- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
RFID Bikin Panik, Pertamina Stop Antrean
TS
leheritem
RFID Bikin Panik, Pertamina Stop Antrean
Jakarta, KompasOtomotif – Pemasangan alat pencatat pemakaian bahan bakar minyak atau Radio Frequency Identification (RFID) cukup membuat panik para pengguna bahan bakar bersubsidi. Antrean mengular di sejumlah SPBU di Jakarta, bahkan timbul isu negatif soal pembatasan konsumsi dan tenggat waktu. Pertamina pun menutup pemasangan ini karena animo terlalu kuat.
Senior Vice President Pemasaran dan Distribusi Pertamina, Suhartoko, mengatakan bahwa penutupan antrean dilakukan agar masyarakat tak panik, karena belum ada kepastian batas waktu. ”Kemarin sempat muncul isu hanya sampai November atau Desember, padahal kami menargetkan Juni tahun depan, itu pun belum tentu juga. Jadi kami luruskan, masyarakat tak perlu khawatir,” jelasnya kepada media, Jumat (13/12/2013) di Jakarta.
Belum Siap
Dijelaskan, program pemasangan RFID tidak bisa langsung diterapkan, karena mempertimbangkan daerah lain di luar Jakarta. Sistem akan berjalan dengan baik jika semua wilayah menerapkan. ”Misalnya Jakarta sudah siap dan dibatasi konsumsinya, tapi penduduk Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, yang sering ke Jakarta tidak bisa mengisi premium. Jangan sampai nanti kami dikomplain,” timpal Suhartoko.
Angan-angan Pertamina, seluruh Jawa akan diterapkan sistem sama (monitoring dan pembatasan). Selanjutnya, jika sudah siap, akan beranjak ke Kalimantan dan Sumatera, tapi dengan syarat Jawa sudah sukses menerapkannya.
Hanya ”Monitoring"
Perlu digarisbawahi, saat ini Pertamina hanya akan memaksimalkan pemasangan alat pencatat pada SPBU. Targetnya, sampai akhir tahun SPBU di Jakarta sudah bisa memonitor konsumsi penggunaan bahan bakar non-subsidi (Premium dan Solar), lalu dilanjutkan dengan pemasangan RFID untuk mobil-mobil.
SPBU dan Pertamina saat ini belum mendata mobil mana yang sudah menggunakan Premium dengan jumlah tertentu. Suhartoko mengatakan saat ini sudah lebih dari 90.000 RFID terpasang pada mobil-mobil di Jakarta. ”Mudah-mudahan hingga akhir Juni-Juli tahun depan sudah terpasang semua dan siap dimonitor dan direkam pemakaian bbm subsidi, meski belum ada ketentuan pembatasan jumlah maksimal yang boleh dikonsumsi,” tutupnya.
sumber berita
komen TS
kalau cuman buat monitor dicatat saja plat nomor + pembelian bensinya + jam dan tanggalnya.
Setelah itu masukkan ke database. Dari data pengisian total premium dari tangki mobil pengangkut premium bisa dicocokkan dengan konsumsi dari hasil catatan (match atau tidak), selain itu juga bisa dianalisa data-data lainnya. Jadi sepertinya tidak perlu menghambur-hamburkan anggaran/duid hanya untuk pemasangan RFID jika untuk monitoring saja
Senior Vice President Pemasaran dan Distribusi Pertamina, Suhartoko, mengatakan bahwa penutupan antrean dilakukan agar masyarakat tak panik, karena belum ada kepastian batas waktu. ”Kemarin sempat muncul isu hanya sampai November atau Desember, padahal kami menargetkan Juni tahun depan, itu pun belum tentu juga. Jadi kami luruskan, masyarakat tak perlu khawatir,” jelasnya kepada media, Jumat (13/12/2013) di Jakarta.
Belum Siap
Dijelaskan, program pemasangan RFID tidak bisa langsung diterapkan, karena mempertimbangkan daerah lain di luar Jakarta. Sistem akan berjalan dengan baik jika semua wilayah menerapkan. ”Misalnya Jakarta sudah siap dan dibatasi konsumsinya, tapi penduduk Bogor, Tangerang, Bekasi, Bandung, yang sering ke Jakarta tidak bisa mengisi premium. Jangan sampai nanti kami dikomplain,” timpal Suhartoko.
Angan-angan Pertamina, seluruh Jawa akan diterapkan sistem sama (monitoring dan pembatasan). Selanjutnya, jika sudah siap, akan beranjak ke Kalimantan dan Sumatera, tapi dengan syarat Jawa sudah sukses menerapkannya.
Hanya ”Monitoring"
Perlu digarisbawahi, saat ini Pertamina hanya akan memaksimalkan pemasangan alat pencatat pada SPBU. Targetnya, sampai akhir tahun SPBU di Jakarta sudah bisa memonitor konsumsi penggunaan bahan bakar non-subsidi (Premium dan Solar), lalu dilanjutkan dengan pemasangan RFID untuk mobil-mobil.
SPBU dan Pertamina saat ini belum mendata mobil mana yang sudah menggunakan Premium dengan jumlah tertentu. Suhartoko mengatakan saat ini sudah lebih dari 90.000 RFID terpasang pada mobil-mobil di Jakarta. ”Mudah-mudahan hingga akhir Juni-Juli tahun depan sudah terpasang semua dan siap dimonitor dan direkam pemakaian bbm subsidi, meski belum ada ketentuan pembatasan jumlah maksimal yang boleh dikonsumsi,” tutupnya.
sumber berita
komen TS
kalau cuman buat monitor dicatat saja plat nomor + pembelian bensinya + jam dan tanggalnya.
Setelah itu masukkan ke database. Dari data pengisian total premium dari tangki mobil pengangkut premium bisa dicocokkan dengan konsumsi dari hasil catatan (match atau tidak), selain itu juga bisa dianalisa data-data lainnya. Jadi sepertinya tidak perlu menghambur-hamburkan anggaran/duid hanya untuk pemasangan RFID jika untuk monitoring saja
0
3.6K
56
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan