roki.muqorrobinAvatar border
TS
roki.muqorrobin
Kritik Komik Mice pada Tayangan
Saya salah satu penggemar komik, khususnya komik lokal. Halaman 30 di Kompas Minggu adalah salah satu halaman yang tak pernah saya lewatkan setiap minggu. Halaman ini memuat 5 komik strip karya komikus anak bangsa, mulai dari komik Panji Koming, Timun, Mice, Sukribo, dan Kopopilan.

Pada Minggu, 8 Desember 2013 kemarin, komik strip Mice mengkritisi sejumlah tayangan televisi yang menurutnya dan juga saya, tidak bermutu. Di panel pertama, komikus bernama asli Muhammad Mirsad ini mengkritik komedi slapstik yang banyak muncul di televisi. Acara komedi ini tidak menghibur dan tidak punya manfaat. Untuk mewakili komedi norak, Mice menggambar seseorang yang dibaluri bedak. Anda pasti sudah tahu program komedi apa yang dimaksud Mice ini.


Di panel kedua, alumni Design Grafis Fakultas Seni Rupa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini masih mengkritisi tayangan komedi yang dimainkan oleh artis itu-itu saja. Ada artis yang selalu berpenampilan banci, pun ada artis yang memang banci betulan. Selain keroyokan, mereka juga kerap mengumbar umpatan dan celaan. Sekali lagi, Anda pasti tahu program komedi yang dimaksud, yang biasanya tayang stripping setiap sore dan malam. Saya sebut inisialnya saja: “P” dan “C”.

Yuk Keep smile (YKS) juga tak ketinggalan dikritik oleh Mice. Oleh komikus ini, YKS dianggap sebagai program yang menggandalkan joget sebagai daya tarik. Terbukti, selama 7 bulan –menurut Mice- acara ini tanpa inovasi. Meski tanpa inovasi, tetapi kita, termasuk saya, merasa sangat aneh, rating-share program tanpa inovasi ini tetap meraih rating-share tertinggi setelah Tukang Bubur Naik Haji (RCTI).

Tentang YKS ini, tak sengaja saat zapping dari satu televisi ke televisi lain, saya melihat tayangan YKS semalam (11/12). Dalam tayangan tersebut ada Ustadz Maulana yang sedang memberikan tausyiah ke para pemain dan tamu. Mereka duduk membuat setengah lingkaran. Materi tausyiah mengenai orangtua.

“Kita harus menghormati orangtua kita, terutama ibu,” ujar Ustadz Maulana, sambil sesekali memutarkan badan khas dirinya. “Berbahagialah kita yang masih mempunyai orangtua. Bahagiakanlah mereka…”

Saya berpikir, barangkali tim kreatif YKS sedang ‘berinovasi’ dengan memasukkan Ustadz, di tengah-tengah lawakan yang menurut Mice tanpa manfaat ini. Sebetulnya, memasukkan Ustadz pun bukan ‘inovasi’, karena cikal bakal YKS adalah program sahur saat Ramadhan, dimana namanya Yuk Kita Sahur. Oleh karena Yuk Kita Sahur dianggap sukses dan Trans TV tidak punya amunisi program stripping di primetime, program tersebut diuji coba paska Ramadhan dan ternyata berhasil.

Di episode YKS semalam, sebelum mengakhiri tausyiah, Ustadz Maulana mengajak para pemain, termasuk seluruh penonton di studio berdoa. “Ya, Allah, maafkan dosa-dosa kedua orangtua kami. Ampunilah mereka, sebagaimana mereka mengampuni kami di waktu kecil…”

Air mata sejumlah pemain berlinangan. Salah satu pemain yang menangis adalah Deswita. Kamera coba membuat penonton di rumah dramatis dengan meng-close up wajah Deswita. Rupanya doa Ustadz Maulana berhasil membuat para pemain tersentuh dan mengingat orangtua mereka. Tak cuma pemain yang menenteskan, beberapa penonton pun ada menangis. Seperti juga Deswita, kamera juga meng-close up penonton yang menangis.


Saya pikir, suasana syahdu di segmen tersebut benar-benar akan ditutup oleh doa Ustadz untuk orangtua. Namun ternyata, doa tersebut cuma sebagai bridging atau bisa dihitung sebagai gimmick untuk memberikan kejutan pada Deswita yang sebelumnya telah berulang tahun. Hancurlah kesyahduan untaian kalimat yang diucapkan Ustadz Maulana, begitu kamera close up sebuah kue dan sejumlah orang menyanyikan lagu selamat ulang tahun.

“Panjang umurnya…panjang umurnya…“

Musik mulai dimainkan. Di tengah alunan irama dangdut Adul yang sebelumnya meneteskan air mata di bahu Deswita, menyemprot-nyemprotkan cairan ke atas, sehingga membentuk butiran-butiran putih ala salju. Sementara dari atas, convety berbentuk sobekan kertas kecil sebagai tanda puncak kejutan, bertaburan. Keep smileeee…. Mulai dari penonton, pengisi acara, sampai kru Trans TV berjoget bersama. YKS normal kembali, menjadi tontonan berkonsep joget. Uztadz Maulana menghilang di antara kemeriahan pesta tersebut. Cesar kembali menjadi primadona joget di acara ini.

Kembali ke komik Mice, di akhir panel, komikus kelahiran Jakarta,23 Juli 1970 ini mengakhiri dengan gambar tangan manusia yang memegang remote control dan mematikan televisi. Mice ingin mengajak kita semua untuk menjadi penonton cerdas, penonton yang tidak mau dicekoki oleh tayangan-tayangan tanpa manfaat, yang mengumbar celaan, dan berbulan-bulan tanpa inovasi. Penonton Indonesia harus cerdas.

“Gak perlu gusar, kita punya kuasa untuk semua itu…MATIKAN TV-MU!” begitu pesan Mice untuk kita semua.

Salam TV Sehat!

0
1.6K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan