sukses8Avatar border
TS
sukses8
Mengomentari Etika Humas PT KAI Commuterline Jabodetabek
gan ane nemu Tulisan ini di Kompasiana Pendapat agan Bagaimana ?


Quote:


A. Semacam Pengantar

Baru saja saya menonton tayangan talk show hitam putih disalah satu televisi swasta (10/12/2013), dan seperti biasa layaknya sebuah talk show selalu membawakan tema-tema yang aktual, seperti yang kita semua tahu, selasa 9 Desember 2012 terjadi kembali tragedi kecelakaan transportasi di Indonesia, kecelakaan antara KRL Commuterline jurusan Serpong-Tanah Abang, dengan truck tangki pembawa premium, di daerah bintaro, setidaknya sampai saat ini korban sudah diidentifikasi 7 orang.

Pada acara Hitam Putih, Dedy Corbuzier sebagai host talkshow menghadirkan berbagai narasumber, dari saksi mata, keluarga korban, dan juga pihak Manajer Komunikasi Perusahaan PT KAI Commuter Jabodetabek yaitu Eva Chairunisa, dari berbagai segment, saya menyoroti bagaimana sikap Humas Commuterline Jabodetabek "Eva Chairunisa".

Sebelum melihat tayangan Hitam Putih ini, sebetulnya saya memiliki penilaian postitif dan cenderung simpatik pada PT.KAI Commuterline Jabodetabek, saya menganggap kesalahan ini adalah murni kelalaian pengendara truck Pertamina, karena berdasarkan saksi mata, memang begitulah adanya, namun seketika penilaian saya berubah ketika melihat proses talkshow antara Dedy Cobuzier dengan "Eva Chairunisa", dalam talkshow sangat jelas bagaimana Eva sangat defend dalam prsoes komunikasinya, cenderung bertahan dan tidak luwes dalam berinteraksi dengan host acara, seolah-olah dia sudah disalahkan, bahkan Dedy sampai berceletuk tentang hal itu.

B. Semacam Pembahasan

Terlepas dari pembawaan host talkshow yang memang mengupas dan memblejeti, Humas memiliki etika dalam berprofesi, sebut saja etika Perhumas Indonesia, Kode Etik ini telah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam Negri dan Deppen saat itu, dan telah tercatat serta diakui oleh organisasi profesi Humas Internasional; International Public Relations Associations / IPRA.

Saya menyoroti sikap Eva Chairunisa sebagai pribadi yang tentu mewakili sikap PT.KAI Commuterline Jabodetabek, dengan menggunakan etika Perhumas Indonesia, saya akan tunjuk beberapa pasal dan point dalam etika, yang Eva Chairunnisa abaikan (entah lupa atau faktor lainnya) sebagai seorang profesional,

Pada sesi tanya jawab, Dedy Cobuzier menanyakan tentang palang pintu Kereta Api, sebagai seorang yang paham akan etika Humas saya tidak mengira bahwa Eva Chairunisa akan menjawab pertanyaan tentang palang kereta api ini secara positifis hukum yang kaku, memang benar bahwa dalam perundang-undangan tidak diperbolehkan jalan satu bidang dengan kereta api, harus menggunakan fly over maupun underpass, namun jawaban yang positifis UU dan cenderung bertahan malah menimbulkan kesan bahwa PT.KAI tidak memiliki moral etis dalam menjalankan usahanya (benarkah PT.KAI tidak memiliki moral etis dalam berbisnis?, citra ini yang muncul dalam benak saya sejak menonton acara HP), saya berpikir seberapa sih harga palang kereta, sampai dia seorang Humas menjawab dengan ketus bahwa "palang kereta bukan kewajiban PT.KAI untuk membangun", apa segitu miskinnya PT.KAI ? (ini soal persepsi citra yang muncul), saya pikir Humas PT.KAI commuterline Jabodetabek perlu membaca ulang pasal 1 etika Humas tentang Komitmen pribadi yang berbunyi sbb;

"Pasal 1 KOMITMEN PRIBADI dalam etika profesi Perhumas Indonesia anggota perhumas harus:1. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam menjalankan profesi kehumasan.2. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakatan kepentingan Indonesia3. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara Indonesia yang serasi dan selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa"

Alih-alih menumbuh kembangkan hubungan antar warga negara Indonesia yang serasi demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, Eva Chairunnisa justru secara ketus menyalahkan publik sebagai pihak yang tidak taat pada rambu-rambu lalu lintas, saya pikir statment seperti ini seperti statment Humas yang putus asa, bukankah tugas Humas pula untuk mensosialisasikan pada stakeholder, tentang ketaatan dan keamanan di jalur kereta api, yang dimana salah satu stakeholdernya adalah pengguna jalan ?, atau PT KAI mau bersikap idealis pada UU dan menutup mata pada realitas transportasi yang ada, akan sangat naif jika sikap ini yang diambil.

Bila melihat pasal 3 Etika Perhumas Indoensia tentang perilaku terhadap masyarakat dan media massa jelas Eva Chairunnisa sudah menabrak pasa 3 point 1 "Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat serta harga diri anggota masyarakat", dimana dia justru merendahkan harga diri anggota masyarakat.

Lalu pada point pertanyaan tentang adakah CCTV yang dipasang pada pos penjagaan atau kereta api, lagi-lagi Eva justru menjawab kethus dengan menanya balik "untuk apa?", pada titik ini Dedy Corbuzier juga tidak mampu memberikan pertanyaan lebih dalam, terlepas dari itu, pertanyaan "untuk apa" dengan kethus berkesan sangat tidak bersahabat, dan ini merugikan citra PT.KAI Commuterline Jabodetabek, terkilas dalam ingatan saya, kecelakaan kereta cepat di Spanyol pada Juli 2013, dapat terungkap sebabanya dengan cepat tidak lepas dari peran CCTV di sekitar rel kereta api, dan pertanyaan "untuk apa?" muncul dari seorang humas PT.KAI commuterline Jabodetabek, saya malah bertanya balik "apa-apaan ini?" LOL!.

C. Semacam penutup;

Bagi penulis sangat tidak etis sikap yang ditunjukan PT.KAI Commuterline Jabodetabek melalui juru bicaranya (humas), saya menunjuk pada pelanggaran korde etik PERHUMAS Pasal 1 dan Pasal 3 seperti yang sudah dibahas pada pembahasan, memang benar secara peraturan dan perundangan, diperlukan koordinasi dengan berbagai dinas untuk membuat alternatif jalan (underpass maupun flyover), namun selama beberapa pihak terkait belum mampu mengeksekusi peraturan Undang-Undang sebagai mestinya, perlu solusi alternatif sebagai tanggung jawab etis dan moral perusahaan, alih alih menjawab dengan etis dan tidak provokatif misal statement sebagai berikut;

"memang benar bahwa palang kereta bukan tanggung jawab PT.KAI, namun PT.KAI dan dinas terkait selalu mengusahakan pos jaga dan palang kereta dimanapun, sebagai wujud tanggung jawab keselamatan pengguna jasa kereta api dan juga masyarakat umum yang juga merupakan bagian dari pelanggan PT.KAI, karena itu diperlukan kerjasama dari berbagai pihak, baik PT.KAI, pemerintah maupun masyarakat, diharapkan masyarakat dapat bersikan taat rambu dan disiplin",

Malah justru Humas PT.KAI memilih menyalahkan ugal-ugalannya masyarakat secara provokatif, ketimbang mengevaluasi sistem pengamanan internal, sebagai wujud (sekedar) kepedulian pada masyarakat, lihat saja pada closing segment Hitam Putih bagaimana gestur dan tutur Eva, terlihat dia memposisikan Vis to Vis dengan host acara, sikap yang tidak sepatutnya seorang humas munculkan, dia lebih mirip pengacara yang membela habis-habisan perusahaan, saya pikir PT. KAI Commuterline Jabodetabek perlu segera mengevaluasi cara berkomunikasinya.

Link HP episode Kecelakaan KRL Bintaro:
Hilangkan Bintangnya

http://www.*youtube*.com/watch?v=pFodlfJK9mU


Dibaca : 456 kali
Penulis : Alvin Sandy

[URL="http://m.kompasiana.com/post/read/617352/3/mengomentari-etika-humas-ptkaiS E N S O Rmuterline-jabodetabek"]Sumber[/URL]


Spoiler for pendapat agan2:
Diubah oleh sukses8 11-12-2013 07:35
0
7.8K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan