias dan bersemangat untuk mendapatkan masukan dan pelajaran dari orang lain di sekelilingnya. Ia tak kenal menyerah untuk menggunakan dana yang sudah ia pinjam dan sellau menyempurnakan metode bisnisnya dari waktu ke waktu.
Saat menemui kebuntuan berbisnis, Top menolak untuk berputus asa dan terus melaju dengan alternatif yang masih ia miliki, meskipun orang-orang yang ada di sekelilingnya mencoba untuk menggoyahkan tekadnya dan menolak membuka pintu peluang baginya.
Ia begitu terbuka terhadap pelaung dan bekerja keras mewujudkan impiannya meskipun nyatanya ia harus melawan pendapat dan pemikiran orang-orang di sekelilingnya dan mendobrak aturan yang lazim.
Ia mengetahui apa yang akan ia capai sangat berarti bagi dirinya dan keluarganya sendiri.
Kisahnya mengingatkan kita pada pelajaran entrepreneurial dari Thomas Alfa Edison yang mengatakan: "Saya tidak gagal. Saya hanya menemukan 10.000 cara yang tidak berhasil".
Sama dengan kasus Top, ia memiliki keyakinan bahwa tidak ada yang disebut kegagalan, yang ada hanya masukan!
Apakah Anda sebagai entrepreneur menyerah terlalu awal dan mengijinkan kelemahan kita untuk membatasi keyakinan kita terhadap masa depan? Itu mungkin yang harus kita jawab.
Mungkin apa yang menahan kita untuk mencapai visi dan misi serta tujuan hidup kita adalah ketakutan, kecemasan dan keraguan dalam diri kita. Hanya sedikit orang yang menyadari bahwa terobosan besar datang dari kapasitas seseorang untuk menyongsong ketidakpastian.
Quote:
semoga thread saya bermanfaat hehehehe kalo mau ngasih cendol saya terima aja
hehhehe
Spoiler for Thread renungan lainnya:
Quote:
[URL="http://www.kaskus.co.id/post/52c56968f7ca17b26f8b4614/1#po st52c56968f7ca17b26f8b4614"]Inilah ciri ketika keuangan pribadi anda bermasalah[/URL]
[URL="http://www.kaskus.co.id/post/52c6a89ec0cb17580d8b457b#post 52c6a89ec0cb17580d8b457b"]Penghasilan keluarga minim? Ini solusinya[/URL]