- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Hentikan Tradisi Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan


TS
cimparodot
Hentikan Tradisi Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan



Quote:
Ini Kesaksian Mahasiswa ITN
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MALANG — Setelah ramai diberitakan banyak media dan beredarnya foto-foto proses pelaksanaan Orientasi Kemah Bakti Desa di kawasan Goa Cina, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang, Jawa Timur, yang digelar Jurusan Planologi, Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, pihak saksi yang juga teman korban Fikri Dolasmantya Surya akhirnya membuka mulut ke media.
Namun, demi keamanan dan keselamatan, seorang saksi yang juga mengikuti Ospek ITN bersama Fikri itu meminta untuk tidak diambil gambar dan ditulis nama lengkap di media.
Mahasiswa berinisial J itu, Selasa (10/12/2013), menceritakan, hingga kini ia dan teman-teman seangkatannya masih ingat perlakuan kasar oleh para seniornya yang menjadi panitia.
"Peserta diinjak-injak saat disuruh push-up. Lalu dipukul pakai sandal dan benda lainnya yang dipegang panitia. Ada teman lainnya yang disuruh berhubungan layaknya suami sitri," katanya.
Namun, kata J, permintaan hubungan suami istri itu bukan dilakukan antara laki dan perempuan. "Tetapi, antara sesama laki-laki. Bukan perempuan dan laki-laki," akunya.
Aksi brutal lainnya yang dilakukan panitia Ospek ITN, lanjut J, adalah adanya beberapa mahasiswi yang disiram air bawang hingga mata mereka melepuh. "Juga disuruh minum air laut sebanyak-banyaknya hingga kembung. Kita juga disuruh tangan menyentuh tanah hingga berwarna hitam. Jika sudah hitam, baru boleh makan nasi yang disiapkan," kisah J.
Jika tangan semua peserta Ospek belum terlihat hitam, kata J, peserta disuruh merebah ke tanah. Lalu tangan mereka diinjak-diinjak oleh panitia hingga hitam. "(Setelah itu) baru boleh makan nasi," katanya.
Perlakuan tidak wajar lainnya, kata J, setelah selesai makan nasi, peserta disuruh minum air mineral 1 hingga 2 botol saja untuk satu angkatan. "Demikian itu yang saya alami dan juga dialami oleh almarhum Fikri," katanya.
Soal kematian Fikri itu, J dan ratusan mahasiswa baru lainnya baru tahu setelah berada di kampus ITN. "Saat di lapangan, teman-teman memang tidak mengetahui secara pasti kejadian meninggalnya Fikri. Karena saya dan teman-teman berbeda di kelompok," katanya.
Namun demikian, kata J, saat kejadian, peserta Ospek lainnya hanya mendengar suara teriakan Fikri ketika mengalami kesakitan akibat dipukuli panitia. "Teman-teman hanya bisa mendengar teriakan kesakitannya Fikri. Karena posisi teman-teman saat itu membelakangi Fikri," katanya.
J menduga Fikri disiksa saat dirinya mengatakan siap melindungi peserta lainnya yang mendapatkan kekerasan dari panitia. "Fikri bilang siap melindungi teman-teman semua dari perlakuan para fendem (panitia/keamanan Ospek). Mungkin akibat pernyataan itu Fikri mengalami kekerasan yang berlebihan dari para fendem itu," kata J.
Menurutnya, kegiatan Ospek itu sudah mendapatkan izin dari pihak kampus ITN. Namun, pihak kampus tidak mengetahui Ospek itu jadi ajang kekerasan para senior.
"Para dosen memang memantau ke lokasi. Tapi hanya datang saat siang hari hingga sore hari. Malam harinya sudah tidak ada para dosen yang mengawasinya. Para mahasiswa baru tidak berani melaporkan kekerasan itu pada para dosen," katanya.
Namun, demi keamanan dan keselamatan, seorang saksi yang juga mengikuti Ospek ITN bersama Fikri itu meminta untuk tidak diambil gambar dan ditulis nama lengkap di media.
Mahasiswa berinisial J itu, Selasa (10/12/2013), menceritakan, hingga kini ia dan teman-teman seangkatannya masih ingat perlakuan kasar oleh para seniornya yang menjadi panitia.
"Peserta diinjak-injak saat disuruh push-up. Lalu dipukul pakai sandal dan benda lainnya yang dipegang panitia. Ada teman lainnya yang disuruh berhubungan layaknya suami sitri," katanya.
Namun, kata J, permintaan hubungan suami istri itu bukan dilakukan antara laki dan perempuan. "Tetapi, antara sesama laki-laki. Bukan perempuan dan laki-laki," akunya.
Aksi brutal lainnya yang dilakukan panitia Ospek ITN, lanjut J, adalah adanya beberapa mahasiswi yang disiram air bawang hingga mata mereka melepuh. "Juga disuruh minum air laut sebanyak-banyaknya hingga kembung. Kita juga disuruh tangan menyentuh tanah hingga berwarna hitam. Jika sudah hitam, baru boleh makan nasi yang disiapkan," kisah J.
Jika tangan semua peserta Ospek belum terlihat hitam, kata J, peserta disuruh merebah ke tanah. Lalu tangan mereka diinjak-diinjak oleh panitia hingga hitam. "(Setelah itu) baru boleh makan nasi," katanya.
Perlakuan tidak wajar lainnya, kata J, setelah selesai makan nasi, peserta disuruh minum air mineral 1 hingga 2 botol saja untuk satu angkatan. "Demikian itu yang saya alami dan juga dialami oleh almarhum Fikri," katanya.
Soal kematian Fikri itu, J dan ratusan mahasiswa baru lainnya baru tahu setelah berada di kampus ITN. "Saat di lapangan, teman-teman memang tidak mengetahui secara pasti kejadian meninggalnya Fikri. Karena saya dan teman-teman berbeda di kelompok," katanya.
Namun demikian, kata J, saat kejadian, peserta Ospek lainnya hanya mendengar suara teriakan Fikri ketika mengalami kesakitan akibat dipukuli panitia. "Teman-teman hanya bisa mendengar teriakan kesakitannya Fikri. Karena posisi teman-teman saat itu membelakangi Fikri," katanya.
J menduga Fikri disiksa saat dirinya mengatakan siap melindungi peserta lainnya yang mendapatkan kekerasan dari panitia. "Fikri bilang siap melindungi teman-teman semua dari perlakuan para fendem (panitia/keamanan Ospek). Mungkin akibat pernyataan itu Fikri mengalami kekerasan yang berlebihan dari para fendem itu," kata J.
Menurutnya, kegiatan Ospek itu sudah mendapatkan izin dari pihak kampus ITN. Namun, pihak kampus tidak mengetahui Ospek itu jadi ajang kekerasan para senior.
"Para dosen memang memantau ke lokasi. Tapi hanya datang saat siang hari hingga sore hari. Malam harinya sudah tidak ada para dosen yang mengawasinya. Para mahasiswa baru tidak berani melaporkan kekerasan itu pada para dosen," katanya.
Quote:
Kontras Selidiki Pelonco Maut di ITN Malang
TEMPO.CO, Malang - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menurunkan tim untuk menginvestigasi kasus kematian mahasiswa Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Fikri Dolasmantay Surya. Kontras akan meminta keterangan sejumlah saksi atas tewasnya mahasiswa asal Nusa Tenggara Barat itu.
"Sangat disayangkan, perguruan tinggi dari kalangan terdidik justru melakukan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia," kata Koordinator Kontras Surabaya, Andy Irfan Junaedy, Selasa, 10 Desember 2013. Kontras telah menerima laporan dari Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (AMAK) yang mengadvokasi kasus Fikri sejak awal.
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ini menyerahkan beberapa bukti dan temuan dari peserta Kemah Bakti Desa (KBD) yang dilaksanakan di Gua Cina, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. "Sementara ini baru informasi sepihak dari mahasiswa," kata Andy.
Kontras, kata Andy, akan mengawal kasus kekerasan yang berujung hilangnya nyawa mahasiswa baru itu. Hingga sejauh ini belum ada investigasi yang mendalam untuk mengungkap penyebab tewasnya Fikri.
Koordinator AMAK Farid Ramdani mengharap kasus kekerasan ini tak kembali terulang. Sebab, selama ini sejumlah perguruan tinggi kerap melakukan tindakan kekerasan selama masa orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek). "Orientasi harus ilmiah dan akademik," katanya.
Aksi solidaritas ini, kata Farid, merupakan bentuk penolakan terhadap kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia. Dia meminta perguruan tinggi menunjung tinggi hak asasi manusia dan mengedepankan perilaku yang lebih bermartabat.
"Sangat disayangkan, perguruan tinggi dari kalangan terdidik justru melakukan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia," kata Koordinator Kontras Surabaya, Andy Irfan Junaedy, Selasa, 10 Desember 2013. Kontras telah menerima laporan dari Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (AMAK) yang mengadvokasi kasus Fikri sejak awal.
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi ini menyerahkan beberapa bukti dan temuan dari peserta Kemah Bakti Desa (KBD) yang dilaksanakan di Gua Cina, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang. "Sementara ini baru informasi sepihak dari mahasiswa," kata Andy.
Kontras, kata Andy, akan mengawal kasus kekerasan yang berujung hilangnya nyawa mahasiswa baru itu. Hingga sejauh ini belum ada investigasi yang mendalam untuk mengungkap penyebab tewasnya Fikri.
Koordinator AMAK Farid Ramdani mengharap kasus kekerasan ini tak kembali terulang. Sebab, selama ini sejumlah perguruan tinggi kerap melakukan tindakan kekerasan selama masa orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek). "Orientasi harus ilmiah dan akademik," katanya.
Aksi solidaritas ini, kata Farid, merupakan bentuk penolakan terhadap kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia. Dia meminta perguruan tinggi menunjung tinggi hak asasi manusia dan mengedepankan perilaku yang lebih bermartabat.
Quote:
Mahasiswa ITN Diduga Tewas Dipelonco
TEMPO.CO, Malang-Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti-Kekerasan berunjuk rasa di depan kampus Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Senin 9 Desember 2013. Mereka mengecam kekerasan yang diduga dilakukan mahasiswa senior terhadap mahasiswa baru hingga menyebabkan jatuh korban.
Mahasiswa baru itu adalah Fikri Dolas Mantia asal Lombok Nusa Tenggara Barat, jurusan planologi. "Korban ditendang, disuruh jalan merangkak dan perbuatan tak manusiawi lainnya," kata juru bicara aksi, Lalu Haq Mustaqim.
Lalu menunjuk kekerasan terjadi saat Kegiatan Kemah Bakti Desa (KBD) yang diselenggarakan di Gua Cina, Desa Dadaprejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan pada 9-13 Oktober 2013 diikuti. Pesertanya, 130 mahasiswa baru jurusan planologi.
"Peserta harus berbagi satu botol air minum," kata Lalu mengungkap contoh isi kegiatan itu. Korban diduga kelelahan akibat kegiatan yang berat dan makanan dan minuman yang terbatas. Kegiatan dihentikan Sabtu 12 Oktober, atai lebih cept sehari.
Dalam aksinya, mereka yang tergabung dari berbagai elemen antara lain FM Lobar, Matur Malang, Kobar, HMI Universitas Brawijaya Malang juga membeberkan pelecehan seksual yang dilakukan terhadap sejumlah mahasiswi. Panitia disebutkan memaksa para mahasiswi mengulum singkong yang dibentuk seperti alat kelamin laki-laki.
Dalam aksinya, mereka membentangkan spanduk dan poster yang bergambar foto korban. Mereka juga membentangkan poster yang mengecam tindakan kekerasan antara lain "Stop kekerasan", "Hentikan segala bentuk tindakan kekerasan", dan "Hukum pelaku kekerasan". Aksi dilakukan mahasiswa
Wakil Rektor bidang kemahasiswaan ITN, I Wayan Mundra, membantah ada kekerasan. Kegiatan Kemah Bakti Desa, katanya, untuk lebih memperkenalkan mahasiswa baru terhadap jurusan yang dipilih. "Saya yakin tak ada tindakan pembunuhan," katanya.
Menurutnya, selama ini kegiatan normal sesuai batas kewajaran. Kegiatan tersebut juga telah mendapat izin serta dibawah pengawasan Ketua Jurusan Planologi.
Mahasiswa baru itu adalah Fikri Dolas Mantia asal Lombok Nusa Tenggara Barat, jurusan planologi. "Korban ditendang, disuruh jalan merangkak dan perbuatan tak manusiawi lainnya," kata juru bicara aksi, Lalu Haq Mustaqim.
Lalu menunjuk kekerasan terjadi saat Kegiatan Kemah Bakti Desa (KBD) yang diselenggarakan di Gua Cina, Desa Dadaprejo Kecamatan Sumbermanjing Wetan pada 9-13 Oktober 2013 diikuti. Pesertanya, 130 mahasiswa baru jurusan planologi.
"Peserta harus berbagi satu botol air minum," kata Lalu mengungkap contoh isi kegiatan itu. Korban diduga kelelahan akibat kegiatan yang berat dan makanan dan minuman yang terbatas. Kegiatan dihentikan Sabtu 12 Oktober, atai lebih cept sehari.
Dalam aksinya, mereka yang tergabung dari berbagai elemen antara lain FM Lobar, Matur Malang, Kobar, HMI Universitas Brawijaya Malang juga membeberkan pelecehan seksual yang dilakukan terhadap sejumlah mahasiswi. Panitia disebutkan memaksa para mahasiswi mengulum singkong yang dibentuk seperti alat kelamin laki-laki.
Dalam aksinya, mereka membentangkan spanduk dan poster yang bergambar foto korban. Mereka juga membentangkan poster yang mengecam tindakan kekerasan antara lain "Stop kekerasan", "Hentikan segala bentuk tindakan kekerasan", dan "Hukum pelaku kekerasan". Aksi dilakukan mahasiswa
Wakil Rektor bidang kemahasiswaan ITN, I Wayan Mundra, membantah ada kekerasan. Kegiatan Kemah Bakti Desa, katanya, untuk lebih memperkenalkan mahasiswa baru terhadap jurusan yang dipilih. "Saya yakin tak ada tindakan pembunuhan," katanya.
Menurutnya, selama ini kegiatan normal sesuai batas kewajaran. Kegiatan tersebut juga telah mendapat izin serta dibawah pengawasan Ketua Jurusan Planologi.
Quote:
Pelonco ITN: Mahasiswa Disuruh Push-up dan Diinjak

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa pelonco Institut Teknologi Nasional (ITN), Malang, dipaksa melakukan push-up dengan badan diinjak. Demikian dikatakan Joko--bukan nama sebenarnya--mahasiswa ITN Jurusan Planologi angkatan 2013, Selasa, 10 Desember 2013.
Dodo, juga bukan nama sebenarnya dan rekan Joko, mengatakan, setiap malam, mereka mengalami kekerasan yang sama dan berulang.
Sebanyak 114 mahasiswa baru ITN mengikuti orientasi Kemah Bakti Desa yang dilaksanakan di Gua Cina, Dusun Rowotrate, Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Oktober lalu. Dalam masa perpeloncoan ini, seorang mahasiswa bernama Fikri meninggal dunia. Polisi menduga dia tewas akibat kelelahan. Sedangkan rekan Fikri menengarai dia tewas akibat penganiayaan para seniornya.
Dodo mengungkapkan, puncak kekerasan itu terjadi pada Rabu malam, 11 Oktober 2013. Saat itu seluruh peserta diminta berdiri membelakangi Fikri yang diapit petugas keamanan KBD. "Terdengar teriakan kesakitan. Fikri mengerang kesakitan," kata Joko.
Dosen penanggung jawab Kemah Bakti Desa ITN, Hutomo Moestajab, menyangkal terjadi kekerasan selama kegiatan. Menurut dia, sejumlah dosen mengawasi kegiatan, meski tidak 24 jam. "Tak boleh ada main tangan," katanya. Ia juga membantah dosen maupun senior mengintimidasi mahasiswa baru.
Namun Hutomo menyatakan siap bertanggung jawab atas kelalaian panitia orientasi mahasiswa tersebut. Sebagai bentuk tanggung jawab, ia siap dijatuhi sanksi mulai penurunan jabatan atau pemecatan. "Saya juga siap dimintai keterangan polisi," katanya.
Quote:
Pelonco Maut ITN, Dosen Siap Dipecat
TEMPO.CO, Malang--Dosen Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang sekaligus penanggungjawab kegiatan Kemah Bakti Desa (KBD), Hutomo Moetajab, menyatakan siap bertanggungjawab atas kekerasan yang dilakukan mahasiswa senior kepada yuniornya. Kekerasan fisik itu menyebabkan seorang mahasiswa, Fikri Diolasmantya, tewas.
Hutomo mengaku siap menerima sanksi, mulai penurunan pangkat sampai pemecatan. "Saya ambil tanggunjawab penuh dan siap diadili," kata dia, Selasa 10 Desember 2013.
Menurut Hutomo, kelalaian yang dilakukan oleh para mahasiswa saat KBD merupakan kesalahan dia karena tidak mengawasi secara ketat. Meskipun selama kegiatan itu, ada seorang dosen yang mengawasi setiap hari, namun dosen itu tidak menginap bersama mahasiswa. "Mahasiswa kan beda dengan anak SMA yang harus dijaga 24 jam. Mereka sudah pada dewasa, jadi kita percaya saja," kata Hutomo.
Hutomo tak menampik bahwa 110 panitia KBD telah melakukan tindakan di luar batas. Misalnya memberi air minum yang sangat minim sehingga para peserta mengalami dehidrasi. Namun Hutomo menyangkal terjadi kekerasan yang menyebabkan kematian. Ia juga membantah terjadi pelecehan seksual terhadap mahasiswi berupa pemaksaan melakukan oral seks pada singkong berbentuk kelamin pria.
Tak Ada Kekerasan...
"Tak ada kekerasan yang menyebabkan kematian dan mengancam jiwa," katanya. Sesuai kesepakatan, kata dia, kegiatan yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Planologi ITN Malang ini dilarang menyentuh ataupun memegang peserta. Namun Hutomo menyadari pemberian air minum yang terbatas oleh panitia bisa menyebabkan dehidrasi ataupun kelelahan hingga menyebabkan Fikri tewas.
"Memang menimbulkan dampak yang fatal. Tapi tak ada kekerasan," katanya. Pasca-tewasnya Fikri, menurut Hutomo, sebanyak 54 mahasiswa dari 110 panitia KBD telah dijatuhi hukuman. Rinciannya 20 mahasiswa diskorsing dua semester, lima diskrosing satu semester, dan 29 dihukum pengurangan mata kuliah.
Hutomo mengatakan telah melakukan investigasi atas kasus tersebut. Dia mengaku sudah memintai keterangan peserta maupun panitia KBD. Hasilnya, kata Hutomo, ditemukan pelanggaran karena kegiatan dilakukan melebihi batas kewajaran. Namun, ia menyangkal sejumlah foto soal kekerasan yang beredar di media sosial sebagai bentuk kekerasan.
"Mereka itu berpose, bukan diinjak seperti di gambar," katanya. Ia juga bersedia menampilkan seluruh foto dokumentasi kegiatan yang direkam panitia BKD. Namun kampus sudah mengambil langkah tegas dengan membekukan seluruh kegiatan Himpunan Mahasiswa Planologi. Karena itu, dia menjamin tak ada lagi kegiatan serupa yang akan diterapkan tahun depan."Akan kita evaluasi seluruh kegiatan," katanya.
Dibantah Mahasiswa...
Koordinator Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (AMAK) Farid Ramdani membantah keterangan Hutomo. Menurut dia kekerasan mahasiswa senior kepada yuniornya telah dilakukan secara turun temurun setiap tahun. Sehingga kekerasan dianggap biasa dan yunior akan melakukan balas dendam kepada mahasiswa baru. "Sudah membudaya," kata Farid.
Dua mahasiswa Jurusan Planologi ITN angkatan 2013 mengakui terjadi kekerasan selama KBD di Gua China. Dua mahasiswa yang namanya disamarkan menjadi Joko dan Dodo ini merupakan teman kuliah Fikri.
"Ada kekerasan, diinjak, disuruh makan bawang. Ada teman yang wajahnya melempuh karena disiram air bawang," kata Joko. Sebelum makan, mereka dipaksa membenamkan tangan ke dalam debu. Jika telapak tangan belum kotor, panitia menginjak kaki mereka. Lantas, mereka dipaksa makan menggunakan tangan yang kotor dipenuhi debu.
Usai makan mereka hanya diberi sebotol air minum dibagi dengan 100 an teman seangkatannya. Bahkan, sebagian dipaksa minum air laut. Sehingga sebagian peserta mengalami dehidrasi karena kurang minum. Setiap peserta, katanya, mengalami kekerasan yang sama. Bahkan mereka juga dihukum push up sambil diinjak.
Hutomo mengaku siap menerima sanksi, mulai penurunan pangkat sampai pemecatan. "Saya ambil tanggunjawab penuh dan siap diadili," kata dia, Selasa 10 Desember 2013.
Menurut Hutomo, kelalaian yang dilakukan oleh para mahasiswa saat KBD merupakan kesalahan dia karena tidak mengawasi secara ketat. Meskipun selama kegiatan itu, ada seorang dosen yang mengawasi setiap hari, namun dosen itu tidak menginap bersama mahasiswa. "Mahasiswa kan beda dengan anak SMA yang harus dijaga 24 jam. Mereka sudah pada dewasa, jadi kita percaya saja," kata Hutomo.
Hutomo tak menampik bahwa 110 panitia KBD telah melakukan tindakan di luar batas. Misalnya memberi air minum yang sangat minim sehingga para peserta mengalami dehidrasi. Namun Hutomo menyangkal terjadi kekerasan yang menyebabkan kematian. Ia juga membantah terjadi pelecehan seksual terhadap mahasiswi berupa pemaksaan melakukan oral seks pada singkong berbentuk kelamin pria.
Tak Ada Kekerasan...
"Tak ada kekerasan yang menyebabkan kematian dan mengancam jiwa," katanya. Sesuai kesepakatan, kata dia, kegiatan yang dilakukan Himpunan Mahasiswa Planologi ITN Malang ini dilarang menyentuh ataupun memegang peserta. Namun Hutomo menyadari pemberian air minum yang terbatas oleh panitia bisa menyebabkan dehidrasi ataupun kelelahan hingga menyebabkan Fikri tewas.
"Memang menimbulkan dampak yang fatal. Tapi tak ada kekerasan," katanya. Pasca-tewasnya Fikri, menurut Hutomo, sebanyak 54 mahasiswa dari 110 panitia KBD telah dijatuhi hukuman. Rinciannya 20 mahasiswa diskorsing dua semester, lima diskrosing satu semester, dan 29 dihukum pengurangan mata kuliah.
Hutomo mengatakan telah melakukan investigasi atas kasus tersebut. Dia mengaku sudah memintai keterangan peserta maupun panitia KBD. Hasilnya, kata Hutomo, ditemukan pelanggaran karena kegiatan dilakukan melebihi batas kewajaran. Namun, ia menyangkal sejumlah foto soal kekerasan yang beredar di media sosial sebagai bentuk kekerasan.
"Mereka itu berpose, bukan diinjak seperti di gambar," katanya. Ia juga bersedia menampilkan seluruh foto dokumentasi kegiatan yang direkam panitia BKD. Namun kampus sudah mengambil langkah tegas dengan membekukan seluruh kegiatan Himpunan Mahasiswa Planologi. Karena itu, dia menjamin tak ada lagi kegiatan serupa yang akan diterapkan tahun depan."Akan kita evaluasi seluruh kegiatan," katanya.
Dibantah Mahasiswa...
Koordinator Aliansi Mahasiswa Anti Kekerasan (AMAK) Farid Ramdani membantah keterangan Hutomo. Menurut dia kekerasan mahasiswa senior kepada yuniornya telah dilakukan secara turun temurun setiap tahun. Sehingga kekerasan dianggap biasa dan yunior akan melakukan balas dendam kepada mahasiswa baru. "Sudah membudaya," kata Farid.
Dua mahasiswa Jurusan Planologi ITN angkatan 2013 mengakui terjadi kekerasan selama KBD di Gua China. Dua mahasiswa yang namanya disamarkan menjadi Joko dan Dodo ini merupakan teman kuliah Fikri.
"Ada kekerasan, diinjak, disuruh makan bawang. Ada teman yang wajahnya melempuh karena disiram air bawang," kata Joko. Sebelum makan, mereka dipaksa membenamkan tangan ke dalam debu. Jika telapak tangan belum kotor, panitia menginjak kaki mereka. Lantas, mereka dipaksa makan menggunakan tangan yang kotor dipenuhi debu.
Usai makan mereka hanya diberi sebotol air minum dibagi dengan 100 an teman seangkatannya. Bahkan, sebagian dipaksa minum air laut. Sehingga sebagian peserta mengalami dehidrasi karena kurang minum. Setiap peserta, katanya, mengalami kekerasan yang sama. Bahkan mereka juga dihukum push up sambil diinjak.
====================================================
Ironis Memang dunia pendidikan di negeri ini,semoga menjadi pembelajaran bagi kita semua yang mengenyam dunia Pendidikan.


0
3.1K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan