- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Rhoma Irama Dinilai Hanya Dijadikan Alat Politik Oleh PKB


TS
jajang100
Rhoma Irama Dinilai Hanya Dijadikan Alat Politik Oleh PKB
Jakarta - Marketing Politic yang dilakukan Partai kebangkitan Bangsa (PKB) dengan mendompleng popularitas Raja Dangdut Rhoma Irama dinilai sebagai jalan pintas partai dalam menjaring suara. Namun, pola seperti ini diprediksi mulai meredup, masyarakat perlahan beralih ke politik komunitas.
Hal tersebut disampaikan pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (14/12/2013).
"2014, ke depan politik citra akan semakin meredup, karena masyarakat cenderung pada harapan pada perbaikan demokrasi. Di Pilkada yang memiliki uang dan juga popularitas kalah," kata Gun Gun.
Dia mencontohkan 'pertempuran' dalam Pilkada DKI Jakarta di mana calon petahana Fauzi Bowo alias Foke tumbang dalam perolehan suara. Demikian pula dalam Pilkada Jawa Tengah yang dimenangkan Ganjar Pranowo.
"Orang saat ini melihat kapabiltas, bukan lagi popularitas. Terlebih SBY tidak lagi berkontestasi di 2014 dan semua orang bersaing sama," ujar Gun Gun.
Diakui Gun Gun, pola perubahan seperti itu mulai dimunculkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi. "Jokowi menjadi trend setter, karena dia menjadi prototype peralihan politik citra ke politik berbasis komunitas," terangnya.
Popularitas, dia menambahkan, memang dapat dijadikan patokan modal dalam berpolitik. Tapi itu saja tidak cukup untuk nyemplung di politik. Politik citra, menurut Gun Gun, dapat bermuara pada dua kondisi baik itu positif maupun negatif, yaitu mahalnya pembiayaan politik dan secara positif dan dapat menekan langsung kepada basis pemilih.
"High cost politic disebabkan dia harus memberikan uangnya ke broker dan ke akar rumput," terang Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute (Policy) ini.
Di sisi lain, bertemunya Rhoma dan PKB merupakan bentuk simbiosis mutualisme diantara keduanya. Di satu sisi Rhoma membutuhkan kendaraan politik untuk memenuhi hasratnya untuk berlaga di kursi Capres, sementara PKB membutuhkan sosok untuk mendongkrak popularitas partai melalui pemberitaan. Tanpa disadari, tokoh populis tersebut hanya dijadikan vote getter.
"Kalau tidak hati-hati, maka orang-orang yang memiliki polularitas ini akan terjebak pada mitologi simbolik bahwa populer itu pasti menang. Tanpa disadari, artis hanya menjadi alat political publicity, tak lebih sebagai vote getter," urainya.
Dihubungi terpisah, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), Ray Rangkuti mengusulkan ada baiknya Rhoma membuat hitung-hitungan dengan PKB jika partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar itu semata hanya memanfaatkan si Raja Dangdut untuk mengail suara.
"Rhoma profesional saja, pakai hitung-hitungan PKB bayar berapa miliar," ujar Ray.
Senada dengan Gun Gun, partai yang menggunakan artis dalam mengail suara konstituen ingin bekerja instan dan berharap out put besar.
"Partai seperti iti lebih banyak entertainment-nya daripada pendidikan politik yang baik bagi masyarakat," kata Ray.
Muhaimin Iskandar mendeklarasikan dukungan partainya ke pencapresan Rhoma Irama. Bagi Muhaimin tak masalah memanfaatkan popularitas Rhoma demi mendongkrak suara PKB.
"Nggak apa-apa memanfaatkan popularitas," kata Muhaimin kemarin usai peresmian posko Rhoma Irama for President RI di Jl Dewi Sartika, No 44, Cawang, Jakarta Timur.
Menurut Muhaimin, PKB dan Rhoma sama-sama memperoleh manfaat. Karena keduanya saling mengkampanyekan.
[url]http://news.detik..com/read/2013/12/15/091611/2442322/10/rhoma-irama-dinilai-hanya-dijadikan-alat-politik-oleh-pkb?n991103605[/url]
[url]http://news.detik..com/read/2013/12/15/091611/2442322/10/2/rhoma-irama-dinilai-hanya-dijadikan-alat-politik-oleh-pkb[/url]
Hal tersebut disampaikan pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (14/12/2013).
"2014, ke depan politik citra akan semakin meredup, karena masyarakat cenderung pada harapan pada perbaikan demokrasi. Di Pilkada yang memiliki uang dan juga popularitas kalah," kata Gun Gun.
Dia mencontohkan 'pertempuran' dalam Pilkada DKI Jakarta di mana calon petahana Fauzi Bowo alias Foke tumbang dalam perolehan suara. Demikian pula dalam Pilkada Jawa Tengah yang dimenangkan Ganjar Pranowo.
"Orang saat ini melihat kapabiltas, bukan lagi popularitas. Terlebih SBY tidak lagi berkontestasi di 2014 dan semua orang bersaing sama," ujar Gun Gun.
Diakui Gun Gun, pola perubahan seperti itu mulai dimunculkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi. "Jokowi menjadi trend setter, karena dia menjadi prototype peralihan politik citra ke politik berbasis komunitas," terangnya.
Popularitas, dia menambahkan, memang dapat dijadikan patokan modal dalam berpolitik. Tapi itu saja tidak cukup untuk nyemplung di politik. Politik citra, menurut Gun Gun, dapat bermuara pada dua kondisi baik itu positif maupun negatif, yaitu mahalnya pembiayaan politik dan secara positif dan dapat menekan langsung kepada basis pemilih.
"High cost politic disebabkan dia harus memberikan uangnya ke broker dan ke akar rumput," terang Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute (Policy) ini.
Di sisi lain, bertemunya Rhoma dan PKB merupakan bentuk simbiosis mutualisme diantara keduanya. Di satu sisi Rhoma membutuhkan kendaraan politik untuk memenuhi hasratnya untuk berlaga di kursi Capres, sementara PKB membutuhkan sosok untuk mendongkrak popularitas partai melalui pemberitaan. Tanpa disadari, tokoh populis tersebut hanya dijadikan vote getter.
"Kalau tidak hati-hati, maka orang-orang yang memiliki polularitas ini akan terjebak pada mitologi simbolik bahwa populer itu pasti menang. Tanpa disadari, artis hanya menjadi alat political publicity, tak lebih sebagai vote getter," urainya.
Dihubungi terpisah, Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), Ray Rangkuti mengusulkan ada baiknya Rhoma membuat hitung-hitungan dengan PKB jika partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar itu semata hanya memanfaatkan si Raja Dangdut untuk mengail suara.
"Rhoma profesional saja, pakai hitung-hitungan PKB bayar berapa miliar," ujar Ray.
Senada dengan Gun Gun, partai yang menggunakan artis dalam mengail suara konstituen ingin bekerja instan dan berharap out put besar.
"Partai seperti iti lebih banyak entertainment-nya daripada pendidikan politik yang baik bagi masyarakat," kata Ray.
Muhaimin Iskandar mendeklarasikan dukungan partainya ke pencapresan Rhoma Irama. Bagi Muhaimin tak masalah memanfaatkan popularitas Rhoma demi mendongkrak suara PKB.
"Nggak apa-apa memanfaatkan popularitas," kata Muhaimin kemarin usai peresmian posko Rhoma Irama for President RI di Jl Dewi Sartika, No 44, Cawang, Jakarta Timur.
Menurut Muhaimin, PKB dan Rhoma sama-sama memperoleh manfaat. Karena keduanya saling mengkampanyekan.
[url]http://news.detik..com/read/2013/12/15/091611/2442322/10/rhoma-irama-dinilai-hanya-dijadikan-alat-politik-oleh-pkb?n991103605[/url]
[url]http://news.detik..com/read/2013/12/15/091611/2442322/10/2/rhoma-irama-dinilai-hanya-dijadikan-alat-politik-oleh-pkb[/url]
0
1K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan