bloggerkendalAvatar border
TS
bloggerkendal
Dangdut Koplo Dikorup Televisi


Tak terasa dangdut telah memasuki babak lanjut yang disebut koplo. Koplo yaitu puncak dari sebutan gila, edan, sinting. Pendek kata satu musik yang dianggap gila-gilaan, entah dari sudut pandang mana. Yang jelas demi kejujuran harus dikatakan, dalam kekoploannya dangdut justru telah menunjukkan jati progresivitasnya. Sekaligus, penanda sikap dinamika politiknya.


Mengingat agak lupa, siapa yang pertama menceploskan istilah dangdut. Antara dua nama, kalau bukan Putu Wijaya ya N Riantiarno. Satu sebutan yang kalau dirasakan rasa katanya mengandung pelecehan. Lebih tepatnya, kecenderungan satu lingkungan seni tidak memandang sebelah mata terhadap lahan seni lain. Lalu secara spontan, secara naluriah seninya terceplos: dangdut.


Naluri yang secara perlahan tapi pasti merasuki jiwa anak bangsa, di era yang disebut Orde Baru. Kesenian tradisional maupun rakyat diberi tempat di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Satu tempat pemanggungan kesenian dengan konseptor Umar Kayam, dengan teknologi teater canggih. Sehingga meski pun kerakyatan, tidak terkesan udik atau kampungan. Lenong, Srandul, Sintren, bersanding dengan teater modern yang diimport dari Barat. Teater rakyat terselamatkan dari pemberangusan politik Orba atas semua yang berbau rakyat bin komunis. Jagung atau ketela bisa menjelma makanan pop (corn), asalkan terekayasa dengan kemasan instan.


Musik dangdut-melayu jelmaan Indiahe yang mendapat tempat di hati rakyat sejak Orde Lama, memasuki babak baru. Terutama dengan tampilnya raja dangdut Oma Irama dan ratu dangdut Elvi Sukaesih. Tapi ajaib, dangdut yang ada di kalangan rakyat tetap melakukan kontrol politik. Sampai pada gilirannya, saat sang raja dan ratu tak lagi sanggup melawan penjajahan dari Barat, dangdut rakyat melakukan perlawanan.


Perlawanan yang mewujud dari teriakan khas koplo: bohay, geboy, buka sitik joss..!
Oplosan

Rasakan progresivitas musik dangdut India-Melayu yang diramu jiwa ketakyatan campur sari, terutama dinamika pada drum, kendang, klonengan. Dan, saksikan perlawanan para biduannya yang berteriak lantang, mengepalkan tinju, lengkap dengan ke-bohay-an dan ke-geboy-an mereka: buka sitik joss..! Lihatlah keberanian anak-anak gadis kita yang sedang bertempur melawan Bionce, Lady Gaga, atau pun saudaranya sendiri Agnes Monica.


Para pejuang kita tetap maju di panggung pertempuran, meski bangsanya sendiri justru memihak kepada lawan. Bahkan para pejuang kita dipandang sebelah mata dengan penuh kesinisan. Kesinisan sambil menuding koplo sebagai musik kampungan, rendah, kotor, najis. Tak terasa kesinisan itu tak lain karena naluri mereka telah dirasuki darah dan jiwa Barat. Celakanya begitu mereka telah menjadi Barat-Kapitalis, mereka tak sadar bahwa yang mereka hujat adalah anak bangsa sendiri. Tak sadar bahwa mereka telah menjadi jagung atau ketela dalam kemasan baru, telah menjadi instan di hadapan anak-anak sendiri.


Meski, sambil mencemil pop-corn atau x-tela, mereka diam-diam mulai menikmati musik rakyat koplo yang sedang dikorup televisi: dangdut 'Oplosan' keep smile...


Tragis..!




sumber foto : twitter.com
0
3.3K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan