Kaskus

News

kortikalAvatar border
TS
kortikal
[Nah LO] 133 Hari Jelang Lengser, SBY Sediakan Pengacara Keluarga. Ada Apa??
[JAKARTA] Tinggal 133 hari lagi masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berakhir.

Dikabarkan, Presiden SBY kini tengah menyiapkan pengacara keluarga setelah terungkap banyaknya nama keluarga Cikeas dalam kasus korupsi Bank Century, Hambalang, dan SKK migas.

Demikian mantan Aktivis 1998, Fadjroel Rahman seperti dikutip lewat kicauan di twitternya @Fadjroel, Rabu (11/12) malam.

"Hari ke-313 jelang berakhir jabatan presiden, @SBYudhoyono menyiapkan #timadvokat keluarga menangkal isu century, hambalang, skk migas," kata Fadjroel.

"Mungkin inilah pertamakali di dunia, seorang presiden, spt @SBYudhoyono menyiapkan #timadvokat keluarga sebelum jabatan berakhir," demikian kicauan Fadjroel beberapa menit kemudian.


Dia juga menjelaskan, bahkan Soeharto dan Marcos jelang jatuh pun tak punya tim advokat. "Padahal Soeharto dikepung masalah pelanggaran HAM dan korupsi puluhan tahun," tulis Fadjroel.

Gurita Cikeas

Kicauan Fadjroel mengingatkan kita akan beberapa peristiwa terkait dugaan korupsi yang dilakukan keluarga Cikeas dan lingkaran Istana.

Pertama buku “Membongkar Gurita Cikeas” karangan George Junus Aditjondro telah membuat bangsa ini heboh, karena berisi ulasan fakta keterlibatan Cikeas dalam kasus Bank Century.

Tulisan dalam buku itu sebenarnya tidak istimewa, hanya cuplikan dari percakapan hasil sadapan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Dan itu sudah diperdengarkan di dalam sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Yang membuat menarik, buku itu menginventarisasi berbagai fakta yang melibatkan keluarga Ciekas dalam berbagai kasus.

Misalnya, di bagian daftar isi, ditulis Membongkar Gurita Cikeas di Balik Skandal Bank Century, Bantuan Grup Sampoerna untuk Harian Jurnas, Pemanfaatn PSO LKBN Antara untuk Bravo Media Center.

Juga ditulis Yayasan-Yayasan yang Berafiliasi dengn SBY, Kaitan dengan Bisnis Keluarga Cikeas, Yayasan-Yayasan yang berafiliasi dengan Ny Ani Yudhoyono, Pelanggaran-Pelanggaran UU Pemilu oleh Caleg-Caleg Partai Demokrat.

Di bagian akhir buku berupa kesimpulan dan sejumlah bahan referensi dan lampiran-lampiran.

Menurut Aditjondro, buku ini merupakan hasil riset bersama sejumlah anggota tim peneliti. Buku ini juga dilengkapi dengan berbagai data-data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Buku tersebut memang sama dengan buku-buku karangan Aditjondro sebelumnya, yang membahas masalah korupsi di lingkaran kepresidenan mulai Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Presiden SBY sekarang ini.

Aditjondro dalam buku ini menuliskan bahwa setelah SBY menjadi presiden pada tahun 2004 dan terpilih kembali pada Pilpres 2009, ada banyak yayasan membonceng di Cikeas.

Dua yayasan itu di antaranya Yayasan Puri Cikeas dan Yayasan Kesetiakawanan Dan Kepedulian (YKDK) yang diketuai Jero Wacik.

Dari penelusuran, yayasan-yayasan itu bukan di tangan orang-orang yang punya latar belakang khusus bidang kemanusiaan, tapi terdiri sejumlah menteri, mantan menteri, purnawirawan perwira tinggi yang kebanyakan seangkatan dengan SBY, sejumlah pengusaha dan anggota keluarga besar SBY-Ani Yudhoyono yang terjun ke bisnis.

Dari buku “Membongkar Gurita Cikesa” itu, kemudian bermunculan berbagai tudingan miring terhadap keluarga Cikeas, mulai dari media sosial hingga proses hukum di KPK.

Bagai gayung bersambut, TrioMacan dalam postingannya pada 23 Februari 2000, pukul 06:58;16 AM PST menulis, “Dari 1.5 triliun kredit bank mandiri utk PRJ / PT. JIEC itu sebagian besar mengalir ke dana pilpres SBY 2004. Itu korupsi triliunan SBY.”

TrioMacan lebih jauh menulis, “ 1. Eeng ing..kita bahas korupsi Istana dan Cikeas. Supaya rakyat melek dan tahu siapa sebenarnya koruptor terbesar negeri ini.”

DPR RI pun membentuk Tim Pengawas (Timwas) Kasus Century. Sampai saat ini, proses politik untuk mengusut kasus tersebut sedang berlangsung.

Pimpinan DPR RI, Selasa (10/12) kemarin, sudah memutuskan untuk memanggil kembali Wakil Presiden Boediono, guna dimintai keterangan terkait pemberian dana talangan kepada Bank Century.

Kasus Hambalang

Dalam kasus Hambalang, nama anggota keluarga Cikeas juga banyak disebut. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat (PD), Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas disebut-sebut turut menerima aliran duit proyek pusat olahraga terpadu Hambalang dari perusahaan milik bekas bendahara partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

Data tentang transaksi keuangan perusahaan Nazar yang mengalir ke Ibas ini hangat diperbincangkan, justru setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka dan mundur dari jabatan Ketua Umum Partai Demokrat.

Dalam wawancara eksklusif dengan RCTI beberapa waktu lalu, Anas menyebutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengetahui tentang aliran dana ini.

Bahkan dalam salah satu pertemuan di Cikeas yang dihadiri Majelis Tinggi, 2011 lalu, SBY sempat marah lantaran informasi ini. Anas menyebut Amir Syamsuddin, yang saat ini menjabat Sekretaris Majelis Tinggi PS, juga tahu tentang informasi ini.

Dokumen yang diklaim menunjukkan aliran dana Hambalang ini beredar di kalangan wartawan. Data ini disebut-sebut sebagai catatan perusahaan grup Permai yang dibuat Yulianis, staf keuangan Nazar.

Dalam catatan itu, Ibas tercatat menerima uang senilai US$ 900 ribu untuk kedua transaksi. Transaksi itu terjadi pada 29 April 2010 dan 30 April 2010.

Pada transaksi 29 April 2010, Ibas menerima dana senilai US$ 600 ribu. Dana diserahkan oleh staf Nazar bernama Amin R. Lantas pada 30 April 2010, Ibas kembali mendapat dana senilai US$ 300 ribu, yang diserahkan oleh staf bernama Bahri.

Ibas telah membantah menerima uang Hambalang. "Saya katakan tudingan tersebut tidak benar dan tidak berdasar. Seribu persen saya yakin kalau saya tidak menerima dana dari kasus yang disebut-sebut selama ini," kata Ibas.

Belum semua diklarifikasi, kasus Hambalang yang melibatkan lingkaran Cikeas semakin benderang. Muncul kelompok baru pimpinan Sylvia Sholehah alias Bu Pur.

Ia merupakan istri dari Kepala Rumah Tangga Cikeas yakni Kombes Pol (Purn) Purnomo D. Raharjo. Istana sudah mengakui keberadaan Purnomo.

Jubir Presiden Julian Pasha menyebut Purnomo adalah teman satu angkatan SBY saat menjalani pendidikan AKABRI.

Dalam proyek Hambalang, Bu Pur mengajak dua sepupu SBY yakni Widodo Wisnu Sayoko dan Arief Gunawan.

Mereka berbagi peran. Akses ke jajaran menteri kabinet pimpinan SBY bisa ia dapatkan. Bertemu langsung dengan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dan Menteri Keuangan Agus Martowardjoyo salah satu yang terungkap dalam audit.

Merekalah yang kemudian membuat proyek senilai Rp2,3 triliun itu mendapatkan persetujuan pendanaan multi years dari Kemenkeu. Sejumlah ketentuan diterabas oleh Wamenkeu Ani Rachmawati untuk memuluskan proyek Hambalang.

"Wafid mengaku pernah mendapatkan penjelasan dari Agu dan Widodo Wisnu Sayoko, bahwa Sylvia Sholehah telah melakukan komunikasi dengan pihak Kementrian Pekerjaan Umum dan Kementrian Keuangan, termasuk telah melakukan komunikasi dengan Ani Rahmawati dan Agus Martowadojo," seperti ditulis dari audit.

Kasus ini sedang bergulir di pengadilan Tipikor.

SKK Migas

Nama Ibas lagi-lagi disebut dalam berkas perkara dugaan suap SKK Migas.

Dalam dokumen pemeriksaan tersangka Deviardi yang diperoleh wartawan, Rabu (20/11) menguak kedekatan petinggi Kernel Oil Singapura Widodo Ratanachaitong dengan Ibas dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

Hal itu sebagaimana terungkap dalam sadapan perbincangan antara Widodo dan Deviardi. Hasil sadapan percakapan itu berdurasi sekitar 15 menit dan dilakukan sekitar pukul 21.03 WIB pada 24 Juni 2013.

"Bahwa benar berhubungan dengan Widodo, Cumlaude di Australia dan punya tujuh perusahaan minyak di luar negeri semuanya CNC, bahwa Widodo mempunyai jaringan ke Istana, Ibas, DPR, dan sampai kepada Dipo Alam," begitu bunyi salah satu petikan rekaman pembicaraan Widodo dengan Ardi seperti tertulis dalam dokumen.

Dari fakta persidangan di pengadilan Tipikor Jakarta ditemukan kesaksian yang cukup mencengangkan, terutama dari saksi Deviardi yang menyatakan bahwa pemilik Kornel Oil Indonesia, Widodo Ranacaithong sebagai pihak yang diduga memberi suap kepada mantan Kepala SKK Migas Rubi Rubiandini adalah seorang penguasaha yang memiliki akses dekat dengan istana, Ibas, Dipo Alam dan kalangan DPR.

Menurut Deviardi, kedekatan Rudi Rubiandini dengan Widodo yang berlanjut dengan kontrak kerjasama proyek adalah untuk membuat Ibas dan istana senang dan tenang.

Terhadap pengakuan Deviardi ini, Ibas dan Dipo Alam telah membantahnya dengan menyatakan tidak kenal dan tidak memiliki hubungan atau urusan apapun dengan pengusaha tersebut.

Bantahan seperti itu menjadi hak bagi seseorang yang disebut dalam persidangan, namun yang jelas KPK harus menjadikan setiap fakta persidangan sebagai informasi baru yang mesti didalami dan ditindaklanjuti kebenarannya.

Tuntutan ini cukup beralasan, karena berdasarkan temuan awal suap SKK Migas terindikasi adanya konspirasi dan skandal korupsi yang melibatkan penguasa dan pengusaha.

Apakah dengan masuknya nama lingkaran Istana dan Cikeas dalam berbagai kasus membuat Presiden SBY menyiapakn pengacara keluarga?

Sayang Fadjroel Rahmat tidak menjelaskan lebih detail dalam kicauannya.

Kita menunggu dan hanya bisa menghitung hari-hari berakhirnya kekuasaan Cikeas.
sumber

Bagus tuh sir Prihatin siap2 pengacara keluarga emoticon-Big Grin
0
3.6K
22
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan