- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bali : Sebuah Catatan Kecil Akhir Tahun 2013.


TS
anes
Bali : Sebuah Catatan Kecil Akhir Tahun 2013.
BALI !!

Macet, traffuck jam, jadi kenangan adalah hal yang biasa di Bali. Terutama menjelang akhir tahun ini. Saya mengambil off dari kantor dan mencoba menikmati ketenangan di sisi berbeda dari mata pengunjung di Bali.
Perpacuan antara investor untuk membangun villa dan hotel semakin menggila di Bali. Semuanya untuk mengeksploitasi daerah ini dengan alasan ekonomi. Penyewaan atau jual beli lahan dengan harga yang sangat gila gilaan. Pada tahun 2000 awal, kita masih mendapati banyak pohon kelapa yang berukuran tinggi di dalam gang kecil seperti Poppies dan Benesari Lane. Dibandingkan sekarang ini, pohon kelapa ukuran kate sengaja dipasang agar tidak mengganggu pembangunan kamar hotel.
Legian sendiri masih memiliki spot yang lebih bagus, walaupun saat ini sedang dipacu oleh nafsu investor yang ingin membangun hotel di daerah ini. Legian Selatan saat ini sudah menjadi hutan night club, dimana dulu pernah terjadi tragedi didaerah ini. Tapi Legian bisa bertahan dan menjadi salah satu spot dikunjungi turis saat ini.
Berpindah daerah sedikit ke atas, memasuki Seminyak. Villa pribadi berserakan disini, kebanyakan dibangun hanya berdasarkan izin pondok wisata ( ???? ). Harusnya ini kan kelas hotel dibawah melati, kok bisa lebih mewah yak ? Belum lagi para orang kaya di Jakarta bahwa memiliki villa di Bali terutama daerah Seminyak adalah hanya sekedar ajang pamer untuk mereka banggakan di hadapan teman-temannya.
Untuk penyewaan kios souvenir di daerah Poppies II saat ini sudah mencapai kisaran angka 200-400 juta per tahunnya. Untuk spot beach boys di pantai Kuta, kisaran sudah mencapai 45 - 60 juta per 3 tahun. Bisa anda bayangkan jika anda ingin memiliki tanah disini memerlukan uang berapa ? Untungnya kearifan lokal tetap berlaku, walaupun tidak untuk semuanya. Para investor tidak diperbolehkan membeli tanah, mereka hanya bisa menyewa dari penduduk setempat. Kalau pun ada yang membeli, izinnya pasti sangat susah. TAPI.....ini INDONESIA, kalian punya uang, kalian bisa beli. Tanahnya tidak mau dilepas, tanah adat, berdekatan dengan pura atau apapun namanya. Semuanya bisa diatur, selama kalian punya uang.
Tidak heran jika di daerah UIuwatu yang notabene salah satu Pura Sad Kahyangan di Bali, ada hotel yang masuk kedalam kawasannya. Bahkan paling miris Tanah Lot. Kalau anda perhatikan dengan bagus, sebelah kiri anda ketika anda menghadap Pura Tanah Lot, anda mendapati lapangan golf. Ya, LAPANGAN GOLF, dimana orang bersembahyang sambil ditonton oleh pemain golf.
Saya sendiri masih ingat ketika masih harus memakai jaket ketika memasuki daerah Ubud. Bener, Ubud dulu daerah yang dingin. Tidak seperti sekarang, anda malah buka baju karena terlalu panasnya Ubud. Belum lagi Ubud sekarang ini sudah menjadi macet juga. Saya sendiri pernah terjebak macet hingga 1 jam lebih, karena ada bus yang menunggu tamu-nya belum naik kedalam bus.
Pembangunan hotel gila gilaan oleh investor. Merubah Bali menjadi pulau seribu pura menjadi Pulau 1000 Hotel. Entah, entah apa yang terjadi di Bali ini di tahun 2014. Online Travel Agent yang raksasa sekelas Ag**a, Ex***ia, Bo***ng.Com dan lain sebagainya mengambil keuntungan dari setiap hotel yang ada disini, tanpa perlu membayar pajak perkantoran kepada pemerintah Indonesia. Mereka cukup bayar pajak kepada pemerintahan Australia, Singapura dan Thailand. Miris yak, tanah kita yang dieksploitasi, malah penduduk disana yang menikmati hasilnya. Itulah sistem pemerintahan Indonesia.
Bisa di cek di website mereka, bahwa hotel di Indonesia terdaftar kurang lebih 5,000. Separuhnya sekitar 2,500-an hotel berada di Bali. Sisanya berserakan di seluruh penjuru Indonesia. Bisa bayangkan nominal pajak transaksi mereka jika mereka berhasil melakukan bookingan kepada hotel hotel yang terpaksa menjual kamar murah agar bisa laku di internet.
Sepertinya saya tidak salah mengatakan Welcome to Bali : A Beautiful Island with Thousand Hotels and Villas.
Demikian catatan akhir tahun mengenai Bali. Semoga teman teman Kaskus yang datang ke Bali tetap menjaga kebersihan Pulau Dewata ini..
Thank you very much, untuk komen dan lain sebagainya silahkan di post. Silent Reader juga dihargai kok di thread ini. Setidaknya ini hanya sedikit dari kekecewaan saya mengenai pemerintah Indonesia yang tidak menggarap serius industri pariwisata.
Quote:
Original Posted By DisclaimerIni hanya catatan kecil saya untuk mengenang Bali pada saat akhir tahun 2013, dimana saya menuliskan thread ini Bali sudah sangat berubah total semenjak tahun 2000 ketika saya menginjakkan kaki pertama kali di surga ini.
Spoiler for Pulau 1000 Hotel dan Villa:

Macet, traffuck jam, jadi kenangan adalah hal yang biasa di Bali. Terutama menjelang akhir tahun ini. Saya mengambil off dari kantor dan mencoba menikmati ketenangan di sisi berbeda dari mata pengunjung di Bali.
Perpacuan antara investor untuk membangun villa dan hotel semakin menggila di Bali. Semuanya untuk mengeksploitasi daerah ini dengan alasan ekonomi. Penyewaan atau jual beli lahan dengan harga yang sangat gila gilaan. Pada tahun 2000 awal, kita masih mendapati banyak pohon kelapa yang berukuran tinggi di dalam gang kecil seperti Poppies dan Benesari Lane. Dibandingkan sekarang ini, pohon kelapa ukuran kate sengaja dipasang agar tidak mengganggu pembangunan kamar hotel.
Legian sendiri masih memiliki spot yang lebih bagus, walaupun saat ini sedang dipacu oleh nafsu investor yang ingin membangun hotel di daerah ini. Legian Selatan saat ini sudah menjadi hutan night club, dimana dulu pernah terjadi tragedi didaerah ini. Tapi Legian bisa bertahan dan menjadi salah satu spot dikunjungi turis saat ini.
Berpindah daerah sedikit ke atas, memasuki Seminyak. Villa pribadi berserakan disini, kebanyakan dibangun hanya berdasarkan izin pondok wisata ( ???? ). Harusnya ini kan kelas hotel dibawah melati, kok bisa lebih mewah yak ? Belum lagi para orang kaya di Jakarta bahwa memiliki villa di Bali terutama daerah Seminyak adalah hanya sekedar ajang pamer untuk mereka banggakan di hadapan teman-temannya.
Untuk penyewaan kios souvenir di daerah Poppies II saat ini sudah mencapai kisaran angka 200-400 juta per tahunnya. Untuk spot beach boys di pantai Kuta, kisaran sudah mencapai 45 - 60 juta per 3 tahun. Bisa anda bayangkan jika anda ingin memiliki tanah disini memerlukan uang berapa ? Untungnya kearifan lokal tetap berlaku, walaupun tidak untuk semuanya. Para investor tidak diperbolehkan membeli tanah, mereka hanya bisa menyewa dari penduduk setempat. Kalau pun ada yang membeli, izinnya pasti sangat susah. TAPI.....ini INDONESIA, kalian punya uang, kalian bisa beli. Tanahnya tidak mau dilepas, tanah adat, berdekatan dengan pura atau apapun namanya. Semuanya bisa diatur, selama kalian punya uang.
Tidak heran jika di daerah UIuwatu yang notabene salah satu Pura Sad Kahyangan di Bali, ada hotel yang masuk kedalam kawasannya. Bahkan paling miris Tanah Lot. Kalau anda perhatikan dengan bagus, sebelah kiri anda ketika anda menghadap Pura Tanah Lot, anda mendapati lapangan golf. Ya, LAPANGAN GOLF, dimana orang bersembahyang sambil ditonton oleh pemain golf.
Saya sendiri masih ingat ketika masih harus memakai jaket ketika memasuki daerah Ubud. Bener, Ubud dulu daerah yang dingin. Tidak seperti sekarang, anda malah buka baju karena terlalu panasnya Ubud. Belum lagi Ubud sekarang ini sudah menjadi macet juga. Saya sendiri pernah terjebak macet hingga 1 jam lebih, karena ada bus yang menunggu tamu-nya belum naik kedalam bus.

Pembangunan hotel gila gilaan oleh investor. Merubah Bali menjadi pulau seribu pura menjadi Pulau 1000 Hotel. Entah, entah apa yang terjadi di Bali ini di tahun 2014. Online Travel Agent yang raksasa sekelas Ag**a, Ex***ia, Bo***ng.Com dan lain sebagainya mengambil keuntungan dari setiap hotel yang ada disini, tanpa perlu membayar pajak perkantoran kepada pemerintah Indonesia. Mereka cukup bayar pajak kepada pemerintahan Australia, Singapura dan Thailand. Miris yak, tanah kita yang dieksploitasi, malah penduduk disana yang menikmati hasilnya. Itulah sistem pemerintahan Indonesia.

Bisa di cek di website mereka, bahwa hotel di Indonesia terdaftar kurang lebih 5,000. Separuhnya sekitar 2,500-an hotel berada di Bali. Sisanya berserakan di seluruh penjuru Indonesia. Bisa bayangkan nominal pajak transaksi mereka jika mereka berhasil melakukan bookingan kepada hotel hotel yang terpaksa menjual kamar murah agar bisa laku di internet.
Sepertinya saya tidak salah mengatakan Welcome to Bali : A Beautiful Island with Thousand Hotels and Villas.
Spoiler for Pembangkit Listrik dan Perda Tata Ruangan:
Teringat sedikit kenangan ketika saya mengunjungi daerah kecil di Bedugul, mereka melakukan penolakan terhadap pembangkit listrik tenaga panas bumi. Alasannya karena merusak kawasan suci hutan. Ini namanya menyeimbangkan alam. Karena, jika hal itu diizinkan, penduduk setempat tidak hanya kehilangan kawasan suci mereka, tapi mereka tetap tidak mendapatkan efek keuntungan langsung dari PLTP ini. Justru yang mendapat keuntungan hanya daerah pariwisata saja. Karena mereka tidak perlu menyalakan genset lagi ketika pemadaman bergilir dilaksanakan.
Sempat saya tanyakan, kan bagus kalau ada pembangkit listrik, tidak perlu takut lagi mati listrik. Jawaban yang saya dapatkan malah sedikit mengejutkan. Mereka menjawab, toh mereka dulu lahir di tanah itu tanpa ada penerangan yang cukup. Mengapa kita harus merusak tanah tersebut ? Dan saya hanya bisa terdiam mendengar ucapan tersebut.
Semuanya hanya karena nilai faktor ekonomi, untungnya Bali saat ini masih dalam keadaan sadar. Walaupun ada juga yang tidak sadar, meminta Pura Besakih direvisi keberadaannya didalam Perda Tata Ruangan. Dimana akan dijadikan kawasan wisata nasional. What the fuck ?? Apakah pemerintah ini sudah dibutakan oleh uang para investor. Anda bisa bayangkan bagaimana rasanya ketika anda bersembahyangan, tiba tiba banyak orang mendatangi anda dan memfoto. Dengan sinar blitz yang sangat kurang ajar, belum lagi bisingnya mereka.
Masih bisa kita ingat ketika perayaan Waisak di Candi Borobudur di nodai oleh para wisatawan naik ke atas. Bahkan ada yang lebih gila mengambil foto para biksu yang sedang berdoa dan dia mengambil photo tersebut dibagian atas. Seakan akan, biksu tersebut sedang menyembah dia dan dia mengambil photo untuk kenang-kenangan karena sudah di sembah. Apa hal itu yang diinginkan oleh pemerintah ? Dimana kebebasan beragama menjadi sangat bebas sehingga anda bisa memasuki tempat beribadah dengan memakai hotpants, kaos kembang kembang dan lain sebagainya. Apakah ini yang diinginkan ?

Entahlah, alasan uang atau apapun, hal ini sudah seperti bola salju. Dimana efek massal-nya akan diketahui dibelakang hari.
Sempat saya tanyakan, kan bagus kalau ada pembangkit listrik, tidak perlu takut lagi mati listrik. Jawaban yang saya dapatkan malah sedikit mengejutkan. Mereka menjawab, toh mereka dulu lahir di tanah itu tanpa ada penerangan yang cukup. Mengapa kita harus merusak tanah tersebut ? Dan saya hanya bisa terdiam mendengar ucapan tersebut.
Semuanya hanya karena nilai faktor ekonomi, untungnya Bali saat ini masih dalam keadaan sadar. Walaupun ada juga yang tidak sadar, meminta Pura Besakih direvisi keberadaannya didalam Perda Tata Ruangan. Dimana akan dijadikan kawasan wisata nasional. What the fuck ?? Apakah pemerintah ini sudah dibutakan oleh uang para investor. Anda bisa bayangkan bagaimana rasanya ketika anda bersembahyangan, tiba tiba banyak orang mendatangi anda dan memfoto. Dengan sinar blitz yang sangat kurang ajar, belum lagi bisingnya mereka.
Masih bisa kita ingat ketika perayaan Waisak di Candi Borobudur di nodai oleh para wisatawan naik ke atas. Bahkan ada yang lebih gila mengambil foto para biksu yang sedang berdoa dan dia mengambil photo tersebut dibagian atas. Seakan akan, biksu tersebut sedang menyembah dia dan dia mengambil photo untuk kenang-kenangan karena sudah di sembah. Apa hal itu yang diinginkan oleh pemerintah ? Dimana kebebasan beragama menjadi sangat bebas sehingga anda bisa memasuki tempat beribadah dengan memakai hotpants, kaos kembang kembang dan lain sebagainya. Apakah ini yang diinginkan ?

Entahlah, alasan uang atau apapun, hal ini sudah seperti bola salju. Dimana efek massal-nya akan diketahui dibelakang hari.
Spoiler for Reklamasi Pulau Pudut:
Ini adalah isu paling hangat di Bali. Dikarenakan pulau Pudut adalah salah satu rumah bagi penyu di Bali dan sekarang luasnya hanya 1 hektar saja. Kenapa bisa menyusut ?, mari kita kembali ke tahun 1970, Pulau Pudut di kerok habis hanya untuk menimbun pelabuhan Benoa yang berjarak hanya 2 kilometer.
Ukuran 1 hektar ? Apakah mungkin bisa bertahan ? Tentu tidak, karena tingkat abrasi sudah sangat tinggi di Bali. Efek dari penimbunan Pulau Serangan dan menyatukannya ke daratan utama sudah mulai terasa saat ini. Pulau Pudut salah satu yang terkena imbasnya. Ditambah beberapa pantai di daerah Gianyar yang sudah ikut terkikis.
Apakah Pulau Pudut perlu direklamasi ? Jawabannya adalah iya. Pengkajian menilai bahwa Pulau Pudut bisa hilang jika tidak di reklamasi. Tapi jika direklamasi menjadi 838 Hektar ?
Iya, wacana reklamasi Pulau Pudut adalah menjadikan 1 Hektar menjadi 838 Hektar. Saat ini wacana ini diajukan oleh PT. Tirta Wisata Wisata Bali (TWBI) anda sudah tau kan itu perusahaan siapa ?
Bahkan, masterplan setelah dilaksanakan reklamasi makin semakin menggila, Bali akan memiliki sirkuit F1 selevel dengan Sepang. Pelabuhan khusus untuk kapal pesiar, hingga airport pribadi untuk mereka yang datang ke Bali memakai jet pribadi. Asyik banget yah kedengarannya, tapi tunggu dulu kita dengarkan alasan yang satu ini.
Ketika saya berjumpa dengan beliau, secara tak sengaja. Karena saya ingin minum kopi di lokasi watersport teman saya. Dia mengenalkan dirinya sebagai Pak Nyoman, kelahiran asli daerah Tanjung Benoa. Mulai dari kakiang (kakek buyut) sudah tinggal di daerah Tanjung Benoa. Tanjung Benoa ini adalah daerah yang sangat dekat ke Pulau Pudut.
Dia menolak tegas rencana reklamasi, karena dia sangat takut kepada abrasi, yang bisa menggerus desa Tanjung Benoa. Dia tidak mau, jika anak cucu-nya hanya bisa dikenalkan Tanjung Benoa dari atas jukung (perahu). Iya, beliau takut desa Tanjung Benoa akan menjadi hilang. Karena jumlah wilayah yang akan direklamasi sangat gila hingga 800-an hektar. Jika alasan konservasi, maka jika hanya di reklamasi 2 atau 4 hektar maka tidak akan ada yang protes. Karena Pulau Pudut sendiri sudah dijadikan wilayah konservasi penyu.
Tapi entahlah, kita lihat kedepannya bagaimana bola panas ini akan bergulir.
Ukuran 1 hektar ? Apakah mungkin bisa bertahan ? Tentu tidak, karena tingkat abrasi sudah sangat tinggi di Bali. Efek dari penimbunan Pulau Serangan dan menyatukannya ke daratan utama sudah mulai terasa saat ini. Pulau Pudut salah satu yang terkena imbasnya. Ditambah beberapa pantai di daerah Gianyar yang sudah ikut terkikis.
Apakah Pulau Pudut perlu direklamasi ? Jawabannya adalah iya. Pengkajian menilai bahwa Pulau Pudut bisa hilang jika tidak di reklamasi. Tapi jika direklamasi menjadi 838 Hektar ?
Iya, wacana reklamasi Pulau Pudut adalah menjadikan 1 Hektar menjadi 838 Hektar. Saat ini wacana ini diajukan oleh PT. Tirta Wisata Wisata Bali (TWBI) anda sudah tau kan itu perusahaan siapa ?

Bahkan, masterplan setelah dilaksanakan reklamasi makin semakin menggila, Bali akan memiliki sirkuit F1 selevel dengan Sepang. Pelabuhan khusus untuk kapal pesiar, hingga airport pribadi untuk mereka yang datang ke Bali memakai jet pribadi. Asyik banget yah kedengarannya, tapi tunggu dulu kita dengarkan alasan yang satu ini.
Ketika saya berjumpa dengan beliau, secara tak sengaja. Karena saya ingin minum kopi di lokasi watersport teman saya. Dia mengenalkan dirinya sebagai Pak Nyoman, kelahiran asli daerah Tanjung Benoa. Mulai dari kakiang (kakek buyut) sudah tinggal di daerah Tanjung Benoa. Tanjung Benoa ini adalah daerah yang sangat dekat ke Pulau Pudut.
Dia menolak tegas rencana reklamasi, karena dia sangat takut kepada abrasi, yang bisa menggerus desa Tanjung Benoa. Dia tidak mau, jika anak cucu-nya hanya bisa dikenalkan Tanjung Benoa dari atas jukung (perahu). Iya, beliau takut desa Tanjung Benoa akan menjadi hilang. Karena jumlah wilayah yang akan direklamasi sangat gila hingga 800-an hektar. Jika alasan konservasi, maka jika hanya di reklamasi 2 atau 4 hektar maka tidak akan ada yang protes. Karena Pulau Pudut sendiri sudah dijadikan wilayah konservasi penyu.
Tapi entahlah, kita lihat kedepannya bagaimana bola panas ini akan bergulir.
Demikian catatan akhir tahun mengenai Bali. Semoga teman teman Kaskus yang datang ke Bali tetap menjaga kebersihan Pulau Dewata ini..
Thank you very much, untuk komen dan lain sebagainya silahkan di post. Silent Reader juga dihargai kok di thread ini. Setidaknya ini hanya sedikit dari kekecewaan saya mengenai pemerintah Indonesia yang tidak menggarap serius industri pariwisata.
0
1.6K
Kutip
9
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan