- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Gosip Nyok!
Ngakak Gan! Verifikasi Dagelan Baru PSSI
TS
YUYUcollection
Ngakak Gan! Verifikasi Dagelan Baru PSSI
Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi/Editor Sepakbola ROL
Dagelan kembali diciptakan PSSI. Kali ini bertajuk verifikasi terhadap 25 klub calon peserta unifikasi liga (Indonesia Super League (ISL) musim 2014). Lawakan mencapai klimaksnya Selasa (10/12) malam lalu, saat Sekjen PSSI, Joko Driyono, mengumumkan sebanyak 22 klub saja yang berhak mengikuti ISL tahun depan.
Meskipun proses verifikasi dikatakan baru bersifat sementara, tiga klub yang musim lalu tampil di Indonesian Premier League (IPL), yakni Pro Duta, Persepar Palangkaraya, dan Perseman Manokwari sudah divonis tak akan bisa tampil di unifikasi liga tahun depan. Alasannya, ketiga klub tersebut tidak memenuhi satu dari dua aspek yang dijadikan parameter: infrastruktur yang memadai.
Padahal Pro Duta berstatus sebagai juara playoff IPL. Sedangkan Persepar adalah runner-up playoff IPL. Namun yang diloloskan PSSI malah Persijap Jepara dan Persiba Bantul, dua tim tuan rumah yang mentok di penyisihan grup. Sedangkan dua tim lainnya adalah klub peraih wild card Semen Padang, serta PSM Makassar, tim yang menurut aturan seharusnya degradasi ke Divisi Utama.
Jika diibaratkan turnamen Piala Dunia 2010, maka tindakan PSSI kali ini seperti memberikan trofi juara kepada tuan rumah Afrika Selatan, bukan Spanyol yang notabene mengalahkan Belanda di final. Atau seperti tiba-tiba meloloskan Indonesia ke putaran final Piala Dunia 2014 menyingkirkan Uruguay yang baru saja mengalahkan Yordania di playoff interkontinental.
Jika pada akhirnya hasil akhir ditentukan di atas meja, lalu buat apa capek-capek bertanding di atas lapangan? Jika akhirnya peraturan ada untuk dilanggar lalu mengapa pusing-pusing membuat aturan?
PSSI memang secara gamblang menyalahi aturannya sendiri untuk 'menjatuhkan' tiga klub tersebut. Dari lima aspek yang sebelumnya dipakai dalam proses verifikasi, yakni finansial, infrastruktur, legal, administrasi, dan sporting (pembinaan usia muda), tiba-tiba saja PSSI mengerucutkannya menjadi dua aspek saja, yakni finansial dan infrastruktur, dengan alasan ke-25 klub yang diverifikasi terancam tidak lolos semua
Kemudian, PSSI juga sangat mengesankan memiliki standar ganda dalam melakukan verifikasi. Seperti diketahui, Pro Duta telah mengajukan Stadion Singaperbangsa, Karawang sebagai salah satu alternatif kandang (homebase) mereka. Yang mengherankan, stadion tersebut dianggap tidak cukup layak digunakan sehingga menggugurkan klub itu dalam proses verifikasi. Padahal Persita Tangerang, yang sementara ini lolos verifikasi, mengajukan stadion yang sama.
Tampaknya, sejak awal PSSI memang sengaja tidak ingin meloloskan Pro Duta. 'Dosa' klub ini barangkali hanya karena dimiliki salah seorang anggota komite eksekutif PSSI periode yang lalu, Sihar Sitorus. Sudah bukan rahasia jika Sihar berseberangan dengan para pengurus PSSI saat ini. Buktinya, Pro Duta yang hanya memiliki satu kelemahan, yakni aspek infrastruktur, langsung dicoret.
Sementara itu klub-klub ISL yang sebenarnya memiliki kelemahan di aspek-aspek lain, paling kentara aspek finansial, masih diberi kesempatan. Persija Jakarta, Sriwijaya FC, Arema Cronous, Pelita Bandung Raya (PBR), Persela Lamongan, dan Persepam Madura United adalah beberapa nama yang secara terang-terangan mengakui masih menunggak gaji para pemain mereka. Namun apa yang terjadi? PSSI masih memberi mereka kesempatan klub-klub tersebut membereskan persoalan finansial mereka.
Apa yang dilakukan PSSI saat ini sebenarnya telah jauh 'mengangkangi' hasil Kongres Luar Biasa (KLB) pada Maret lalu. Saat itu PSSI memutuskan unifikasi liga akan diikuti oleh 18 klub ISL dan empat klub terbaik IPL. Jika dibilang 'terbaik', maka seharusnya empat klub IPL yang bisa mengikuti unifikasi liga adalah penghuni empat besar klasemen akhir IPL 2013, yakni Semen Padang, Pro Duta, Perseman Manokwari, dan Persiba Bantul. Selanjutnya baca di sini >>> Dagelan PSSI
Dagelan kembali diciptakan PSSI. Kali ini bertajuk verifikasi terhadap 25 klub calon peserta unifikasi liga (Indonesia Super League (ISL) musim 2014). Lawakan mencapai klimaksnya Selasa (10/12) malam lalu, saat Sekjen PSSI, Joko Driyono, mengumumkan sebanyak 22 klub saja yang berhak mengikuti ISL tahun depan.
Meskipun proses verifikasi dikatakan baru bersifat sementara, tiga klub yang musim lalu tampil di Indonesian Premier League (IPL), yakni Pro Duta, Persepar Palangkaraya, dan Perseman Manokwari sudah divonis tak akan bisa tampil di unifikasi liga tahun depan. Alasannya, ketiga klub tersebut tidak memenuhi satu dari dua aspek yang dijadikan parameter: infrastruktur yang memadai.
Padahal Pro Duta berstatus sebagai juara playoff IPL. Sedangkan Persepar adalah runner-up playoff IPL. Namun yang diloloskan PSSI malah Persijap Jepara dan Persiba Bantul, dua tim tuan rumah yang mentok di penyisihan grup. Sedangkan dua tim lainnya adalah klub peraih wild card Semen Padang, serta PSM Makassar, tim yang menurut aturan seharusnya degradasi ke Divisi Utama.
Jika diibaratkan turnamen Piala Dunia 2010, maka tindakan PSSI kali ini seperti memberikan trofi juara kepada tuan rumah Afrika Selatan, bukan Spanyol yang notabene mengalahkan Belanda di final. Atau seperti tiba-tiba meloloskan Indonesia ke putaran final Piala Dunia 2014 menyingkirkan Uruguay yang baru saja mengalahkan Yordania di playoff interkontinental.
Jika pada akhirnya hasil akhir ditentukan di atas meja, lalu buat apa capek-capek bertanding di atas lapangan? Jika akhirnya peraturan ada untuk dilanggar lalu mengapa pusing-pusing membuat aturan?
PSSI memang secara gamblang menyalahi aturannya sendiri untuk 'menjatuhkan' tiga klub tersebut. Dari lima aspek yang sebelumnya dipakai dalam proses verifikasi, yakni finansial, infrastruktur, legal, administrasi, dan sporting (pembinaan usia muda), tiba-tiba saja PSSI mengerucutkannya menjadi dua aspek saja, yakni finansial dan infrastruktur, dengan alasan ke-25 klub yang diverifikasi terancam tidak lolos semua
Kemudian, PSSI juga sangat mengesankan memiliki standar ganda dalam melakukan verifikasi. Seperti diketahui, Pro Duta telah mengajukan Stadion Singaperbangsa, Karawang sebagai salah satu alternatif kandang (homebase) mereka. Yang mengherankan, stadion tersebut dianggap tidak cukup layak digunakan sehingga menggugurkan klub itu dalam proses verifikasi. Padahal Persita Tangerang, yang sementara ini lolos verifikasi, mengajukan stadion yang sama.
Tampaknya, sejak awal PSSI memang sengaja tidak ingin meloloskan Pro Duta. 'Dosa' klub ini barangkali hanya karena dimiliki salah seorang anggota komite eksekutif PSSI periode yang lalu, Sihar Sitorus. Sudah bukan rahasia jika Sihar berseberangan dengan para pengurus PSSI saat ini. Buktinya, Pro Duta yang hanya memiliki satu kelemahan, yakni aspek infrastruktur, langsung dicoret.
Sementara itu klub-klub ISL yang sebenarnya memiliki kelemahan di aspek-aspek lain, paling kentara aspek finansial, masih diberi kesempatan. Persija Jakarta, Sriwijaya FC, Arema Cronous, Pelita Bandung Raya (PBR), Persela Lamongan, dan Persepam Madura United adalah beberapa nama yang secara terang-terangan mengakui masih menunggak gaji para pemain mereka. Namun apa yang terjadi? PSSI masih memberi mereka kesempatan klub-klub tersebut membereskan persoalan finansial mereka.
Apa yang dilakukan PSSI saat ini sebenarnya telah jauh 'mengangkangi' hasil Kongres Luar Biasa (KLB) pada Maret lalu. Saat itu PSSI memutuskan unifikasi liga akan diikuti oleh 18 klub ISL dan empat klub terbaik IPL. Jika dibilang 'terbaik', maka seharusnya empat klub IPL yang bisa mengikuti unifikasi liga adalah penghuni empat besar klasemen akhir IPL 2013, yakni Semen Padang, Pro Duta, Perseman Manokwari, dan Persiba Bantul. Selanjutnya baca di sini >>> Dagelan PSSI
gimana nih gan PSSI mao ngelawak kayaknya... maju terus pesempak eh pesepak bolaan Indonesia i TIMNAS
anasabila memberi reputasi
1
4.6K
Kutip
26
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan