- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Harga Elpiji 3 Kg dan 12 Kg di Sub Agen Naik Ugal-ugalan


TS
nineoke
Harga Elpiji 3 Kg dan 12 Kg di Sub Agen Naik Ugal-ugalan
UPDATE!!!


Ane barusan beli yang 12 Kg sampe Rp.93 ribu (sebelumnya udah Rp.80 ribu s/d Rp.85 ribu) padahal tempat ane gak jauh-jauh banget dari kota, cuma sekitar 10 KM, akses sangat mudah dan lancar. Kenaikan ini sudah jelas nggak masuk akal. Mau gak mau harus ane bayar juga nihh!!..
Jika memang harus naik karena beban distribusi serta biaya pengisian pada filling station dialihkan kepada konsumen sih boleh aja, tapi diawasi dooong..
Ini jadi kesempatan tengkulak2 buat naikin harga seenak jidatnya..
Wooyy, mana pemerintah nih, udah ngawur banget ini.. UUD buat apaa dibikin?..
Tambahin lagi berita terkait:
Quote:
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Pertamina (Persero) melakukan langkah-langkah untuk meredam gejolak harga elpiji nonsubsidi tabung 12 kg pascakenaikan 1 Januari 2014.
Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Pertamina Ali Mundakir dalam rilisnya di Jakarta, Jumat, mengatakan pihaknya memastikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg di konsumen tidak bergejolak.
"Langkah yang kami lakukan antara lain mengoptimalkan SPBU dan 'modern outlet' sebagai tempat penjualan elpiji 12 kg dan 3 kg," katanya.
Upaya lain adalah mengenakan penghentian pasokan selama tiga bulan hingga pemutusan hubungan usaha pada agen yang melanggar.
Lalu, lanjutnya, secara proaktif melakukan kegiatan 'market intelligent' untuk pengecekan harga di agen dan memasang spanduk yang berisi ketetapan harga di agen.
"Masyarakat dapat melihat daftar harga di agen melalui 'link website' resmi perusahaan di 'http://www.pertamina.com/news-room/info-pertamina/'," katanya.
Apabila masyarakat menemukan hal-hal di luar ketentuan tersebut dapat melaporkannya melalui Pertamina Contact Center di nomor telepon 500000, sms 08159500000, atau pcc@pertamina.com.
Terhitung mulai 1 Januari 2014 pukul 00.00, Pertamina menaikkan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg sebesar 68 persen sebagai aksi korporasi untuk menekan kerugian dalam bisnis bahan bakar tersebut.
Penyesuaian harga tersebut dilakukan sejak terakhir dilakukan Oktober 2009.
Pertamina mencatat kerugian bisnis elpiji 12 kg mencapai Rp22 triliun dalam enam tahun terakhir.
Wakil Presiden Komunikasi Perusahaan Pertamina Ali Mundakir dalam rilisnya di Jakarta, Jumat, mengatakan pihaknya memastikan harga elpiji nonsubsidi 12 kg di konsumen tidak bergejolak.
"Langkah yang kami lakukan antara lain mengoptimalkan SPBU dan 'modern outlet' sebagai tempat penjualan elpiji 12 kg dan 3 kg," katanya.
Upaya lain adalah mengenakan penghentian pasokan selama tiga bulan hingga pemutusan hubungan usaha pada agen yang melanggar.
Lalu, lanjutnya, secara proaktif melakukan kegiatan 'market intelligent' untuk pengecekan harga di agen dan memasang spanduk yang berisi ketetapan harga di agen.
"Masyarakat dapat melihat daftar harga di agen melalui 'link website' resmi perusahaan di 'http://www.pertamina.com/news-room/info-pertamina/'," katanya.
Apabila masyarakat menemukan hal-hal di luar ketentuan tersebut dapat melaporkannya melalui Pertamina Contact Center di nomor telepon 500000, sms 08159500000, atau pcc@pertamina.com.
Terhitung mulai 1 Januari 2014 pukul 00.00, Pertamina menaikkan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg sebesar 68 persen sebagai aksi korporasi untuk menekan kerugian dalam bisnis bahan bakar tersebut.
Penyesuaian harga tersebut dilakukan sejak terakhir dilakukan Oktober 2009.
Pertamina mencatat kerugian bisnis elpiji 12 kg mencapai Rp22 triliun dalam enam tahun terakhir.
Quote:
INILAH.COM, Jakarta - Sejumlah agen dan sub agen elpiji sejak awal Desember lalu mulai menaikkan harga gas tabung 12 kilo gram (kg) menjadi Rp81.000.
Hal ini terjadi lantaran beban biaya distribusi yang semula ditanggung oleh PT Pertamina (Persero) dialihkan kepada agen dan sub agen elpiji. Sub agen elpiji Prima Sakti di bilangan Ps. Rebo, Jakarta Timur mengaku menyesuaikan harga elpiji 12 kg sesuai ketentuan yang diberlakukan oleh Pertamina.
"Ia sejak awal Desember memang ada aturan baru lantaran biaya distribusi ditanggung agen, sub agen, sampai pengecer," kata Ridho, salah satu petugas administrasi Prima Sakti kepada INILAH.COM di Jakarta, Sabtu (14/12/2013).
Ia menambahkan, harga tabung elpiji isi 12 kg naik Rp6.000 menjadi Rp81.000. Karena menjadi beban biaya tambahan bagi perusahaan, pihaknya sedikit gusar sejak berlakunya aturan baru ini.
"Sempat agak khawatir. Namun setelah jalan, ternyata tidak ada masalah. Karena mungkin kami melihatnya elpiji ini memang merupakan kebutuhan mendasar bagi rumah tangga," ucapnya.
Direktur Pemasaran dan Niaga, Pertamina, Hanung Budya sebelumnya membenarkan adanya pengalihan beban biaya distribusi elpiji 12 kg kepada masyarakat terhitung mulai 1 Desember 2013. Beban biaya pengalihan itu mencapai Rp4.000-7.500 per tabung.
Pengalihan beban biaya berlaku untuk wilayah Jawa, sementara wilayah lainnya telah diterapkan sebelumnya. "Ini bukan kenaikan harga tapi menggeser biaya pengisian dan distribusi elpiji 12 kg ke konsumen," kata Hanung.
Hanung melanjutkan, beban biaya distribusi bergantung dari jarak atau pun wilayah pengangkutan. Namun, ia menerangkan Pertamina sampai hari tetap memberi subsidi elpiji 12 kg sekitar Rp5.100 per kg. "Jadi Pertamina masih rugi tahun ini sekitar Rp6 triliun dari penjualan elpiji 12kg," ucapnya. [hid]
[URL="http://ekonomi.inilah..com/read/detail/2056274/harga-elpiji-12-kg-di-sub-agen-capai-rp81000#.Uqz3Yvu1at9"]Sumber[/URL]
Hal ini terjadi lantaran beban biaya distribusi yang semula ditanggung oleh PT Pertamina (Persero) dialihkan kepada agen dan sub agen elpiji. Sub agen elpiji Prima Sakti di bilangan Ps. Rebo, Jakarta Timur mengaku menyesuaikan harga elpiji 12 kg sesuai ketentuan yang diberlakukan oleh Pertamina.
"Ia sejak awal Desember memang ada aturan baru lantaran biaya distribusi ditanggung agen, sub agen, sampai pengecer," kata Ridho, salah satu petugas administrasi Prima Sakti kepada INILAH.COM di Jakarta, Sabtu (14/12/2013).
Ia menambahkan, harga tabung elpiji isi 12 kg naik Rp6.000 menjadi Rp81.000. Karena menjadi beban biaya tambahan bagi perusahaan, pihaknya sedikit gusar sejak berlakunya aturan baru ini.
"Sempat agak khawatir. Namun setelah jalan, ternyata tidak ada masalah. Karena mungkin kami melihatnya elpiji ini memang merupakan kebutuhan mendasar bagi rumah tangga," ucapnya.
Direktur Pemasaran dan Niaga, Pertamina, Hanung Budya sebelumnya membenarkan adanya pengalihan beban biaya distribusi elpiji 12 kg kepada masyarakat terhitung mulai 1 Desember 2013. Beban biaya pengalihan itu mencapai Rp4.000-7.500 per tabung.
Pengalihan beban biaya berlaku untuk wilayah Jawa, sementara wilayah lainnya telah diterapkan sebelumnya. "Ini bukan kenaikan harga tapi menggeser biaya pengisian dan distribusi elpiji 12 kg ke konsumen," kata Hanung.
Hanung melanjutkan, beban biaya distribusi bergantung dari jarak atau pun wilayah pengangkutan. Namun, ia menerangkan Pertamina sampai hari tetap memberi subsidi elpiji 12 kg sekitar Rp5.100 per kg. "Jadi Pertamina masih rugi tahun ini sekitar Rp6 triliun dari penjualan elpiji 12kg," ucapnya. [hid]
[URL="http://ekonomi.inilah..com/read/detail/2056274/harga-elpiji-12-kg-di-sub-agen-capai-rp81000#.Uqz3Yvu1at9"]Sumber[/URL]


Ane barusan beli yang 12 Kg sampe Rp.93 ribu (sebelumnya udah Rp.80 ribu s/d Rp.85 ribu) padahal tempat ane gak jauh-jauh banget dari kota, cuma sekitar 10 KM, akses sangat mudah dan lancar. Kenaikan ini sudah jelas nggak masuk akal. Mau gak mau harus ane bayar juga nihh!!..
Jika memang harus naik karena beban distribusi serta biaya pengisian pada filling station dialihkan kepada konsumen sih boleh aja, tapi diawasi dooong..
Ini jadi kesempatan tengkulak2 buat naikin harga seenak jidatnya..
Wooyy, mana pemerintah nih, udah ngawur banget ini.. UUD buat apaa dibikin?..
Spoiler for Bunyi Pasal 33 UUD 1945 :
Quote:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Tambahin lagi berita terkait:
Quote:
KE – Kebutuhan masyarakat kelas menengah dan kecil soal ketersediaan gas tabung 3 kilo gram (kg) makin sulit. DI beberapa tempat wilayah Indonesia harganya naik dan terjadi kelangkaan.
Seperti misalnya di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau kelangkaan gas gas elpiji terutama tabung 3 kilogram terjadi di hampir seluruh kecamatan. Hal ini membuat harga gas elpiji tersebut melejit hingga Rp23.000 per tabung. "Harga gas elpiji melambung, sudah mencapai Rp23 ribu per tabung, sedangkan harga biasanya hanya Rp14.500. Sudah langka, mahal lagi," keluh Abd Haris, warga di Jalan Al Iksan, Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika).
Sementara Anggota DPRD Rokan Hilir Darwis Syam menilai pihak Pertamina harus segera melakukan pemantauan, pengawasan dan penertiban, bahkan penindakan apabila terjadi permainan baik di tingkat agen atau pun pangkalan menyusul dengan tingginya harga elpiji. "Kenaikan harga gas elpisi yang sangat tinggi itu berarti ada persoalan, mungkin di tingkat pemasaran. Pertamina harus tanggap dengan masalah ini apalagi untuk tabung 3 kilogram kan kategori disubsidi oleh pemerintah," desak Darwis Syam yang juga Ketua Banggar DPRD Rohil ini.
Sejak pemberlakuan konversi minyak tanah (mitan) ke gas beberapa waktu lalu, alokasi yang disediakan untuk Rohil sekitar 107.000 KK atau paket saja. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terjadi peningkatan jumlah penduduk, serta peningkatan pada penggunaan elpiji dari sebelumnya yang masih menggunakan mitan.
"Sekarang berdasarkan info yang kita peroleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Rohil, setidaknya jumlah KK dan kita taksir pengguna elpiji lebih dari 194.000 KK. Jadi kita minta Kementerian ESDM bisa menyesuaikan kuota elpji di Rohil," kata Darwis.
Hal sama terjadi di Pangandaran. Kelangkaan gas elpiji 3 kg makin marak dari daerah hingga perkotaan. Kelangkaan gas elpiji yang saat ini marak terjadi di picu akibat pasokan dari pihak distributor ke agen penyalur resmi, dikurangi hingga 50 persen. Akibatya pasokan ke pengecer pun berkurang.
Menurut Dedi, salah seorang penyalur resmi gas elpiji di Pangandaran, mengatakan, pihaknya selalu dipasok gas dari Hanifa Jaya. Namun sudah satu bulan ini pasokan gas elpiji tersebut dari hari ke hari semakin berkurang.
Biasanya, pada tempat ini, gas elpiji dipasok dalam satu hari mencapai 560 tabung atau setara dengan satu DO (deliveri order). Tapi sekarang pasokan gas hanya diberi sekitar 200 tabung gas perhari. Dedi sendiri mengaku tidak tahu penyebab pengurangan tersebut.
sementara itu, Mintarsih, pengecer gas elpiji ukuran 3 kg di Kabupaten Pangandaran, menyatakan, gas ini sedang langka. Walaupun ada, harganya mahal. Akibat kelangkan ini, harga gas ukuran 3 kg di Pangandaran mencapai RP 20 ribu pertabung, padahal sebelumnya hanya di kisaran Rp 16-17 ribu. (Febrian Osido/ant)
Sumber
Seperti misalnya di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau kelangkaan gas gas elpiji terutama tabung 3 kilogram terjadi di hampir seluruh kecamatan. Hal ini membuat harga gas elpiji tersebut melejit hingga Rp23.000 per tabung. "Harga gas elpiji melambung, sudah mencapai Rp23 ribu per tabung, sedangkan harga biasanya hanya Rp14.500. Sudah langka, mahal lagi," keluh Abd Haris, warga di Jalan Al Iksan, Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika).
Sementara Anggota DPRD Rokan Hilir Darwis Syam menilai pihak Pertamina harus segera melakukan pemantauan, pengawasan dan penertiban, bahkan penindakan apabila terjadi permainan baik di tingkat agen atau pun pangkalan menyusul dengan tingginya harga elpiji. "Kenaikan harga gas elpisi yang sangat tinggi itu berarti ada persoalan, mungkin di tingkat pemasaran. Pertamina harus tanggap dengan masalah ini apalagi untuk tabung 3 kilogram kan kategori disubsidi oleh pemerintah," desak Darwis Syam yang juga Ketua Banggar DPRD Rohil ini.
Sejak pemberlakuan konversi minyak tanah (mitan) ke gas beberapa waktu lalu, alokasi yang disediakan untuk Rohil sekitar 107.000 KK atau paket saja. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terjadi peningkatan jumlah penduduk, serta peningkatan pada penggunaan elpiji dari sebelumnya yang masih menggunakan mitan.
"Sekarang berdasarkan info yang kita peroleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Rohil, setidaknya jumlah KK dan kita taksir pengguna elpiji lebih dari 194.000 KK. Jadi kita minta Kementerian ESDM bisa menyesuaikan kuota elpji di Rohil," kata Darwis.
Hal sama terjadi di Pangandaran. Kelangkaan gas elpiji 3 kg makin marak dari daerah hingga perkotaan. Kelangkaan gas elpiji yang saat ini marak terjadi di picu akibat pasokan dari pihak distributor ke agen penyalur resmi, dikurangi hingga 50 persen. Akibatya pasokan ke pengecer pun berkurang.
Menurut Dedi, salah seorang penyalur resmi gas elpiji di Pangandaran, mengatakan, pihaknya selalu dipasok gas dari Hanifa Jaya. Namun sudah satu bulan ini pasokan gas elpiji tersebut dari hari ke hari semakin berkurang.
Biasanya, pada tempat ini, gas elpiji dipasok dalam satu hari mencapai 560 tabung atau setara dengan satu DO (deliveri order). Tapi sekarang pasokan gas hanya diberi sekitar 200 tabung gas perhari. Dedi sendiri mengaku tidak tahu penyebab pengurangan tersebut.
sementara itu, Mintarsih, pengecer gas elpiji ukuran 3 kg di Kabupaten Pangandaran, menyatakan, gas ini sedang langka. Walaupun ada, harganya mahal. Akibat kelangkan ini, harga gas ukuran 3 kg di Pangandaran mencapai RP 20 ribu pertabung, padahal sebelumnya hanya di kisaran Rp 16-17 ribu. (Febrian Osido/ant)
Sumber
Quote:
Bagansiapiapi, 13/12 (Antara) - Kelangkaan gas elpiji terutama tabung 3 kilogram terjadi di hampir seluruh kecamatan di Rohil mengakibatkan harga gas elpiji mencapai Rp23.000 per tabung.
"Harga gas elpiji melambung, sudah mencapai Rp23 ribu per-tabung, sedangkan harga biasanya hanya Rp14.500. Sudah langka, mahal lagi," keluh Abd Haris, warga di Jalan Al Iksan, Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika) yang dihubungi.
Anggota DPRD Rokan Hilir Darwis Syam menilai pihak Pertamina harus segera melakukan pemantauan, pengawasan dan penertiban, bahkan penindakan apabila terjadi permainan baik di tingkat agen atau pun pangkalan menyusul dengan tingginya harga elpiji.
"Kenaikan harga gas elpisi yang sangat tinggi itu berarti ada persoalan, mungkin di tingkat pemasaran. Pertamina harus tanggap dengan masalah ini apalagi untuk tabung 3 kilogram kan kategori disubsidi oleh pemerintah," desak Darwis Syam yang juga Ketua Banggar DPRD Rohil ini.
Sejak pemberlakuan konversi minyak tanah (mitan) ke gas beberapa waktu lalu, alokasi yang disediakan untuk Rohil sekitar 107.000 KK atau paket saja. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terjadi peningkatan jumlah penduduk, serta peningkatan pada penggunaan elpiji dari sebelumnya yang masih menggunakan mitan.
"Sekarang berdasarkan info yang kita peroleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Rohil, setidaknya jumlah KK dan kita taksir pengguna elpiji lebih dari 194.000 KK. Jadi kita minta Kementerian ESDM bisa menyesuaikan kuota elpji di Rohil," kata Darwis.
Darwis juga menekankan agar dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Rohil mampu bersikap progresif dan aktif turun ke lapangan guna melakukan pengawasan, karena tidak tertutup kemungkinan terjadi sistem kartel pada distribusi elpiji.
"Kita desak Disperindag turun tangan, ini tidak tertutup kemungkinan terjadi permainan karena sepengetahuan kita hanya sedikit agen elpiji. Patut dicurigai terjadi penumpukan di satu agen yang menguasai SPBE, dan pihak itu juga berlaku sebagai pangkalannya. Kita minta ini diperhatikan. Pertamina harus profesional dan ini sudah berlarut-larut," katanya.
Di beberapa daerah gas elpiji mengalami kelangkaan dan jika ada harganya jauh di atas HET. "Ini juga diperparah dengan fakta bahwa satu-satunya SPBE yang ada di Ujung Tanjung sebagai penyalur elpiji ditutup atau dipending oleh Pertamina," sebutnya.
Sumber
"Harga gas elpiji melambung, sudah mencapai Rp23 ribu per-tabung, sedangkan harga biasanya hanya Rp14.500. Sudah langka, mahal lagi," keluh Abd Haris, warga di Jalan Al Iksan, Kecamatan Pasir Limau Kapas (Palika) yang dihubungi.
Anggota DPRD Rokan Hilir Darwis Syam menilai pihak Pertamina harus segera melakukan pemantauan, pengawasan dan penertiban, bahkan penindakan apabila terjadi permainan baik di tingkat agen atau pun pangkalan menyusul dengan tingginya harga elpiji.
"Kenaikan harga gas elpisi yang sangat tinggi itu berarti ada persoalan, mungkin di tingkat pemasaran. Pertamina harus tanggap dengan masalah ini apalagi untuk tabung 3 kilogram kan kategori disubsidi oleh pemerintah," desak Darwis Syam yang juga Ketua Banggar DPRD Rohil ini.
Sejak pemberlakuan konversi minyak tanah (mitan) ke gas beberapa waktu lalu, alokasi yang disediakan untuk Rohil sekitar 107.000 KK atau paket saja. Berdasarkan kebutuhan di lapangan terjadi peningkatan jumlah penduduk, serta peningkatan pada penggunaan elpiji dari sebelumnya yang masih menggunakan mitan.
"Sekarang berdasarkan info yang kita peroleh dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Rohil, setidaknya jumlah KK dan kita taksir pengguna elpiji lebih dari 194.000 KK. Jadi kita minta Kementerian ESDM bisa menyesuaikan kuota elpji di Rohil," kata Darwis.
Darwis juga menekankan agar dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Rohil mampu bersikap progresif dan aktif turun ke lapangan guna melakukan pengawasan, karena tidak tertutup kemungkinan terjadi sistem kartel pada distribusi elpiji.
"Kita desak Disperindag turun tangan, ini tidak tertutup kemungkinan terjadi permainan karena sepengetahuan kita hanya sedikit agen elpiji. Patut dicurigai terjadi penumpukan di satu agen yang menguasai SPBE, dan pihak itu juga berlaku sebagai pangkalannya. Kita minta ini diperhatikan. Pertamina harus profesional dan ini sudah berlarut-larut," katanya.
Di beberapa daerah gas elpiji mengalami kelangkaan dan jika ada harganya jauh di atas HET. "Ini juga diperparah dengan fakta bahwa satu-satunya SPBE yang ada di Ujung Tanjung sebagai penyalur elpiji ditutup atau dipending oleh Pertamina," sebutnya.
Sumber
Diubah oleh nineoke 04-01-2014 10:23


nona212 memberi reputasi
1
6.4K
Kutip
61
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan