Jakarta - Rinaldi Medali Rachman, mahasiswa S3 di King Abdullah University Science and Technology (KAUST) meraih seed fund award sebesar US$ 200 ribu atau Rp 2,3 miliar. Rachman, biasa dia disapa, mempresentasikan penelitiannya tentang fenomena fouling pada proses desalinasi air laut.
Dalam siaran pers yang dikirimkan Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Arab Saudi yang diterima detikcom, Senin (16/12/2013), Rachman yang juga kandidat doktor muda di King Abdullah University ini akan menggunakan hadiah itu untuk pengembangan produk dan juga mendeteksi dan mengidentifikasi fenomena fouling itu. Dia mendapat hadiah dari King Abdullah University atas studinya soal fouling air laut itu.
Bisnis desalinasi air laut diketahui sangat besar di dunia, juga krusial karena menjadi salah satu proses penting penyediaan air minum dari air laut. Namun, pada praktiknya, fouling pada membran desalinasi menjadi tantangan proses ini.
Jika fouling terjadi, kinerja proses akan turun, kebutuhan bahan kimia proses meningkat dan seringkali sistem harus dihentikan secara paksa.
"Prediksi kerugian global jika fouling terjadi sekitar US$ 8 miliar," jelas Rachman yang juga Ketua PPMI Saudi cabang Jeddah ini.
Rachman akan membawa temuannya soal fouling itu dengan melanjutkan proses produksi prototip produk dan pengembangan bisnisnya. "Selain dari segi bisnis, kami sangat bangga jika dapat menjadi problem solver dalam bidang penyediaan air yang sejatinya merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia," ujar pria asal Cimahi jebolan ITB ini.
"Prestasi ini tentunya akan memberikan stimulus kepada mahasiswa Indonesia lain nya yang sedang menempuh pendidikan di Arab Saudi untuk terus mengukir prestasi di dunia Internasional yang automatically akan mengangkat nama dan martabat bangsa Indonesia di dunia luar," timpal Sekjen PPMI Pusat Arab Saudi Satria Antoni.
[URL="http://news.detik..com/read/2013/12/16/073116/2442696/10/hebat-mahasiswa-ri-di-saudi-menang-penghargaan-dan-raih-uang-rp-23-m?991104topnews"]Sumber[/URL]
Mantab emang orang Indonesia. Begini nih harusnya pemerintah menghargai ilmuwannya. Ane cari-cari info tentang KAUST, ternyata ngeri juga nih Arab Saudi. Ini salah satu website perkumpulan mahasiswa Indonesia yang dapat beasiswa di sana
http://kaustina.org/. Ane baca salah satu tulisan,
Quote:
Selayang pandang minggu pertama di KAUST
Tujuh tahun hidup di “dream land” Japan tentu tidak mudah untuk menemukan pengganti. Bahkan hidup transit 40 hari di “water land” (tanah air) saja sudah megap-megap protes sana-sini. Kini saya menjalanin hari baru di “holy land” di Saudi Arabia. Tapi menurut pribadi saya bilang tempat ini tidak bisa disamakan dengan daerah arab yang lain karena KAUST mempunyai “otonomi khusus”. Tapi saya yakin universitas lain juga memiliki “otonomi khusus” lainnya, tapi saya belum mengetahuinya. Berikut pengalaman saya terhadap KAUST.
Setibanya di Jeddah Airport, kami orang yang keluar terakhir dari pesawat. Pasukan semua (red: istri dan dua bayi) sakit dan kita semua lelah. Tentu begitu tiba di imigrasi antriannya panjang bukan maen dan kita pasrah sudah. Dengan wajah capek, seorang petugas dengan badge KAUST menghampiri kami, “KAUST?”, kata dia. Kemudian kami mengiyakan. Jawaban kami ternyata berbuah indah. Dengan cepat penumpang ekonomi Saudi Airlines seperti berubah menjadi tamu VIP. Kami layaknya tamu istimewa yang segera dikawal melewati puluhan orang yang sudah lama mengantri didepan. Dan tanpa buang waktu kami sudah didepan petugas imigrasi untuk mengurus izin masuk Saudi Arabia.
Sedikit saya curi pandang kepada orang yang mengantri. Wajah mereka yang terlihat sangat capek itu terlihat menghilang dan kemudian berganti muncul wajah-wajah angkuh memandangi kami. Sepertinya mereka kesal kenapa kami tiba-tiba menyerobot tanpa izin lagi! Itu privilege KAUST yang pertama.
Setelah mengambil koper, saya diantar menemui supir yang mengantar saya dan kita pergi meninggalkan bandara. Escort keluarga tidak masalah bagi KAUST, mereka punya mobil bagus dan besar untuk menampung semua bawaan keluarga. Diperjalanan malam saya banyak berbicara dengan supir. Kami pergi dari bandara menuju KAUST dengan melewati highway. Jarak bandara-KAUST sekitar 90km dan tidak ada yang aneh diperjalanan. Yang aneh adalah setibanya kami di gerbang KAUST, saya melihat jalan tol setelah KAUST yang gelap. Ternyata supir memberitahu kami bahwa jalan tol sepanjang bandara hingga KAUST dilengkapi dengan fasilitas khusus, yaitu lampu yang terang benderang. Itu privilege yang kedua; “red-carpet” alias lampu highway dibuat khusus menghampar dari Airport Jeddah hingga KAUST. Dan kami tidak sadar bahwa kami berada di Red Carpet itu

.
Setelah masuk kewilayah KAUST, kami dibuatkan temporary card sebagai tanda pengenal di KAUST sebelum KAUST ID permanent keluar. Supir dan petugas housing kemudian mengantar kami kerumah yang telah disediakan untuk saya dan keluarga. Begitu masuk rumah, ternyata rumahnya terlalu besar dan megah untuk kami. Dua lantai, empat kamar mandi, empat kamar, garasi mobil dan kamar-kamar lainnya untuk kegiatan lain. Awalnya kami kurang nyaman karena selama tinggal di Jepang, kami sudah terbiasa dengan rumah mungil yang sederhana. Ditambah peraturan super aneh, yaitu AC tidak boleh dimatikan ketika keluar dan jangan diset lebih dari 230C. Ini pemborosan energi yang luar biasa. Nikmatnya rumah kami ini mirip hotel. Setting-an tempat tidur, kamar mandi, dapur, dining room, living roomnya mirip seperti di presidential suite. Ini “WOW” yang ketiga!
Besok harinya, dihari minggu saya pertama kali memulai kerja (catet hari minggu). Saya janjian dengan teman baru yang baik, namanya Mas Ditho untuk bertemu di Dining hall. Segera setelah jam makan siang, saya mencari mas Ditho di dining hall. Setelah menemukan dining hall ternyata ruang ini tidak seperti kantin universitas tapi lebih mirip restaurant hotel bintang 5 dengan lobby-lobbynya yang nyaman. Dining hall ini sangat nyaman dengan lighting yang agak redup. Dan yang paling penting makanannya murah dan porsinya banyak. Dining hall ini ga seperti kantin-kantin universitas deh. Pokoknya beda.
Semua divisi disini memiliki help desk. Dan tugas help desk ini adalah membantu segala macam permasalahan yang ada. Mahasiswa, postdoc dan faculty member tinggal email, telephone atau datang langsung kebagian masing-masing untuk dibantu dan mereka akan memberi ticket numbernya untuk segala request. Semua request langsung dilayani dihari yang sama. Mulai dari minta ruangan, business phone, kabel internet, minta SIM card hingga tukang bersih-bersih rumah bisa dilakukan dengan mudah. Masih banyak cerita lain.
Sebagai postdoc pertama, temen-temen di KAUST meminta saya menceritakan benefit post-doc di KAUST. Sebenarnya klo postdoc hampir tidak ada bedanya dengan student. Yang ga enaknya satu; klo di Jepang JSPS postdoc dapet visa Professor, di Saudi postdoc dapet visa student. Dan di KAUST benefit postdoc seperti laptop, software, kacamata, asuransi dll hampir sama. Hanya saja gaji yang beda. Postdoc disini sepertinya ada dua kategori. Postdoc yang kontrak kurang dari tiga tahun dan postdoc yang lebih dari tiga tahun. Postdoc dengan kontrak lebih dari tiga tahun mempunyai benefit lebih seperti skema asuransi yang berbeda mendapat business cell phone (iPhone) gratis, housing yang bisa diupgrade dll.
Masih banyak yang pengen diceritain. Nanti-nati aja deh….Yang jelas,
kalau Einstein tahu bahwa orang-orang berilmu dikasih fasilitas seperti ini di Arab, dia ga akan mau migrasi ke US. Dan kalau Einstein masuk KAUST saya yakin rumah dia punya helipad sendiri. Yuk ke KAUST, tempat yang nikmat untuk belajar, ibadah dan nabung.
Cheers, -r/K-
2006-2013 @ Tokyo Institute of Technology
2013-Now @ KAUST …yeahhhhh
Gila nih Saudi. Peradaban islam bakal muncul memimpin kembali. Ayo yang mau kuliah di sini segera daftar. Harumkan nama Indonesia. Ane lihat di websitenya, dibuka pendaftaran untuk S2 dan S3 sampai 15 Januari 2014. Nih ane kasih websitenya :
http://www.kaust.edu.sa/