- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
40 Tahun Menyerukan Perubahan


TS
nefos
40 Tahun Menyerukan Perubahan
Tahun 1975-76, DR Rizal Ramli, seorang mahasiswa ITB, bersama temannya, Adi, berekspedisi keliling Pulau Jawa menggunakan sepeda motor (sempat juga naik KA dan numpang truk). Seperti Che Guevara yang sebelum menjadi revolusioner di Kuba, mengelilingi Amerika Latin dengan sepeda motor bersama Alberto Granado, mungkin seperti juga apa yang dilakukan RR mengelilingi Pulau Jawa- kemudian mendapati terdapat ketimpangan sosial ekonomi yang teramat dalam di kalangan rakyat Indonesia, terutama yang dilihat oleh pemuda yang sudah sejak kecil yatim piatu ini. RR pun berniat untuk memimpin negerinya melakukan PERUBAHAN, agar rakyat Indonesia sejahtera. Apalagi sebelum sampai sembari berkuliah, RR muda juga sempat mencari makan sebagai kuli di pasar, sampai menjadi guru kursus bahasa inggris- sehingga mengenal betul kesulitan rakyat kita. Ia pun, bersama para sejawatnya: Ir. Abdulrachim, Indro Tjahyono, dan yg lain2 mengadakan suatu gerakan politik besar: GERAKAN ANTI KEBODOHAN pada 1976. Yang kemudian berlanjut menjadi Konsolidasi Dewan Mahasiswa pada 1977, sebelum terkulminasi di tahun 1978.
Buku Putih Perjuangan Mahasiswa yang diketik oleh para aktivis mahasiswa 1977-1978 dan diterjemahkan ke dalam belasan bahasa, merupakan sebuah seruan besar kepada Negara untuk mengganti haluan ekonomi politiknya dam segera membersihkan diri dari korupsi yang berlebihan. Rizal Ramli adalah salah satu pimpinan gerakan tersebut, 35 tahun yang lalu. Saat itu mungkin SBY dan Prabowo, dan tentara2 lain yang ingin nyapres di 2014 ini sedang sibuk meng-INVASI Timor-Timur- sebuah paranoia besar yg diprovokasi dan didanai (?) AS. Sepulang dari Timtim, mengejar rakyat Timtim yang menolak takluk pada “penjajah” Indonesia, kapten SBY pun ikut “mengamankan” kampus ITB pada 1978, menangkapi dengan senjata, mematikan aktivitas akademis dan politis dari dosen- mahasiswa yang setuju Gerakan Perubahan: Menolak Jenderal Suharto menjadi calon presiden untuk kesekian kalinya.
Rizal Ramli dan banyak kawannya pun masuk bui karena seruan politiknya “menyakiti” penguasa Orde Baru, setelah itu Ia memilih sekolah memperdalam ilmu ekonomi di AS. Mendapat gelar Doktor dari Universitas Boston, RR pulang menangani bisnis konsultan, pernah menjadi penasehat fraksi ABRI di MPR tahun 1990an, dan pengajar SESKOAD. Di sana lah ia mulai berkenalan dengan para Jendral Reformis (salah satunya adalah SBY), mulai beroperasi untuk segera melakukan PERUBAHAN dalam sistem Orde Baru; menurunkan Suharto dan mengganti sistem ekonomi politiknya.
Bersama para mahasiwa berbagai spektrum yang bergerak di kalangan rakyat, Suharto pun tumbang- 32 tahun penuh darah dan nanah dari kekuasaanna akhirnya berakhir. Tak lama Presiden Habibie menawari DR. Rizal Ramli menjadi menteri, ia tolak. Presiden Gus Dur menawari menjadi Dubes, lagi-lagi ia menolak. Gus Dur tawarkan BPK, RR kembali menolak. Akhirnya diuji di Kepala Bulog, sukses. Diangkatlah kemudian RR menjadi menteri oleh Gus Dur untuk melakukan PERUBAHAN yg memang diidamkannya sejak lama.
Mungkin hanya pemerintahan Gus Dur pada saat RR menjadi menteri lah Golkar hendak dibubarkan, Freeport hendak direnegosiasi kontraknya, Tap MPR tentang pelarangan Komunisme handak dibatalkan, dan Parlemen “kanak-kanak” hendak dibubarkan. Pluralisme yang dikekang pada masa Suharto, di masa pemerintahan Gus Dur dibebaskan- kelompok ras minoritas, seperti etnis China (korban fasisme Orde Baru) kembali dibebaskan merayakan dan menjalankan adat istiadatnya sehari-hari.
Terjadi PERUBAHAN dalam tempo pemerintahan Gus Dur yang radikal. Namun kekuatan neoliberal yang digiring kembali oleh Megawati dan tentara (dan Golkar) kembali berkuasa. Indonesia menjadi agresif (DOM Aceh dll) dan keblinger menerapkan neoliberal: banyak UU neolib yg kontroversial (UU Migas 2001, UU Ketenagakerjaan, 2003, UU Privatisasi SDA, dll) saat ini lahir di masa pemerintahan Puteri Biologis si Bung- pembebas rakyat ini. Ngomong-ngomong tentang Sukarno, RR sendiri lebih layak dipertimbangkan sebagai Putera Idelogis Bung Karno karena secara historik perjuangan dan “garis”nya cukup mirip dengan Sukarno, setidaknya terdapat 5 Sama (Sandra, 2010) antara RR dan Sukarno.
Pemerintahan SBY sempat menggunakan jasa RR menaikkan revenue BUMN Semen nasional selaku Komisaris pada 2006-2008. Lalu karena berbeda pandangan soal pencabutan subsidi BBM. RR berpisah dengan SBY hingga kini. Kini ia masih menyimpan mimpi dan energi untuk terus melakukan PERUBAHAN, sehingga akan lucu jika sekarang sudah banyak yang mengambil tagline PERUBAHAN ini. Seorang yang sudah selama 40 tahun menyerukan PERUBAHAN ini toh cukup layak untuk diberikan kesempatan sesekali memimpin Bangsa ini- meninggalkan neoliberal sama sekali, menuju cita-cita para founding father kita- menerapkan ekonomi konstitusi yang berdikari. Tidak ada salahnya.
***
*Penulis adalah pengamat
Buku Putih Perjuangan Mahasiswa yang diketik oleh para aktivis mahasiswa 1977-1978 dan diterjemahkan ke dalam belasan bahasa, merupakan sebuah seruan besar kepada Negara untuk mengganti haluan ekonomi politiknya dam segera membersihkan diri dari korupsi yang berlebihan. Rizal Ramli adalah salah satu pimpinan gerakan tersebut, 35 tahun yang lalu. Saat itu mungkin SBY dan Prabowo, dan tentara2 lain yang ingin nyapres di 2014 ini sedang sibuk meng-INVASI Timor-Timur- sebuah paranoia besar yg diprovokasi dan didanai (?) AS. Sepulang dari Timtim, mengejar rakyat Timtim yang menolak takluk pada “penjajah” Indonesia, kapten SBY pun ikut “mengamankan” kampus ITB pada 1978, menangkapi dengan senjata, mematikan aktivitas akademis dan politis dari dosen- mahasiswa yang setuju Gerakan Perubahan: Menolak Jenderal Suharto menjadi calon presiden untuk kesekian kalinya.
Rizal Ramli dan banyak kawannya pun masuk bui karena seruan politiknya “menyakiti” penguasa Orde Baru, setelah itu Ia memilih sekolah memperdalam ilmu ekonomi di AS. Mendapat gelar Doktor dari Universitas Boston, RR pulang menangani bisnis konsultan, pernah menjadi penasehat fraksi ABRI di MPR tahun 1990an, dan pengajar SESKOAD. Di sana lah ia mulai berkenalan dengan para Jendral Reformis (salah satunya adalah SBY), mulai beroperasi untuk segera melakukan PERUBAHAN dalam sistem Orde Baru; menurunkan Suharto dan mengganti sistem ekonomi politiknya.
Bersama para mahasiwa berbagai spektrum yang bergerak di kalangan rakyat, Suharto pun tumbang- 32 tahun penuh darah dan nanah dari kekuasaanna akhirnya berakhir. Tak lama Presiden Habibie menawari DR. Rizal Ramli menjadi menteri, ia tolak. Presiden Gus Dur menawari menjadi Dubes, lagi-lagi ia menolak. Gus Dur tawarkan BPK, RR kembali menolak. Akhirnya diuji di Kepala Bulog, sukses. Diangkatlah kemudian RR menjadi menteri oleh Gus Dur untuk melakukan PERUBAHAN yg memang diidamkannya sejak lama.
Mungkin hanya pemerintahan Gus Dur pada saat RR menjadi menteri lah Golkar hendak dibubarkan, Freeport hendak direnegosiasi kontraknya, Tap MPR tentang pelarangan Komunisme handak dibatalkan, dan Parlemen “kanak-kanak” hendak dibubarkan. Pluralisme yang dikekang pada masa Suharto, di masa pemerintahan Gus Dur dibebaskan- kelompok ras minoritas, seperti etnis China (korban fasisme Orde Baru) kembali dibebaskan merayakan dan menjalankan adat istiadatnya sehari-hari.
Terjadi PERUBAHAN dalam tempo pemerintahan Gus Dur yang radikal. Namun kekuatan neoliberal yang digiring kembali oleh Megawati dan tentara (dan Golkar) kembali berkuasa. Indonesia menjadi agresif (DOM Aceh dll) dan keblinger menerapkan neoliberal: banyak UU neolib yg kontroversial (UU Migas 2001, UU Ketenagakerjaan, 2003, UU Privatisasi SDA, dll) saat ini lahir di masa pemerintahan Puteri Biologis si Bung- pembebas rakyat ini. Ngomong-ngomong tentang Sukarno, RR sendiri lebih layak dipertimbangkan sebagai Putera Idelogis Bung Karno karena secara historik perjuangan dan “garis”nya cukup mirip dengan Sukarno, setidaknya terdapat 5 Sama (Sandra, 2010) antara RR dan Sukarno.
Pemerintahan SBY sempat menggunakan jasa RR menaikkan revenue BUMN Semen nasional selaku Komisaris pada 2006-2008. Lalu karena berbeda pandangan soal pencabutan subsidi BBM. RR berpisah dengan SBY hingga kini. Kini ia masih menyimpan mimpi dan energi untuk terus melakukan PERUBAHAN, sehingga akan lucu jika sekarang sudah banyak yang mengambil tagline PERUBAHAN ini. Seorang yang sudah selama 40 tahun menyerukan PERUBAHAN ini toh cukup layak untuk diberikan kesempatan sesekali memimpin Bangsa ini- meninggalkan neoliberal sama sekali, menuju cita-cita para founding father kita- menerapkan ekonomi konstitusi yang berdikari. Tidak ada salahnya.
***
*Penulis adalah pengamat

0
619
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan