- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mengungkap Kehidupan ABG PGBZONE Palembang


TS
ahok.btp
Mengungkap Kehidupan ABG PGBZONE Palembang

Quote:
PALEMBANG, KOMPAS.com - Anak-anak usia belasan di Kota Pelembang memiliki risiko mengalami penyimpangan orientasi seksual, akibat pergaulan. Kesaksian dan penelusuran terhadap komunitas penyuka sesama jenis di kota ini dapat membuktikan hal itu.
Meskipun masih tersisa kesan tertutup, namun kehadiran komunitas tersebut di tempat umum sudah sangat mudah ditemui. Mereka terlihat sudah lebih merasa bebas menampakkan jati diri.
Sejauh ini, komunitas lesbi di Palembang menyukai kawasan Museum BKB, Kambang Iwak Kecil (samping Masjid Taqwa), TVRI, dan Simpang Polda. Sedangkan untuk gay di BKB, Simpang Polda dan mall-mall.
Seorang pemuda, R (21), yang adalah lelaki penyuka sesama jenis mengungkapkan, banyak anak yang masih duduk di bangku SMP menjadi gay.
“Kalau dulu saya suka dengan brondong (anak di bawah umur) untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R, Jumat (20/12/2013).
R mengaku, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit). Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay ABG, mulai dari 'hanya bersenang-senang', 'cinta satu malam', hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.
Top dan Bottom
Dalam hubungan anak manusia sesama jenis dikenal istilah top, untuk pria yang berperan sebagai pria dan bottom bagi mereka yang berperan sebagai wanita.
Gay ABG bisa berperan menjadi kedua-duanya. Tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan sebagai apa.
A (24), lelaki gay lainnya menuturkan, bila gay ABG yang sudah "setengah jadi" mudah diarahkan untuk berperan menjadi B (dari kata bottom).
“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.
Para ABG, ujar A, memiliki rasa ingin tahu yang lebih. Mereka ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A. Di hadapan ABG tulen itu, A pun berperan menjadi perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang ABG.
“Mereka ingin tahu rasanya ML (making love) dan kita penuhi itu. Berperan-lah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” kata A.
(Bersambung)
Meskipun masih tersisa kesan tertutup, namun kehadiran komunitas tersebut di tempat umum sudah sangat mudah ditemui. Mereka terlihat sudah lebih merasa bebas menampakkan jati diri.
Sejauh ini, komunitas lesbi di Palembang menyukai kawasan Museum BKB, Kambang Iwak Kecil (samping Masjid Taqwa), TVRI, dan Simpang Polda. Sedangkan untuk gay di BKB, Simpang Polda dan mall-mall.
Seorang pemuda, R (21), yang adalah lelaki penyuka sesama jenis mengungkapkan, banyak anak yang masih duduk di bangku SMP menjadi gay.
“Kalau dulu saya suka dengan brondong (anak di bawah umur) untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R, Jumat (20/12/2013).
R mengaku, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit). Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay ABG, mulai dari 'hanya bersenang-senang', 'cinta satu malam', hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.
Top dan Bottom
Dalam hubungan anak manusia sesama jenis dikenal istilah top, untuk pria yang berperan sebagai pria dan bottom bagi mereka yang berperan sebagai wanita.
Gay ABG bisa berperan menjadi kedua-duanya. Tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan sebagai apa.
A (24), lelaki gay lainnya menuturkan, bila gay ABG yang sudah "setengah jadi" mudah diarahkan untuk berperan menjadi B (dari kata bottom).
“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.
Para ABG, ujar A, memiliki rasa ingin tahu yang lebih. Mereka ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A. Di hadapan ABG tulen itu, A pun berperan menjadi perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang ABG.
“Mereka ingin tahu rasanya ML (making love) dan kita penuhi itu. Berperan-lah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” kata A.
(Bersambung)

sumber

ayo gabung kakak


Quote:
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Pria dan perempuan penyuka sesama jenis, gay atau lesbian, kini tak lagi dilakukan oleh orang dewasa. Belakangan prilaku menyimpang tersebut juga melibatkan anak-anak di usia belasan. Cinta sejenis yang melibatkan dua anak manusia sesama jenis ini pun makin marak di Kota Palembang.
R (21) mengungkapkan, banyak ABG yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi gay. Perilaku anak sekolah tersebut tidak menunjukkan bahwa mereka adalah gay, namun R mengungkapkan bila dirinya sering kali bercumbu dengan anak-anak tersebut.
“Kalau dulu saya suka dengan brondong untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong (abg) masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R saat dibincangi Sripoku.com, Jumat (20/12/2013).
R juga adalah gay di Palembang. Namun, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit). Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay abg, hanya dengan bersenang-senang, cinta satu malam hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.
“Tidak sulit mencari abg sekong di Facebook, Twitter atau BBM. Mereka lebih mudah diajak ketemuan. Kita janjikan dugem dan minuman gratis sudah mau diajak intim. Apalagi jiwa mereka yang masih anak-anak gampang dirayu dan dimanja,” ungkapnya.
Bercinta dengan gay ABG memiliki kesenangan tersendiri bagi R, karena mereka yang masih sekolah memikiki sifat ingin dimanja dan perhatian penuh oleh seseorang. “Mereka butuh perhatian dan sikap manja, sedangkan kita juga ingin memberikan hal itu. Jadi cocok atau punya kesamaan. Yang satunya ingi kasih perhatian lebih dan satunya lagi butuh perhatian lebih,” ucapnya.
Dalam hubungan anak manusia sesama jenis juga mengenal pria (Top) dan wanita (Bottom). Gay abg bisa berperan menjadi kedua-duanya, tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan seperti apa. A (24) menuturkan, bila gay abg yang sudah setengah jadi mudah diarahkan untuk berperan menjadi B dari kata Bottom.
“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.
Para ABG ujar A, kecenderungan punya rasa ingin tahu lebih. Ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A. Di hadapan abg tulen itu, A pun berperan menjadi perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang abg.
“Mereka ingin tahu rasanya ML (Making Love) dan kita penuhi itu. Berperan lah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” terangnya.
Selain mendapatkan abg dari BBM, baik R ataupun A bisa mencarinya di sebuah halaman Facebook bernama Palembang Gay Boyz Zone atau PGBZone. Sebuah halaman di mana banyak gay di Palembang berbagi kontak dan profil mereka masing-masing. Twitter juga menjadi sarana mereka berkenalan.
Baik R atau A mengaku tak pernah berhubungan intim antar mereka. Hanya pernah suatu kali untuk bertukar pasangan (Swinger). Untuk menemukan pasangan gay lain, mereka juga memasang sebuah iklan pijat urut di media cetak. “Tapi untuk kenalan di koran, kebanyakan adalah paruh baya. Tak pernah ada abg,” bebernya.
Sementara bagi E (26), dirinya kurang begitu tertarik mencari gay abg untuk menjalin hubungan serius terkecuali bersenang-senang. Terkadang teman-temannya sering menyodorkan abg untuk diajak kencan atau berhubungan badan dalam sebuah kesempatan di hotel atau tempat dugem.
“Kalau kata teman-teman, brondong itu menggemaskan. Bisa jadikan mereka sosok yang lebih dewasa bila menjalin intim dengan brondong. Itu kalau si brondong mau jadi B,” jelasnya singkat.
E mengungkapkan, mudah menemukan gay ABG di pusat-pusat perbelanjaan. Hanya dengan saling memandang, para gay bisa saling mengetahui satu sama lain kemudian berkenalan. Para gay di Palembang juga sering kongkow di tempat keramaian seperti Benteng Kuto Besak (BKB) atau taman kota.
“Kalau gay tua nongokrongnya di toilet pria. Ciri-cirinya ada yang pakai anting sebelah, cincin di jari kelinggin, dan ada juga yang hanya dengan menatap. Bila saling tatap hingga lebih dari lima kali sudah pasti gay. Untuk memastikannya, gay akan memainkan telunjuk saat berjabat tangan,” tukasnya. (mg5)
R (21) mengungkapkan, banyak ABG yang masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi gay. Perilaku anak sekolah tersebut tidak menunjukkan bahwa mereka adalah gay, namun R mengungkapkan bila dirinya sering kali bercumbu dengan anak-anak tersebut.
“Kalau dulu saya suka dengan brondong untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong (abg) masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R saat dibincangi Sripoku.com, Jumat (20/12/2013).
R juga adalah gay di Palembang. Namun, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit). Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay abg, hanya dengan bersenang-senang, cinta satu malam hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.
“Tidak sulit mencari abg sekong di Facebook, Twitter atau BBM. Mereka lebih mudah diajak ketemuan. Kita janjikan dugem dan minuman gratis sudah mau diajak intim. Apalagi jiwa mereka yang masih anak-anak gampang dirayu dan dimanja,” ungkapnya.
Bercinta dengan gay ABG memiliki kesenangan tersendiri bagi R, karena mereka yang masih sekolah memikiki sifat ingin dimanja dan perhatian penuh oleh seseorang. “Mereka butuh perhatian dan sikap manja, sedangkan kita juga ingin memberikan hal itu. Jadi cocok atau punya kesamaan. Yang satunya ingi kasih perhatian lebih dan satunya lagi butuh perhatian lebih,” ucapnya.
Dalam hubungan anak manusia sesama jenis juga mengenal pria (Top) dan wanita (Bottom). Gay abg bisa berperan menjadi kedua-duanya, tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan seperti apa. A (24) menuturkan, bila gay abg yang sudah setengah jadi mudah diarahkan untuk berperan menjadi B dari kata Bottom.
“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.
Para ABG ujar A, kecenderungan punya rasa ingin tahu lebih. Ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A. Di hadapan abg tulen itu, A pun berperan menjadi perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang abg.
“Mereka ingin tahu rasanya ML (Making Love) dan kita penuhi itu. Berperan lah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” terangnya.
Selain mendapatkan abg dari BBM, baik R ataupun A bisa mencarinya di sebuah halaman Facebook bernama Palembang Gay Boyz Zone atau PGBZone. Sebuah halaman di mana banyak gay di Palembang berbagi kontak dan profil mereka masing-masing. Twitter juga menjadi sarana mereka berkenalan.
Baik R atau A mengaku tak pernah berhubungan intim antar mereka. Hanya pernah suatu kali untuk bertukar pasangan (Swinger). Untuk menemukan pasangan gay lain, mereka juga memasang sebuah iklan pijat urut di media cetak. “Tapi untuk kenalan di koran, kebanyakan adalah paruh baya. Tak pernah ada abg,” bebernya.
Sementara bagi E (26), dirinya kurang begitu tertarik mencari gay abg untuk menjalin hubungan serius terkecuali bersenang-senang. Terkadang teman-temannya sering menyodorkan abg untuk diajak kencan atau berhubungan badan dalam sebuah kesempatan di hotel atau tempat dugem.
“Kalau kata teman-teman, brondong itu menggemaskan. Bisa jadikan mereka sosok yang lebih dewasa bila menjalin intim dengan brondong. Itu kalau si brondong mau jadi B,” jelasnya singkat.
E mengungkapkan, mudah menemukan gay ABG di pusat-pusat perbelanjaan. Hanya dengan saling memandang, para gay bisa saling mengetahui satu sama lain kemudian berkenalan. Para gay di Palembang juga sering kongkow di tempat keramaian seperti Benteng Kuto Besak (BKB) atau taman kota.
“Kalau gay tua nongokrongnya di toilet pria. Ciri-cirinya ada yang pakai anting sebelah, cincin di jari kelinggin, dan ada juga yang hanya dengan menatap. Bila saling tatap hingga lebih dari lima kali sudah pasti gay. Untuk memastikannya, gay akan memainkan telunjuk saat berjabat tangan,” tukasnya. (mg5)

sumur
keren

group tekape


grup SG kaskus ada gak sih

Spoiler for sambungan:


Quote:
Original Posted By .adikusayang►

"Saya bisa menyimpulkan bahwa walaupun saya heteroseksual, tapi tetap aja ada kemungkinan sisi homoseksual saya ada, walaupun itu mungkin hanya 1%. Worry dengan kondisi ini? Totally NOT. Bila dalam diri kita sendiri memiliki potensi untuk orientasi LGBTI (Q) walaupun kadarnya sangat rendah, lalu kenapa kita harus menjustis orang lain yang orientasi LGBTI(Q) yang mungkin lebih dominan sebagai “other” atau “berpenyakit”?
Are you hundred percent heterosexual?? I am not."
(Hj. Nihayatul Wafiroh, MA - Alumni Pesantren dan Hawaii University)
Tulisan yang bagus dan jujur dari seorang Nihayatul Wafiroh (Alumni UIN Sunan Kalijaga, dari keluarga pesantren di Banyuwangi)
-----------------------------------------------------------------------
Are you hundred percent heterosexual?? I am not.
oleh : Nihayah *
Beberapa tahun lalu saat menyelesaikan program Master di University of Hawaii at Manoa (UHM), saya pernah mengalami kejadian yang kemudian imbasnya terus meninggalkan pertanyaan dalam diri saya. Saat itu saya sedang duduk di Paradise Palm yang letaknya tepat di depan Hamilton Library. Segelas kopi dan beberapa buku menjadi teman saya menghabiskan pagi itu.
Di tengah-tengah membaca buku saya merasa ada seseorang yang memperhatikan. Setelah menurunkan buku yang saya baca dan mencoba melihat sekeliling, benar saja ada seorang cewek di deretan bangku di depan sebelah kanan saya yang sedang menatap kearah saya dengan senyum. Karena menganggap itu hanya sekedar benturan mata tidak sengaja, saya pun tersenyum dan kembali menekuni buku. Jarak beberapa menit kemudian, perempuan itu mendatangi meja saya dan meminta ijin untuk duduk di kursi tepat di depan saya. Karena kursi itu kosong, jadi tidak ada alasan bagi saya untuk menolak, terlebih Paradise Palm adalah tempat umum.
Perempuan ini lalu memperkenalkan diri, sebut saja namanya Kathy. Dia adalah mahasiswa Phd Program dari jurusan Political Science di UHM. Setelah basa-basi dengan perkenalan Kathy secara langsung mengutarakan niatnya, “Can I ask your time, just 5 or 10 minutes?” Lalu dia bilang kalau ingin sekali mencium saya. Dalam pandangan dia, saya memiliki kekuatan di bibir dan dia ingin membuktika bahwa dia benar. Permintaan janggal yang otomatis membuat saya mengkerutkan kening. Melihat saya kebingungan dia kemudian menegaskan “I am a Lesbian anyway.” Pernyataan yang jujur dan semakin membuat saya tergagap. Dalam situasi yang kaget, saya masih berusaha mengendalikan diri dan mencoba mengajak dia berbicara. Dari ceritanya saya menjadi tahu kalau dia menjadi lesbian setelah merasa kecewa setiap kali berhubungan dengan laki-laki. “Laki-laki memang egois, mereka hanya mementingkan ejakulasi mereka sendiri, tanpa berpikir bahwa patnernya juga menginginkan hal yang sama.”
Saya banyak mendapatkan pengetahuan baru yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Kathy terus memohon dengan sangat agar saya mengabulkan permintaannya. “Please, just 5 minute” dia terus mengulanginya. Saya sendiri dalam posisi bingung. Di satu sisi saya ingin tahu banyak tentang orang lesbian, di sisi lain ada ketakutan yang luar biasa dalam hati saya, dan yang jelas saya bingung mencari alasan untuk melarikan diri. Di menit yang ke 15 atau 20 dari obrolan kami lewatlah Professor saya yang baru membeli kopi, dia mendatangi meja saya dan bilang, “Excuse me Ninik, can you stop by in my office to take your paper. Sorry I have to give it to you today, because this afternoon I will go to main land.” Yes…. Akhirnya ada yang menyelamatkan saya untuk pergi. Thanks Prof.
Kejadian yang kurang dari setengah jam tersebut menjadi perenungan mendalam dalam diri saya. Bagaimana bisa seseorang bisa merubah orientasi seksualnya dari sebelumnya heteroseksual menuju ke homoseksual? Saya pun mencoba melihat diri saya dengan lebih mendalam lagi dan merasakan setiap perubahan dalam hati untuk mendapatkan jawaban tentang pertanyaan besar yang masih mendekam dalam pikiran. Saya mencoba membandingkan tingkat keterangsangan saya ketika melihat film blue yang heteroseksual dan homoseksual. Hal ini untuk menguji kemungkinan seseorang berubah orientasi seksual. Ketika melihat film homoseksual (Lesbian) saya terangsang juga, namun hal tersebut tidak sebanding dengan besarnya keterangsangan saya ketika melihat film blue heteroseksual. Walaupun begitu keterangsangan saya ketika melihat film lesbian membuat saya khawatir, apakah saya lesbian?.
Semua pertanyaan besar tersebut ternyata saya menemukan jawabannya ketika saya mengikuti pelatihan FSI (Forum Seksualitas Indonesia) pertengahan tahun 2011 lalu. Ketika belajar dari fasilitator tentang Skala Kinsley, saya menyadari bahwa dalam setiap orang ternyata memungkinkan punya potensi heteroseksual dan homoseksual. Yang membedakan seseorang akan menjadi homo atau hetero adalah seberapa besar kecenderungan seseorang pada setiap perilaku tersebut. Bila kecenderungan homoseksualnya yang lebih dominan, dia akan jadi LGBT. Namun perilaku LGBT akan tertutupi bila potensi heteroseksualnya lebih tinggi.
Walaupun Alfred Kinsley hanya memfokuskan diri pada ekspresi seksual semata, namun bila ditelisik lebih dalam, dari segi biologis pun hal tersebut dapat dijelaskan. Fasilitator telah memberikan gambaran ke saya bahwa kromosom dan hormon manusia tidak selalu ‘baik-baik’ saja dalam artian kromosom tidak saja akan full membentuk seseorang menjadi heteroseksual atau homoseksual, namun kromosom betina dan jantan kadang komposisi dalam tiap tubuh manusia berbeda-beda. Dan imbasnya hal ini menjadikan orientasi seksual seseorang tidak selalu linier.
Dengan informasi dari segi biologis ini saya meruntuhkan pemahaman dan kepercayaan yang selama ini saya bangun sendiri. Selama ini saya selalu berpikir bahwa orientasi seksual selalu berjalan lurus, dan tidak ada “persimpangan jalan” dan orientasi seksual 80% dipengaruhi oleh lingkungan. Ternyata yang terjadi lebih komplek dari pada pemahaman saya selama ini.
So, dengan ini saya bisa menyimpulkan bahwa walaupun saya heteroseksual, tapi tetap aja ada kemungkinan sisi homoseksual saya ada, walaupun itu mungkin hanya 1%. Worry dengan kondisi ini? Totally NOT. Bila dalam diri kita sendiri memiliki potensi untuk orientasi LGBTI (Q) walaupun kadarnya sangat rendah, lalu kenapa kita harus menjustis orang lain yang orientasi LGBTI(Q) yang mungkin lebih dominan sebagai “other” atau “berpenyakit”?
Are you hundred percent heterosexual?? I am not.
*Alumni Pesantren di Jawa dan Program Master Universitas Hawai,USA
source
source

10 % manusia terlahir homoseksual exlusive
10% manusia terlahir heteroseksual exlusive
sisanya Biseksual dengan kadar yang berbeda-beda pada setiap orang.
Kamu di posisi mana guys?
Are you hundred percent heterosexual?? I am not

"Saya bisa menyimpulkan bahwa walaupun saya heteroseksual, tapi tetap aja ada kemungkinan sisi homoseksual saya ada, walaupun itu mungkin hanya 1%. Worry dengan kondisi ini? Totally NOT. Bila dalam diri kita sendiri memiliki potensi untuk orientasi LGBTI (Q) walaupun kadarnya sangat rendah, lalu kenapa kita harus menjustis orang lain yang orientasi LGBTI(Q) yang mungkin lebih dominan sebagai “other” atau “berpenyakit”?
Are you hundred percent heterosexual?? I am not."
(Hj. Nihayatul Wafiroh, MA - Alumni Pesantren dan Hawaii University)
Tulisan yang bagus dan jujur dari seorang Nihayatul Wafiroh (Alumni UIN Sunan Kalijaga, dari keluarga pesantren di Banyuwangi)
-----------------------------------------------------------------------
Are you hundred percent heterosexual?? I am not.
oleh : Nihayah *
Beberapa tahun lalu saat menyelesaikan program Master di University of Hawaii at Manoa (UHM), saya pernah mengalami kejadian yang kemudian imbasnya terus meninggalkan pertanyaan dalam diri saya. Saat itu saya sedang duduk di Paradise Palm yang letaknya tepat di depan Hamilton Library. Segelas kopi dan beberapa buku menjadi teman saya menghabiskan pagi itu.
Di tengah-tengah membaca buku saya merasa ada seseorang yang memperhatikan. Setelah menurunkan buku yang saya baca dan mencoba melihat sekeliling, benar saja ada seorang cewek di deretan bangku di depan sebelah kanan saya yang sedang menatap kearah saya dengan senyum. Karena menganggap itu hanya sekedar benturan mata tidak sengaja, saya pun tersenyum dan kembali menekuni buku. Jarak beberapa menit kemudian, perempuan itu mendatangi meja saya dan meminta ijin untuk duduk di kursi tepat di depan saya. Karena kursi itu kosong, jadi tidak ada alasan bagi saya untuk menolak, terlebih Paradise Palm adalah tempat umum.
Perempuan ini lalu memperkenalkan diri, sebut saja namanya Kathy. Dia adalah mahasiswa Phd Program dari jurusan Political Science di UHM. Setelah basa-basi dengan perkenalan Kathy secara langsung mengutarakan niatnya, “Can I ask your time, just 5 or 10 minutes?” Lalu dia bilang kalau ingin sekali mencium saya. Dalam pandangan dia, saya memiliki kekuatan di bibir dan dia ingin membuktika bahwa dia benar. Permintaan janggal yang otomatis membuat saya mengkerutkan kening. Melihat saya kebingungan dia kemudian menegaskan “I am a Lesbian anyway.” Pernyataan yang jujur dan semakin membuat saya tergagap. Dalam situasi yang kaget, saya masih berusaha mengendalikan diri dan mencoba mengajak dia berbicara. Dari ceritanya saya menjadi tahu kalau dia menjadi lesbian setelah merasa kecewa setiap kali berhubungan dengan laki-laki. “Laki-laki memang egois, mereka hanya mementingkan ejakulasi mereka sendiri, tanpa berpikir bahwa patnernya juga menginginkan hal yang sama.”
Saya banyak mendapatkan pengetahuan baru yang tidak pernah saya ketahui sebelumnya. Kathy terus memohon dengan sangat agar saya mengabulkan permintaannya. “Please, just 5 minute” dia terus mengulanginya. Saya sendiri dalam posisi bingung. Di satu sisi saya ingin tahu banyak tentang orang lesbian, di sisi lain ada ketakutan yang luar biasa dalam hati saya, dan yang jelas saya bingung mencari alasan untuk melarikan diri. Di menit yang ke 15 atau 20 dari obrolan kami lewatlah Professor saya yang baru membeli kopi, dia mendatangi meja saya dan bilang, “Excuse me Ninik, can you stop by in my office to take your paper. Sorry I have to give it to you today, because this afternoon I will go to main land.” Yes…. Akhirnya ada yang menyelamatkan saya untuk pergi. Thanks Prof.
Kejadian yang kurang dari setengah jam tersebut menjadi perenungan mendalam dalam diri saya. Bagaimana bisa seseorang bisa merubah orientasi seksualnya dari sebelumnya heteroseksual menuju ke homoseksual? Saya pun mencoba melihat diri saya dengan lebih mendalam lagi dan merasakan setiap perubahan dalam hati untuk mendapatkan jawaban tentang pertanyaan besar yang masih mendekam dalam pikiran. Saya mencoba membandingkan tingkat keterangsangan saya ketika melihat film blue yang heteroseksual dan homoseksual. Hal ini untuk menguji kemungkinan seseorang berubah orientasi seksual. Ketika melihat film homoseksual (Lesbian) saya terangsang juga, namun hal tersebut tidak sebanding dengan besarnya keterangsangan saya ketika melihat film blue heteroseksual. Walaupun begitu keterangsangan saya ketika melihat film lesbian membuat saya khawatir, apakah saya lesbian?.
Semua pertanyaan besar tersebut ternyata saya menemukan jawabannya ketika saya mengikuti pelatihan FSI (Forum Seksualitas Indonesia) pertengahan tahun 2011 lalu. Ketika belajar dari fasilitator tentang Skala Kinsley, saya menyadari bahwa dalam setiap orang ternyata memungkinkan punya potensi heteroseksual dan homoseksual. Yang membedakan seseorang akan menjadi homo atau hetero adalah seberapa besar kecenderungan seseorang pada setiap perilaku tersebut. Bila kecenderungan homoseksualnya yang lebih dominan, dia akan jadi LGBT. Namun perilaku LGBT akan tertutupi bila potensi heteroseksualnya lebih tinggi.
Walaupun Alfred Kinsley hanya memfokuskan diri pada ekspresi seksual semata, namun bila ditelisik lebih dalam, dari segi biologis pun hal tersebut dapat dijelaskan. Fasilitator telah memberikan gambaran ke saya bahwa kromosom dan hormon manusia tidak selalu ‘baik-baik’ saja dalam artian kromosom tidak saja akan full membentuk seseorang menjadi heteroseksual atau homoseksual, namun kromosom betina dan jantan kadang komposisi dalam tiap tubuh manusia berbeda-beda. Dan imbasnya hal ini menjadikan orientasi seksual seseorang tidak selalu linier.
Dengan informasi dari segi biologis ini saya meruntuhkan pemahaman dan kepercayaan yang selama ini saya bangun sendiri. Selama ini saya selalu berpikir bahwa orientasi seksual selalu berjalan lurus, dan tidak ada “persimpangan jalan” dan orientasi seksual 80% dipengaruhi oleh lingkungan. Ternyata yang terjadi lebih komplek dari pada pemahaman saya selama ini.
So, dengan ini saya bisa menyimpulkan bahwa walaupun saya heteroseksual, tapi tetap aja ada kemungkinan sisi homoseksual saya ada, walaupun itu mungkin hanya 1%. Worry dengan kondisi ini? Totally NOT. Bila dalam diri kita sendiri memiliki potensi untuk orientasi LGBTI (Q) walaupun kadarnya sangat rendah, lalu kenapa kita harus menjustis orang lain yang orientasi LGBTI(Q) yang mungkin lebih dominan sebagai “other” atau “berpenyakit”?
Are you hundred percent heterosexual?? I am not.
*Alumni Pesantren di Jawa dan Program Master Universitas Hawai,USA
source
source

10 % manusia terlahir homoseksual exlusive
10% manusia terlahir heteroseksual exlusive
sisanya Biseksual dengan kadar yang berbeda-beda pada setiap orang.
Kamu di posisi mana guys?

Quote:
Original Posted By GarisMelon►WTF!!, palembang di mana nya ini?? 
woy MAHO,, OUT LU PADA DARI PALEMBANG!!
Bikin malu Regional Palembang aje..
Ane Anak Palembang, mo muntah liat kelakuan alayers Maho di FP bawa nama" Palembang
#itu yang like FP nya banyak amit,,

woy MAHO,, OUT LU PADA DARI PALEMBANG!!

Bikin malu Regional Palembang aje..

Ane Anak Palembang, mo muntah liat kelakuan alayers Maho di FP bawa nama" Palembang

#itu yang like FP nya banyak amit,,

Quote:
Original Posted By kodok772001►kalau daerah kambang iwak sih setau ane emang banyak banci kalau mlm...mangkanya ogah ane main kesana...
cm memang perkembangan ABG di palembang jauh banget sama jaman ane SMA tahun 2003...waktu ane SMA remajanya masih sopan2...kalau pakai pakaian yg ketat alias tidak longgar...pasti langsung dimarahin..
tp tahun 2007 ane kesana..pakaiannya sudah berani2...alias termasuk ketat...walau tidak sampai pakai hotpants...tp pakainnya sudah menunjukkan body...rada sedih ane sama kampung halaman ane...
cm memang perkembangan ABG di palembang jauh banget sama jaman ane SMA tahun 2003...waktu ane SMA remajanya masih sopan2...kalau pakai pakaian yg ketat alias tidak longgar...pasti langsung dimarahin..
tp tahun 2007 ane kesana..pakaiannya sudah berani2...alias termasuk ketat...walau tidak sampai pakai hotpants...tp pakainnya sudah menunjukkan body...rada sedih ane sama kampung halaman ane...

Diubah oleh ahok.btp 29-12-2013 18:05
0
45.8K
Kutip
238
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan