- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
KPK Tersangkakan Ratu Atut


TS
kemalmahendra
KPK Tersangkakan Ratu Atut
Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka untuk dua kasus korupsi yaitu sengketa pemilihan kepala daerah Kabupaten Lebak dan pengadaan alat kesehatan. Penetapan kasus tersangka merupakan pukulan bagi Ratu Atut yang belum 40 hari ditinggalkan oleh suaminya, Hikmat Tomet.
Keputusan KPK itu juga merupakan pukulan telak bagi keluarga besarnya, karena sebelumnya adiknya, Tubagus Chaeri Wardana atau Wawan ditangkap oleh KPK. Suami Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany itu dituduh terlibat dalam kasus korupsi Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar.
Satu yang membuat Ratu Atut pantas sedih, penetapan kasus tersangkanya itu disambut gembira masyarakat di Banten. Banyak warga yang melakukan sujud syukur dan bahkan melakukan haul dengan menggunduli kepala mereka.
Ini tentunya sesuatu yang sangat ironis. Orang yang dipilih rakyat untuk memimpin daerah, ternyata tidak dicintai oleh rakyatnya. Ia tidak dianggap sebagai pemimpin yang mengayomi rakyatnya, tetapi justru menjadi beban bagi rakyatnya.
Sampai-sampai rakyat bergembira ketika pemimpinnya dijadikan tersangka. Bahkan rakyat mendesak KPK untuk mempersangkakan dan bahkan menghukum pemimpinnya, karena dianggap telah merugikan kehidupan mereka.
Kasus ini tentunya pantas menjadi bahan refleksi para pemimpin yang ada sekarang ini. Betapa pentingnya untuk menjaga amanah yang diberikan rakyat itu. Begitu kita mengkhianati amanah rakyat, maka kita akan disia-siakan oleh rakyat.
Tentunya sangat menyakitkan ketika disia-siakan oleh rakyat. Kita bukan hanya tidak dihormati, tetapi tidak memiliki harga diri. Padahal yang paling berharga dalam kehidupan ini adalah harga diri dan kehormatan.
Terutama bagi mereka yang memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi masyarakat banyak, kehormatan menjadi sesuatu yang sangat penting. Masyarakat pasti akan selalu berterima kasih dan mengingat jasa baik pemimpinnya, apabila sang pemimpin mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan rakyat.
Namun sekarang ini kita melihat banyak pemimpin yang hanya mengejar jabatan dan kekuasaan saja. Ketika jabatan dan kekuasaan sudah digenggam, ia lupa akan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Ia lupa untuk menyejahterakan rakyat dan hanya ingat bagaimana memperkaya diri sendiri dan golongannya.
Ketamakan menjadi ciri dari banyak pemimpin sekarang ini. Mereka hanya berpikir untuk sekadar mengumpulkan harta. Mereka bahkan rela untuk menggadaikan kehormatan yang dimiliki hanya sekadar untuk mengumpulkan kekayaan.
Ketika mereka kemudian tersandung oleh kasus korupsi, barulah menyadari bahwa harta kekayaan itu tidak ada artinya. Kehormatan jauh lebih penting dan kita tidak ada harganya sama sekali sebagai manusia ketika tidak lagi mempunyai kehormatan.
Bayangkan kehidupan keluarga yang harus memikul beban dari kesalahan kepala keluarga yang terbukti korupsi. Terutama anak-anak kita yang perjalanannya masih begitu jauh dan mereka tidak tahu menahu apa yang dilakukan orangtuanya.
Belum lagi ketika harus menjalani hukuman karena korupsi yang dilakukan. Banyak pejabat yang sama sekali tidak dilihat lagi oleh orang lain. Mereka dinilai sebagai benalu yang merugikan negara.
Sepantasnya para pelaku korupsi menerima hukuman sosial dari masyarakat. Mereka harus dipermalukan karena tidak punya malu untuk mengambil hak rakyat banyak. Mereka hidup bergelimang harta di atas penderitaan rakyat banyak.
Nasib buruk yang dialami Ratu Atut kita harapkan membuat banyak orang berpikir dua kali sebelum melakukan korupsi. Orang yang normal tidak akan pernah mau dipermalukan, karena kehormatan merupakan sesuatu yang sangat berharga.
Keputusan KPK itu juga merupakan pukulan telak bagi keluarga besarnya, karena sebelumnya adiknya, Tubagus Chaeri Wardana atau Wawan ditangkap oleh KPK. Suami Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany itu dituduh terlibat dalam kasus korupsi Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar.
Satu yang membuat Ratu Atut pantas sedih, penetapan kasus tersangkanya itu disambut gembira masyarakat di Banten. Banyak warga yang melakukan sujud syukur dan bahkan melakukan haul dengan menggunduli kepala mereka.
Ini tentunya sesuatu yang sangat ironis. Orang yang dipilih rakyat untuk memimpin daerah, ternyata tidak dicintai oleh rakyatnya. Ia tidak dianggap sebagai pemimpin yang mengayomi rakyatnya, tetapi justru menjadi beban bagi rakyatnya.
Sampai-sampai rakyat bergembira ketika pemimpinnya dijadikan tersangka. Bahkan rakyat mendesak KPK untuk mempersangkakan dan bahkan menghukum pemimpinnya, karena dianggap telah merugikan kehidupan mereka.
Kasus ini tentunya pantas menjadi bahan refleksi para pemimpin yang ada sekarang ini. Betapa pentingnya untuk menjaga amanah yang diberikan rakyat itu. Begitu kita mengkhianati amanah rakyat, maka kita akan disia-siakan oleh rakyat.
Tentunya sangat menyakitkan ketika disia-siakan oleh rakyat. Kita bukan hanya tidak dihormati, tetapi tidak memiliki harga diri. Padahal yang paling berharga dalam kehidupan ini adalah harga diri dan kehormatan.
Terutama bagi mereka yang memutuskan untuk mengabdikan hidupnya bagi masyarakat banyak, kehormatan menjadi sesuatu yang sangat penting. Masyarakat pasti akan selalu berterima kasih dan mengingat jasa baik pemimpinnya, apabila sang pemimpin mendedikasikan hidupnya untuk kepentingan rakyat.
Namun sekarang ini kita melihat banyak pemimpin yang hanya mengejar jabatan dan kekuasaan saja. Ketika jabatan dan kekuasaan sudah digenggam, ia lupa akan tanggung jawab yang harus dipikulnya. Ia lupa untuk menyejahterakan rakyat dan hanya ingat bagaimana memperkaya diri sendiri dan golongannya.
Ketamakan menjadi ciri dari banyak pemimpin sekarang ini. Mereka hanya berpikir untuk sekadar mengumpulkan harta. Mereka bahkan rela untuk menggadaikan kehormatan yang dimiliki hanya sekadar untuk mengumpulkan kekayaan.
Ketika mereka kemudian tersandung oleh kasus korupsi, barulah menyadari bahwa harta kekayaan itu tidak ada artinya. Kehormatan jauh lebih penting dan kita tidak ada harganya sama sekali sebagai manusia ketika tidak lagi mempunyai kehormatan.
Bayangkan kehidupan keluarga yang harus memikul beban dari kesalahan kepala keluarga yang terbukti korupsi. Terutama anak-anak kita yang perjalanannya masih begitu jauh dan mereka tidak tahu menahu apa yang dilakukan orangtuanya.
Belum lagi ketika harus menjalani hukuman karena korupsi yang dilakukan. Banyak pejabat yang sama sekali tidak dilihat lagi oleh orang lain. Mereka dinilai sebagai benalu yang merugikan negara.
Sepantasnya para pelaku korupsi menerima hukuman sosial dari masyarakat. Mereka harus dipermalukan karena tidak punya malu untuk mengambil hak rakyat banyak. Mereka hidup bergelimang harta di atas penderitaan rakyat banyak.
Nasib buruk yang dialami Ratu Atut kita harapkan membuat banyak orang berpikir dua kali sebelum melakukan korupsi. Orang yang normal tidak akan pernah mau dipermalukan, karena kehormatan merupakan sesuatu yang sangat berharga.
0
993
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan