Kematian yang menimpa seorang copywriter muda, Mita Diran, akibat tiga hari bekerja terus-menerus tanpa istirahat, menjadi perbincangan hangat di dunia maya. Kasus ini semestinya menjadi peringatan bagi para pekerja yang "hobi" lembur agar tetap menjaga kondisi kesehatannya supaya aktivitas bekerja di luar jam waktu normal tidak merusak kesehatan.
Lembur terkadang tidak bisa dihindari saat target pekerjaan sudah mendekati deadline. Namun, bukan berarti hal itu membuat para pekerja harus mengorbankan kesehatan mereka. Dengan langkah persiapan yang tepat, tubuh akan tetap sehat dan bugar meski harus lembur.
Menurut dokter gizi klinik Samuel Oetoro, gizi dan pola makan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan saat harus bekerja lembur. Gizi yang diasup harus seimbang, dan porsinya pun cukup, tidak kekurangan ataupun berlebihan. Pola makan pun harus teratur, meskipun dapat disesuaikan pada jam kerja.
"Jumlah yang dimakan perlu disesuaikan dengan berat badan, tinggi badan, usia, aktivitas fisik, dan otak. Jenis makanan pun perlu diperhatikan agar kebutuhan gizi tercukupi," ujar Samuel
Samuel menjelaskan, makanan yang dibutuhkan oleh para pekerja adalah yang mengandung gizi lengkap, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Namun, sumber zat gizi pun perlu diperhatikan, misal karbohidrat perlu berasal dari bahan-bahan pangan dengan karbohidrat kompleks, misalnya beras merah, beras hitam, roti gandum utuh, atau kentang dengan kulit.
Sementara itu, protein perlu didapat dari sumber-sumber yang tinggi protein, tetapi minim lemak. Misalnya, ikan atau ayam bisa jadi sumber protein yang baik, tetapi ketika dimakan bersama kulitnya, kandungan lemaknya pun tinggi. Oleh karena itu, Samuel menyarankan untuk makan ayam tanpa kulit, dan cara masaknya pun tidak digoreng karena akan menambah kandungan lemak di dalam bahan pangan.
Begitu pula dengan lemak yang perlu berasal dari sumber yang sehat, bukan dari goreng-gorengan atau mentega. Sebaliknya, lemak berasal dari ikan laut dalam untuk asam lemak omega-3, kedelai untuk asam lemak omega-6, serta avokad dan minyak zaitun untuk asam lemak omega-9.
"Tentu saja untuk mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral, orang harus banyak makan sayur dan buah," imbuhnya.
Di samping memperhatikan zat gizi, Samuel juga menekankan pada pola makan yang sesuai bagi pekerja yang kerap lembur. Jika harus bekerja hingga larut malam bahkan pagi hari, dia menyarankan untuk menambah waktu makan menjadi empat kali sehari, satu waktu makan dilakukan di larut malam.
Meski menambah waktu makan, lanjutnya, jumlahnya tetap sama dengan yang direkomendasikan. Misalnya seseorang memiliki kebutuhan makan 2.000 kalori per hari. Jumlah tersebut, bila dibagi empat, maka setiap makan kira-kira jangan sampai melebihi 500 kalori.
"Tambahan waktu makan pada malam hari itu sebaiknya juga tetap mengandung zat gizi yang seimbang seperti waktu-waktu makan yang lain," pungkasnya.
Spoiler for Lembur, Haruskah Tenggak Stimulan?:
Bekerja lembur menuntut fisik dan pikiran untuk awas lebih lama dari yang biasanya. Itulah yang membuat para pekerja lembur kerap meminum stimulan untuk menjaga daya konsentrasinya.
Hanya, minuman yang bersifat stimulan tidak dapat dikonsumsi secara berlebihan karena akan mengganggu sistem tubuh. Seperti kasus Mita Diran, copywriter muda dari sebuah perusahaan periklanan yang meninggal karena dikabarkan memaksakan bekerja hingga 30 jam. Selagi lembur, Mita juga dikabarkan minum minuman penambah energi yang merupakan stimulan secara berlebihan.
Lantaran risiko tersebut, lantas sejauh mana minuman stimulan boleh dikonsumsi? Menurut dokter spesialis gizi dari klinik Samuel Oetoro, minuman stimulan boleh saja diminum saat diperlukan. Pasalnya hampir tidak ada makanan yang efeknya menyerupai stimulan.
Kendati demikian, orang tetap perlu membatasi konsumsinya. "Batas amannya sekitar tiga hingga empat cangkir saja, ingat ya, cangkir, bukan gelas," tegas dokter yang berpraktik di Siloam Hospital
Minuman stimulan yang diminum pun tidak sembarangan. Samuel menekankan agar minuman stimulan yang dipilih adalah yang tidak mengandung karbohidrat simpleks seperti gula tambahan dan lemak.
Ini artinya, minuman kopi instan atau minuman berenergi yang manis tidak masuk dalam kriteria minuman stimulan sehat menurut Samuel. Dia mengatakan, minuman stimulan yang paling baik adalah kopi tanpa gula.
"Kopi tanpa gula murni hanya mengandung stimulan saja yaitu kafein, tidak ada tambahan karbohidrat ataupun lemak," ujarnya.
Selain itu, minuman berkafein lain seperti teh juga bisa dijadikan alternatif stimulan. Dan lagi-lagi, perlu diminum tanpa gula.
Samuel mengatakan, stimulan memang penting untuk menjaga rasa awas, tetapi bukan berarti konsumsinya dapat menggantikan tidur. Manusia perlu tidur untuk pemulihan tubuh. Maka, setelah lembur seharian, sebaiknya pekerja mengganti tidurnya di hari setelahnya. "Jangan sampai lebih dari satu hari tidak tidur," tandas Samuel.
Konsumsi minuman stimulan secara berlebihan akan mengganggu ritme detak jantung yang memicu serangan jantung. Jika ditambah pemanis, ada pula risiko diabetes, hipertensi, dan penyakit-penyakit lainnya yang mengikuti.
Spoiler for Minuman Energi, Jalan Pintas Para Pekerja hingga Atlet:
Stamina terjaga menjadi alasan di balik kebiasaan menenggak minuman berenergi yang kemudian menjadi bagian gaya hidup kalangan urban dari berbagai profesi. Dengan dalih menyuplai energi untuk menunjang kinerja, banyak kalangan salah kaprah dalam mengonsumsi stimulan bagi tubuh ini.
Salah kaprah konsumsi minuman energi ini telah memakan korban, mulai dari mengalami gangguan kesehatan serius hingga kematian. Jalan pintas ini kerap dipilih pekerja yang sering lembur kejar target, hingga atlet yang memaksakan tubuhnya untuk selalu berenergi demi performa tinggi.
Baru-baru ini, konsumsi minuman energi berlebihan diduga turut memberi andil dalam kasus meninggalnya seorang copywriter di salah satu perusahaan iklan, Mita Diran. Perempuan yang terbilang muda itu meninggal dunia pada Minggu (15/12/2013) malam setelah bekerja tak kenal waktu. Mita diketahui bekerja tiga hari tanpa tidur.
"30 hours of working and still going strooong," tulis Mita di akun jejaring sosial Twitter miliknya @mitdoq.
Dikabarkan juga, selama lembur, Mita mengonsumsi minuman penambah energi yang berkafein tinggi. Minuman tersebut memang dapat memberikan stimulan bagi tubuh, tetapi sifatnya hanya sementara dan sebenarnya tidak menghilangkan lelah.
Salah kaprah konsumsi minuman energi untuk menambah tenaga juga pernah menimbulkan gangguan kesehatan pada pesepak bola Inggris, Paul "Gazza" Gascoigne.
Di balik kehebatannya sebagai atlet sepak bola, Gazza, aset berharga yang dikenal piawai berlaga di rumput hijau dengan kekuatan, keseimbangan, dan kecepatan tingginya itu pernah menjalani terapi pemulihan akibat kecanduan minuman berenergi pada 2008 silam.
The Sun melaporkan, mantan pemain tim nasional Inggris itu harus menjalani terapi pengobatan selama sebulan di sebuah klinik di Amerika Serikat untuk menyembuhkan ketergantungan dari minuman energi. Sekali dalam seminggu, Gazza mendapat terapi dan pemeriksaan dengan biaya yang mencapai sekitar 4.000 poundsterling.
Kecanduan yang dialami Gazza memang sudah terbilang sangat berat. Ia dikabarkan bisa menenggak sebanyak 50 kaleng minuman berenergi merek Red Bull setiap harinya.
Menurut pendapat Carol Cooper, dokter pengasuh rubrik kesehatan The Sun, minuman Red Bull yang beredar di Inggris mengandung 80 mg kafein. Bila dikonsumsi berlebihan, maka akan membuat Anda menjadi seorang maniak.
"Mengonsumsi stimulan yang terlalu berlebihan akan membuat Anda menjadi irasional atau cenderung temperamental. Anda juga bisa larut dalam khayalan dan halusinasi. Gejala-gejala fisiknya adalah berkeringat dan jantung berdebar," tulis Cooper dalam kolomnya.
Spoiler for Kandungan Minuman Energi dan Efek Sampingnya:
Minuman energi, jika dikonsumsi berlebihan, apalagi menyebabkan kecanduan, berefek buruk bagi kesehatan. Beberapa ahli bahkan menyatakan minuman energi berbahaya, utamanya karena kandungan kafein dan gula yang tinggi, di luar campuran kandungan lainnya.
"Minuman dengan kandungan kafein yang sangat tinggi berpotensi mengganggu kesehatan," kata Roland Griffiths, profesor psikiatri dan ahli saraf dari Johns Hopkins University School of Medicine, seperti dikutip situs webmd.
Kafein dan gula tinggi
Sebuah penelitian menunjukkan, kafein yang terkandung dalam minuman energi bisa jauh lebih tinggi dibanding secangkir kopi. Selain itu, kafein dalam minuman energi juga berpotensi menimbulkan risiko yang lebih besar, khususnya bila dicampur dengan minuman beralkohol.
"Apa yang kita ketahui sekarang, minuman energi bisa mengandung seperempat cangkir gula dan lebih banyak mengandung kafein ketimbang secangkir kopi pekat," ungkap John Higgins, peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Texas, Houston, AS, yang memuat risetnya pada jurnal Mayo Clinic Proceedings.
Kadar kafein dalam minuman energi bisa sangat beragam, yakni antara 70 dan 200 miligram setiap 16 ons penyajiannya. Sebagai perbandingan, secangkir kopi 8 ons mengandung 40-150 mg kafein, tergantung bagaimana kopi itu diseduh.
Tingginya kandungan kafein pada minuman energi juga disampaikan peneliti dari Universitas Bonn, Jerman, Jonas Dorner. "Jumlah kafein dalam minuman energi lebih tinggi tiga kali ketimbang minuman berkafein lainnya, seperti kopi atau soda," ungkap Dorner.
Griffiths mengatakan, kafein bisa menyebabkan tekanan darah meningkat dan jantung terasa berdebar-debar, terutama bagi mereka yang sensitif. Reaksi yang berbahaya pada minuman energi yang bisa terjadi antara lain rasa pusing, mual, sakit mag, tremor, serta mati rasa.
Dorner juga menegaskan, banyak efek samping yang muncul akibat mengonsumsi kafein dengan asupan tinggi. "Termasuk detak jantung yang cepat, jantung berdebar, peningkatan tekanan darah, dan dalam kasus yang paling parah, kejang atau kematian mendadak," terangnya.
Kandungan gula yang tinggi pada minuman energi juga bisa menyebabkan penyerapan air ke dalam tubuh terhambat sehingga menimbulkan risiko dehidrasi. Dehidrasi justru memperburuk performa, baik saat sedang beraktivitas maupun duduk di belakang meja.
Selain itu, gula tinggi pada minuman energi bisa memicu peningkatan kadar gula darah, merusak gigi, dan menyebabkan pertambahan berat badan.
Campuran taurin
Beberapa jenis minuman energi umumnya mengandung taurin. Mengutip Symptompfind, taurin adalah asam amino, tetapi bukan asam amino esensial yang perlu didapatkan dari makanan.
Taurin sering kali ditambahkan ke produk-produk minuman karena banyak yang percaya dapat meningkatkan kinerja saat melakukan aktivitas fisik. Taurin juga biasa diresepkan untuk orang yang menderita tekanan darah tinggi, gagal jantung kongestif, ADHD, dan penyakit hati.
Selama ini, kepercayaan populer menyebutkan bahwa taurin berasal dari testis banteng. Padahal, zat ini tidak berasal dari testis banteng meskipun dapat ditemukan dalam empedu banteng serta pada sapi betina. Taurin bisa didapatkan dari daging dan ikan, tetapi sering dibuat secara sintetis untuk produk komersial, seperti minuman energi dan suplemen.
Nah, kandungan taurin pada minuman energi ini kerap tak tertera dalam label. Inilah yang menjadi kekhawatiran karena percampuran bahan ini berisiko bagi kesehatan.
"Isu lain yang menjadi sorotan adalah tidak semua bahan yang terkandung dalam minuman energi dicantumkan pada label kemasan. Bahan-bahan seperti herbal stimulan guarana, asam amino taurin, serta ramuan, mineral, dan vitamin lainnya yang mungkin dapat berinteraksi dengan kafein luput dari label," ungkap Higgins seperti dilansir Reuters.
Kekhawatirannya, percampuran bahan tersebut akan memengaruhi denyut jantung, tekanan darah, dan bahkan kondisi mental, khususnya saat dikonsumsi dalam jumlah besar bersama alkohol.
Kandungan taurin pada minuman juga menimbulkan efek buruk pada kesehatan mental. Sebuah penelitian terhadap tikus menunjukkan hal ini.
"Tikus-tikus yang diberi taurin menunjukkan perilaku aneh seperti gelisah dan bunuh diri. Kita bukanlah tikus. Namun, konsumsi minuman tersebut telah menunjukkan hubungan positif dengan perilaku berisiko tinggi," tulis Higgins dan koleganya.
Spoiler for Jaga porsi untuk tidur:
Berkaca dari Kasus Mita Pekerja Tak Boleh Lewatkan Tidur..
Terus berkejaran dengan deadline sudah menjadi bagian dari keseharian para pekerja, tak terkecuali di dunia kreatif. Kesibukan yang kelewat padat berdampak besar pada pola makan dan pola istirahat yang cenderung berantakan.
Beberapa di antaranya bahkan nekat memilih konsumsi stimulan yang berlebihan demi menjaga kinerja otak tetap baik. Padahal, konsumsi stimulan berlebihan berisiko menyebabkan gangguan kesehatan, bahkan kematian.
Seperti yang menimpa seorang copywriter muda bernama Mita Diran. Korban dikabarkan bekerja terus-menerus tanpa memperhatikan pola makan dan istirahat selama 3 hari.
Menanggapi kasus kematian ini, spesialis gangguan tidur Andreas Prasadja menyatakan, seharusnya tidur tidak dilupakan oleh para pekerja muda, sesibuk apa pun mereka dalam bekerja.
"Para pekerja dilarang melupakan tidur. Konsumsi suplemen sebetulnya tidak menghapus kebutuhan tubuh untuk tidur,” ujarnya
Saat tidur, kata Andreas, terjadi proses restorasi kemampuan otak sehingga saat terbangun seseorang merasa lebih segar dan sehat. Kondisi ini terlihat pada kemampuan konsentrasi dan daya kreatif yang jauh lebih baik dibanding orang yang tidak tidur. Keadaan ini pula yang menyebabkan otak 70 persen lebih aktif saat sedang tidur.
Seperti yang dilansir situs venusbuzz.com, salah seorang teman korban menyatakan, selama lembur Mita mengonsumsi minuman penambah energi berkafein tinggi.
Menurut Andreas, minuman tersebut merupakan stimulan bagi tubuh, tetapi sifatnya sementara dan sebenarnya tidak menghilangkan lelah. Konsumsi kafein memang membuat seseorang tidak mengantuk, tetapi kondisi ini tidak dibarengi perbaikan konsentrasi atau daya kreatif. Dengan demikian, tidak tidur sebetulnya tak membawa perbaikan apa pun pada kemampuan kognitif atau emosi seseorang.
Kafein, lanjut Andreas, baru bereaksi 20-30 menit setelah dikonsumsi. Sambil menunggu kafein memberikan efeknya, ia menyarankan para pekerja mengisi waktu tersebut dengan tidur.
“Manfaat yang diperoleh tidur tidak bisa digantikan zat apa pun. Karena itu, bila tubuh sudah mengantuk maka sebaiknya segera tidur sekitar 20-30 menit. Ketika terbangun maka tubuh terasa lebih segar dengan kemampuan konsentrasi yang lebih baik,” kata Andreas.
Lebih jauh Andreas menyarankan para pekerja untuk memahami jam biologisnya. Dengan mengetahui jam biologis, pekerja akan mengetahui kapan saatnya memberi asupan tubuh atau beristirahat. Pekerja juga akan mengetahui saat terbaik tubuhnya berkonsentrasi dan memberikan daya kreatif maksimal.
Jam biologis tersebut sebaiknya tidak dilawan. Bila tubuh sudah memberikan sinyal mengantuk, sebaiknya segera tidur. Andreas juga menyarankan untuk sedapat mungkin memenuhi jam tidur dewasa selama 7-9 jam.
“Memang selama ini ada anggapan tidur merupakan pekerjaan malas. Padahal, tidur merupakan bahan bakar utama otak. Kalau tidak tidur maka tidak mungkin bisa melakukan fungsinya dengan maksimal. Kalau mata sudah mulai berkabut maka sebaiknya segera tidur,” kata Andreas
Spoiler for quote:
ts ikut berbela sungkawa atas meninggalnya Mit Diran semoga amal perbuatannya diterima di sisi-Nya