khenoarpegioAvatar border
TS
khenoarpegio
Mengenang Tjong A Fie (Tokoh Toleransi Ras Budaya dan Agama dari Medan)
Di forum kaskus ini tentunya kita berkumpul dari berbagai macam Ras, Budaya dan Agama.. Secara tidak langsung forum ini adalah salah satu alat pemersatu hal tersebut. Nah ane mau kenalin (buat agan2 yg belum tau) tokoh yang seharusnya memang dikenang dan juga sebagai teladan kita karena banyak berkiprah dalam hal toleransi atas perbedaan ras, budaya dan agama. Beliau juga terkenal sebagai saudagar yang kaya raya yang banyak menginspirasi bidang bisnis di Indonesia ini.. Dialaha Tjoeng A Fie dari Medan. Berikut ceritanya : (ane ambil dari gerilya brows2 gan hehehe)

Bermula dari kerja kerasnya, seorang Tjong A Fie di tahun 1921 telah menjadi kaum terpandang di Medan. Sebut saja Sultan Deli Makmun Al Rasyid dan pejabat-pejabat kolonial Belanda saat itu sangat dekat dengan pria kelahiran 1860 di Sungkow, Meixian, Guandong Tiongkok (Kini Republik Rakyat China).

Spoiler for cekidooot:


Spoiler for cekidooot:


Nama Tjong A Fie sendiri, bagi warga Medan saat itu, dikenal sebagai Kapitan Tionghoa (Major der Chineezen), pemimpin masyarakat Tionghoa sekaligus tokoh bidang ekonomi dan politik. Tidak tanggung-tanggung, kerajaan bisnisnya saat itu, antara lain perkebunan, pabrik minyak kelapa sawit, pabrik gula, bank, dan perusahaan kereta api.

The Tjong A Fie Mansion yang dibangun tahun 1895 di kesawan sendiri merupakan kediamannya saat menikah dengan putri mandor perkebunan tembagai Sungai Menciri. Saat bersama Lim Koei Yap, wanita dari Timbang Langkat, Binjai, itulah Tjong A Fie bersama 7 orang anaknya berdiam di kediamannya di Kesawan. Dengan menikahi keturunan Melayu, Tjong A Fie membuktikan dirinya tidak pernah membatasi hubungan dari satu ras atau suku saja.

Terkait pembangunan di Medan, dia juga beberapa kali terlibat, di antaranya pengembangan Deli Tua (sebelum menjadi Kota Medan), Menara Lonceng di Gedung Balai Kota Medan (lama), Istana Maimoon bersama Kesultanan Deli, Gereja Uskup Agung Sugiapranoto, Kuil Budha Brayan, Kuil Hindu bagi warga India, Batavia Bank, Deli Bank, Jembatan kebajikan Jalan Zainul Arifin, Rumah Sakit Tionghoa pertama Tjie On Jie Jan. Juga pelopor industri perkebunan dan transportasi Sumut, yakni Kereta Api Deli (DSM) Medan Pelabuhan Belawan.

Ia juga dikenal dekat dengan pribumi dan tionghoa, terbukti dari sumbangannya di beberapa tempat ibadah, di antaranya Mesjid Raya Al-Mahsum, Mesjid Gang bengkok. Ketika masa hidupnya, Tjong A Fie diketahui sering memberikan sumbangan ke masyarakat miskin sebesar 10 sen - 20 sen.





Saat ini, kediaman tersebut di kelola cucu generasi kedua yakni Fon Prawira, selaku Direktur Eksekutif The Tjong A Fie Memorial Institute. Sebelumnya, sejak Medan Visit Year 2012, Pemko Medan telah menjadikan kediaman tersebut sebagai bangunan cagar budaya yang laik dikunjungi menjadi salah satu ikon Medan.

Silsilah keluarganya gan...
Spoiler for cekidooot:


Spoiler for cekidooot:


Spoiler for cekidooot:


RUMAH TJONG A FIE

Spoiler for cekidooot:

Dahulu kala, bangunan ini dihuni oleh Tjong A Fie, istri ketiga, anak-anak, beserta beberapa kerabatnya. Pernikahan pertamanya dengan seorang wanita di Cina Daratan tidak membuahkan seorang anak, kemudian pernikahan keduanya pun tak berlangsung panjang. Lim Koei-Yap adalah wanita terakhir dalam riwayat pernikahan Tjong A Fie hingga menghasilkan 7 orang putra-putri. Menemaninya mencapai kesuksesan menjadi saudagar, kapitan, bankir, dan orang penting di Sumatra Timur pada zamannya. Keturunan dari anak ke-4 yang sekarang masih menghuni Tjong A Fie Mansion di sisi utara yang tidak boleh diakses oleh pengunjung. Cucu dan Cicit Mr & Madam Tjong A Fie yang lain sudah berkelana ke Malaysia, Singapore, USA, dan Eropa. (ini semua dari penjelasan Mbak Moon loh!!!).

Demikian sejarah singkat tentang Tjong A Fie. Nah sekarang mari kita mengelilingi bangunan 2 lantai di pusat kota Medan ini… Mari Mbak Fenny & Ibu Evelyn *senyum simpul berlesung pipit*…
Tur dimulai dari pintu masuk di sisi Selatan bangunan dan melewati ruangan yang dulunya kamar tidur pekerja-pekerja di rumah Mr & Mrs Tjong. Kamar-kamar yang berukuran kecil ini sekarang disulap menjadi galeri foto. Foto keluarga Tjong A Fie dari jaman masih muda hingga beberapa tahun yang lalu bisa terlihat di sini. Salah satu yang paling terkenal adalah Tjong Foek Yin atau yang lebih dikenal dengan nama Queeny Chang, penulis buku Memories of A Nonya. Gak pernah dengar bukunya? sama…tapi kata teman serombongan yang dari Penang, buku itu populer di Malaysia.

Dari kamar-kamar kecil tadi, kami beranjak ke selasar di tengah bangunan yang tak beratap, ciri khas rumah peranakan. Di area selasar terdapat tempat berdoa yang masih bisa dimasuki oleh pengunjung. Dari sini kita melewati dapur yang masih menyimpan perangkat makan porselen asli yang dipakai keluarga ini. Kemudian dari dapur kita akan memasuki kamar tidur utama, tempat Mr & Madam Tjong A Fie beristirahat. Kata Mbak Moon, 80% perabotan di kamar masih asli sli sli. Ada vacuum cleaner dan timbangan berat badan zaman bahuela juga loh. Di kamar ini juga dipamerkan buku-buku bacaan Mr Tjong beserta contoh catatan keuangannya. Ada juga sobekan surat kabar The Straits Times terbitan Singapura tahun 1920, 1 tahun sebelum Mr Tjong Meninggal.

Dari kamar utama, kami beranjak ke bagian depan bangunan dimana terdapat bukan hanya 1, atau 2…melainkan 4 Lounge Room. Yang pertama adalah Dutch Lounge Room. Di sini tempat menerima tamu dari golongan orang-orang Eropa. Yang kedua adalah Deli Lounge Room, tempat Mr Tjong menerima Sultan Deli Makmun Al Rasjid yang kebetulan adalah teman baiknya. Di Deli Lounge Room ini terdapat foto Sultan Deli dan bernuansa kekuningan. 2 ruang tamu lain didedikasikan untuk menerima tamu dari orang-orang Tionghoa dan masyarakat umum. Yang paling besar adalah Ruang Tamu Utama tempat menerima common people. By the way, lantai di rumah ini kebanyakan diimpor dari Italia loh.
Selesai berkeliling lantai 1, kami beranjak ke lantai 2 dimana ada Ballroom tempat Mr Tjong menjamu tamu untuk sepanjang malam terus dansa dan sepanjang malam terus pesta. Di ruangan ini masih terdapat chandelier asli juga loh. Tapi segala perabotanyang ada sudah disingkirkan dari ruangan ini dan diganti oleh foto-foto yang dipajang untuk bernostalgia dengan Keluarga Besar Tjong A Fie dan Medan Tempo Doeloe. Dari ruangan ini, kita dapat melihat tempat sembahyang di lantai 2 yang dilarang untuk dimasuki pengunjung. Yep, dalam 1 bangunan ini, ada 2 tempat sembahyang.

Gak terasa keliling-keliling, sudah 1 jam juga ternyata kami berada di sini. Walaupun belum semaksimal Penang Peranakan Mansion atau Cheong Fatt Tze Mansion di Penang, tapi terlihat ada usaha untuk melestarikan bangunan tua seperti ini di Medan. Pengaturan perabotan, lighting, dan pemajangan foto-foto di sini terlihat apik. Semoga gak ada tamu yang jahil melakukan vandalisme selama berada di sini. Apalagi mengingat bangunan tua yang kondisinya gak terlalu bagus. Mbak Moon bilang ke kita kalau ada beberapa bagian rumah yang tidak dibuka karena tangganya yang rapuh dan belum direstorasi.
Spoiler for cekidooot:



Spoiler for cekidooot:


Spoiler for cekidooot:


Kayak Bajunya IP Man ya
Spoiler for cekidooot:



Demikian Thread dari ane... Semoga bermanfaat ya gan....

emoticon-Cendol (S)
emoticon-Cendol (S)emoticon-Cendol (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Kaskus (S)emoticon-Kiss (S)
Diubah oleh khenoarpegio 25-12-2013 11:30
0
4.6K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan