deni.rifandiAvatar border
TS
deni.rifandi
guru atau buruh

guru atau buruh

Guru atau buruh “Jangan mencoba untuk memperbaiki murid atau siswa kita, perbaiki diri kita sendiri terlebih dahulu. Guru yang baik membuat murid yang jahat menjadi baik dan menjadikan murid yang baik menjadi unggul. Ketika murid-murid kita gagal, berarti kita juga telah gagal menjadi seorang guru” (Marva Collins). Goresan Marva Collins tersebut mempertegaskan apa dan bagaimana sebenarnya tugas dan fungsi “pahlawan tanpa tanda jasa” itu. Menggugah ketika membayangkan realitas moderenisasi. Ditengah zaman yang serba mudah, ternyata guru punya tugas yang taklah mudah. Namun tetap saja, banyak calon sarjana memilih untuk menjadi seorang guru. Perjalanan panjang melalui proses menjadi pendidik tersebut, tidak mematahkan semangat anak bangsa untuk tetap terus berusaha menjadi “pahlawan tanpa tanda jasa”. Semakin banyak, semakin berminat. Anehnya, peminat profesi guru saat ini, mungkin tidak pernah memikirkan betapa pentingnya ungkapan diatas, bahkan mungkin ada yang tidak pernah tahu, tidak pernah melihat atau sama sekali tidak pernah mendengar ungkapan mulia tersebut. Menjadi pahlawan Negara yang tak berjasa itu hanya untuk mengisi status kolom pekerjaan didaftar riwayat hidup, “yang penting kerja”. Dalam siaran ATJEHPOSTcom, 5 Maret, terdapat 2.500 tenaga honorer Bakti Murni di Kabupaten Aceh Utara yang didalamnya dominan diisi oleh guru. Bayangkan saja, tugas pengabdian yang begitu besar hanya dibayar dengan “doa dan terimakasih”. Tetapi tidak apa-apa “yang penting kerja”. Hal seperti ini tak patut terjadi di Negara kaya, yang “katanya” tanah surga. Guru punya peran yang tak mudah. Saat ini guru harus mendidik anak bangsa yang mulai “beringas” tak bermoral. Sek bebas, narkoba, balap liar bahkan kekerasan menjadi “konsumsi” generasi tercinta. Generasi kini Survei Dinas Kesehatan menempatkan kota megah Lhokseumawe diperingkat pertama sex bebas, sungguh prestasi “luar biasa”. Serambi, 5 Maret, siswi di Pidie tidak malu mengaku kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) sudah tidak perawan dan sudah 12 kali “melayang” menggunakan kontrasepsi bersama sang kekasih tercintanya. Coba ingat lima atau 10 yang tahun silam, perempuan Aceh kalau mau keluar malam dijemput pacarnya harus diam-diam, bahkan ada yang tidak bisa menikmati malam minggunya karena takut pada orang tuanya atau malu ketahuan tetangga. Belum lagi “hantu” kekerasan dan balap liar yang kian marak terjadi. Bulan yang lalu, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Aceh Utara dirampok, korban ditikam dengan pisau di leher dan pantatnya, lalu telpon genggam dan satu sepeda motornya dibawa lari tersangka yang merupakan temannya sendiri. Orang tua juga lupa memperhatikan buah hatinya, mereka sibuk dengan pekerjaan sendiri dan menyerahkan sepenuhnya kepada para pendidik disekolah. Padahal seharusnya, orang tua dan guru harus sama-sama ikut mengawasi proses berjalannya sistem regenerasi yang baik. Orang tua yang baik adalah orang tua yang peduli anaknya bukan pada harta benda, tapi orang tua yang peduli terhadap pendidikan dan siapa teman bermainnya. Kualitas guru Tugas seorang guru tidaklah mudah, tanggungjawab mereka tidak hanya didunia tapi juga akhirat. Bangsa ini dituntut melahirkan guru yang mampu menjalankan profesinya dengan baik, agar anak bangsa nantinya tidak jadi penzinah, penipu, pemulung dan juga koruptor. Guru merupakan contoh teladan, guru adalah pahlawan, guru harus memiliki latar pendidikan agama yang baik. Guru tidak hanya sekedar “yang penting kerja”.

Deni Rifandi
universitas malikussaleh
teknik industri
email : drifandi67@yahoo.com
0
1.3K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan