foxtroxAvatar border
TS
foxtrox
SPANDUK HARAM UCAPKAN NATAL DICOPOT
SEMARANG (Arrahmah.com) - Semarang –Satpol PP kota Semarang akhirnya mencopot spanduk fatwa MUI yang berada di Jl. Pemuda Semarang, Jumat (18/12/2013). Spanduk yang bertuliskan “UMAT ISLAM HARAM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL” itu memang sengaja dipasang dan dipublikasikan oleh JAT (Jama’ah Ansharut Tauhid), sebagi sosialisasi Fatwa MUI terhadap umat Islam.

Ternyata hal tersebut membuat pihak-pihak yang benci terhadap Islam dan memusuhi umat Islam segera bereakasi. Dan akhirnya terjadilah aksi pencopotan spanduk oleh Satpol PP Semarang dan menjadi pemberitaan salah satu TV swasta di kota Semarang. Namun seperti biasa, pemberitaan media mainstream tidak obyektif, dengan mendiskreditkan fatwa MUI dan memojokkan umat Islam, khususnya umat Islam yang vokal dan peduli terhadap aqidah saudaranya.

Dalam rilisnya, pihak satpol PP semarang memberikan keterangan bahwa aksi pencopotan spanduk tersebut dilakukan, karena terdapat unsur provokatif dan mengandung unsur SARA yang dapat memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa.

Terpisah, perwakilan JAT Semarang Eko Setiawan menjelaskan, bahwa pemasangan spanduk tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan fatwa MUI dan sebagai pencerahan terhadap Umat khususnya Umat Islam.

” Ada beberapa alasan dan tujuan kami memasang spanduk tersebut. Pertama kami hendak mensosialisasikan fatwa MUI kepada umat Islam. Kedua kegiatan tersebut bertujuan memberikan pencerahan kepada umat khususnya umat Islam, bagaimana seharusnya mereka bersikap terhadap perayaan Natal,” ungkapnya, seperti dilaporkan kontributor arrahmah.com Abu Sumayyah.

Apa yang terjadi hari ini di lapangan, kata dia, biar umat Islam yang menilai.

” Jika usaha kami dalam melindungi dan membentengi aqidah umat agar tidak terjerumus dalam kekafiran dikatakan sebagai sikap provokatif, maka semuanya kami kembalikan kepada umat Islam, biar umat yang menilai, karena umat Islam adalah umat yang cerdas, tidak mudah ditipu dan tidak mudah di bodohi. Dan hari ini kita bisa melihat dengan terang benderang, seterang matahari di siang bolong, mana orang-orang yang berjuang dalam barisan kebathilan dan mana orang-orang berjuang dalam barisan kebenaran,” tegas Eko.

Alumnus salah satu Ponpes di Jepara itu juga mengatakan bahwa pemasangan spanduk tersebut serentak di seluruh Indonesia.

“Kami juga menambahkan bahwa pemasangan spanduk yang kami lakukan hari ini tidak hanya di kota Semarang, melainkan serentak di seluruh Indonesia. Dan dari sini kami juga hendak menegaskan bahwa JAT (Jama’ah Ansharut Tauhid) akan senantiasa menjadi barisan yang terdepan dalam membela dan melindungi aqidah umat sesuai dengan potensi dan kemampuan yang kami miliki,” pungkasnya. (azm/arrahmah.com)

- See more at: http://www.arrahmah.com/news/2013/12....3Bxs8yqn.dpuf

Sumbernya arrahman gan : http://www.arrahmah.com/news/2013/12...mat-natal.html

JAT (Jama’ah Ansharut Tauhid)
Siapa tuh JAT

Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT), organisasi yang didirikan oleh Abu Bakar Bas’asyir pada September 2008 sejak awal mulanya merupakan organisasi yang membingungkan. JAT yang seolah-olah merupakan organisasi terbuka juga mempunyai anggota yang diketahui memiliki kaitan dengan sejumlah DPO teroris. Organisasi ini telah menerima banyak anggota Jemaah Islamiah (JI), tapi JAT tidak sefaham dengan kepemimpinan JI mengenai strategi dan taktik. Mereka berkhotbah perlunya berjihad melawan musuh-musuh Islam, tapi bersikeras bahwa kegiatan JAT tidak melanggar hukum – meskipun pada prinsipnya mereka menolak seluruh hukum buatan manusia sebagai haram. JAT merupakan sebuah ormas tapi secara keseluruhan bergantung pada satu orang, yaitu Ba’asyir, yang tanpanya akan cepat bubar. JAT telah menjadi sebuah elemen penting dalam jaringan kelompok jihadi di Indonesia, tapi selama ini telah menjadi sasaran kritik tajam dari beberapa sekutunya. Bila sosok JAT beserta berbagai wajah yang dimilikinya bisa diketahui, dan keretakan ideologi yang telah diakibatkannya, mungkin kelemahan-kelemahan dan perselisihan yang terjadi di dalam gerakan jihadi di Indonesia saat ini bisa lebih dimengerti. Report ini juga menyoroti bagaimana pengaruh Ba’asyir yang masih kuat tapi kemungkinan mulai memudar.

Sisi gelap kegiatan JAT menjadi perhatian media pada tanggal 6 Mei 2010, setelah Densus 88 menggerebek markas Jama’ah Ansharut Tauhid (JAT) di Jakarta dan menuduh tiga petinggi JAT terkait pengumpulan dana untuk sebuah kamp latihan tempur yang terungkap di Aceh akhir bulan Februari. Pada tanggal 12 Mei, polisi menggelar rekonstruksi pertemuan di Jakarta Selatan yang melibatkan dua orang (yang sekarang ditahan), yang diketahui menjadi pelatih kamp training tersebut, dengan satu orang lain, yang memakai gantungan nama bertuliskan “Abu Bakar Ba’asyir”. Tuduhan tentang keterlibatan orang JAT dalam pencarian dana dan latihan tempur dengan segera memicu spekulasi bahwa Ba’asyir akan ditangkap lagi dalam waktu dekat.

Apabila Ba’asyir ditangkap, untuk yang ketiga kalinya sejak Bom Bali I, dampaknya akan terbatas, baik terhadap ekstrimisme maupun terhadap politik di Indonesia. Ba’asyir selama ini telah menjadi duri bagi pemerintah sejak awal tahun 1970an. Ia merupakan sesepuh gerakan radikal di Indonesia, tapi ia bukan penggerak utama maupun ideolog yang paling penting, dan banyak diantara sesama jihadis yang mengkritiknya, menyebut Ba’asyir kurang punya kemampuan strategi atau administratif.

Namun demikian, status selebriti Ba’asyir, program dakwah yang aktif, dan perekrutan anggota yg cepat, tanpa proses kaderisasi yang berarti, telah membuat JAT menjadi sebuah organisasi dengan struktur berskala nasional hanya dalam waktu dua tahun sejak pendiriannya. Rekrutmen dilaksanakan melalui tabligh akbar dan pengajian yang lebih kecil, terbuka untuk umum, dimana Ba’asyir dan ustadz-ustadz lain menghimbau pengikutnya untuk menerapkan syariat secara kuffah, menolak sistem demokrasi, dan berjihad terhadap musuh. Wajah publik ini rupanya menjadi semacam cover untuk lingkaran kecil didalam JAT yang mendukung kekerasan. JAT tidak bisa bertahan lama sebagai organisasi berwajah dua – banyak orang ditarik ke JAT karena kegiatan dakwah yang sifatnya militan tapi sah. Kalau ternyata betul-betul pemimpinnya terkait aksi teroris, banyak anggotanya pasti keluar.

Sebetulnya, proyek jihadi di Indonesia sudah gagal. Terpecahbelahnya gerakan radikal dan terus-menerus membuat aliansi baru merupakan reaksi terhadap kegagalan ini. Tak ada indikasi apapun bahwa gerakan ekstrimis ala Noordin Top sedang meningkat. Yang kita lihat justru adalah wajah lama membungkus ide lama dengan kertas baru. Untuk kedepan, tantangan yang lebih berat untuk Indonesia adalah bagaimana menangani aspirasi JAT yang mengirim pesan ke publik bahwa demokrasi tidak cocok dengan Islam; bahwa hanya daulah islamiyah bisa menghidupkan nilai-nilai Islam; dan syariat Islam harus menjadi sumber keadilan.

Sumber : http://www.crisisgroup.org/en/region...px?alt_lang=id

Ternyata gan.., u know lah..
0
5.3K
68
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan