- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
(DIA LAGI, DIA LAGI....bag 2) Lima Tips Caper Untuk Gita Wirjawan


TS
ARYABERKARYA
(DIA LAGI, DIA LAGI....bag 2) Lima Tips Caper Untuk Gita Wirjawan
Quote:

Quote:
Apakah judul di atas salah ketik dari capres menjadi caper? Oh tidak. Tentu saja tidak. Demi Rara Sekar yang cantiknya absolut judul di atas bukanlah typo. Barangkali ia penegasan, jika anda tak suka fakta, bahwa Bung Besar Gita Wirjawan adalah selebritas (saya bingung dan lupa ia menjabat sebagai mentri apa) yang mumpuni. Ia bisa tampil lebih banyak dan lebih memuakkan daripada Olga Syahputra, meski tentu jika saya tak salah ingat, mereka pernah satu frame dalam sebuah acara musik abal-abal untuk kemudian secara komikal berkaraoke bersama dengan Wali Band.
Barangkali hanya di Indonesia sebuah bangsa bisa dengan lantang tertawa sementara kepalanya masih diinjak. Bung Besar Gita Wirjawan tahu ini. Ia sadar betul bahwa dalam abad media citra adalah segalanya. Ini hal universal yang berlaku jika anda 1. Cantik 2. Ganteng. Nah bagi manusia medioker di luar itu, seperti saya misalnya, menjadi pusat perhatian adalah segalanya. Nah bagaimana jika dua elemen tadi digabung? Anda tampan dan anda suka caper. Maka muncullah Bung Besar Gita Wirjawan sebagai jawaban, Manusia Sejuta Iklan.
Saya kadang suka pusing dengan keberadaan Iklan Bung Besar Gita Wirjawan yang kepalang mengganggu itu. Seolah-olah memajang wajah besar putih tanpa cela dengan bedak berlebihan adalah bagian dari kerja. Atau jangan-jangan itu kerja anda yang sebenarnya Bung Besar Gita Wirjawan? Bersolek dan bersiap diri dihadapan kamera untuk tampil elegan, gagah, manis dan tentu saja mahal. Barangkali merupakan hal yang sangat susah membuat harga jengkol jadi terjangkau. Barangkali pula merupakan hal yang teramat melelahkan untuk mengatur harga daging terjangkau. Sehingga, seperti yang kita bisa lihat, anda lebih suka tampil di depan kamera ketimbang bekerja mengatur kebijakan agar pengangguran semacam saya bisa makan dengan murah.
Saya tahu Bung Besar Gita Wirjawan sibuk sekali. Selain tampil diberbagai konser jazz sebagai bintang berbayar (maksud saya untuk tampil anda dibayar atau membayar) bung juga merupakan bintang iklan yang wajahnya ada dimana-mana. Sayang lho bung kalo situ punya wajah ganteng malah mbayar untuk nampil di pariwara. Daripada Ariel atau Pasha ungu saya lebih sepakat situ yang jadi bintang iklan pembersih muka. Selain anda punya banyak waktu luang sebagai mentri yang tak banyak kerjaan di kabinet ini, anda juga bisa memanfaatkan bakat terpendam anda sebagai model iklan. Lumayan tho? Di masa harga daging ayam, jengkol dan bawang mahal ini kita semua, bahkan mentri macam bung juga butuh uang tambahan.
Ada baiknya Bung Besar Gita Wirjawan berhenti membuang uang. Ini serius lho bung, situ sudah susah susah kerja sambilan sebagai model dan mentri sekaligus. Ketimbang bung habiskan itu uang hanya untuk Iklan yang tak jelas tolok ukurnya,bung bisa kasih itu duit untuk bikin pusat kebugaran, salon kecantikan atau jasa edit fotografi. Atau mungkin Bung Besar Gita Wirjawan tertarik untuk bikin itu usaha penyedia model dan talent? Bung bisa bikin FTV dengan bujet murah yang bayaran pada pekerja seninya tak lebih menghina dari gelar Roy Suryo sebagai pakar IT. Kan siapa tahu, selepas gagal capres ini, Bung Besar Gita Wirjawan bisa tukar guling peran jadi bintang film. Lumayan lho bung, situ bisa lebih terkenal dari mata melototnya mertua mbak Dian Sastro.
Lagipula, begini Bung Besar Gita Wirjawan, apa yang bikin bung yakin pasti menang hanya dengan banyak iklan?Apa bung lupa bagaimana blangsaknya nasib Andi Malarangeng dalam kongres demokrat terdahulu?Itu dia punya muka sudah banyak menjilat anggota partai agar bisa jadi ketua.Toh pada akhirnya ia gagal. Dalam sejarah manusia penjilat pantat adalah penyebab sebagian besar runtuhnya peradaban. Bung boleh belajar itu dari Mohammad Yamin yang, aduh gelinya, membikin citra Gajah Mada seperti ia punya muka. Apa bung juga mau bikin? Misalnya bikin pewajahan Prabu Siliwangi atau Arya Kamandanu serupa milik bung punya wajah? Kalau ingin narsis jangan nanggung bung. Jadilah macam Yamin narsisnya menginspirasi puluhan tahun sejarah model gincu republik ini.
Untuk itu, demi bangsa ini, saya rela berkorban. Kasih ini tips untuk anda punya hidup Bung Besar Gita Wirjawan. Tentu ini tips bukan sembarang tips. Ini tips kualiteit nomor wahid tidak seperti tips KW penulis abal-abal di situs marxis sebelah. Namun ini saran bukan sembarang saran ini penting dan murah. Dalam era sosial media dan jagat maya yang luas ini percuma pencitraan di jalan. Itu tiada bikin anda dikenal bung. Di jalan orang lebih suka main hape dan twitteran daripada lihat muka orang super zoom dengan senyum garing terpaksa di tengah jalan.
Para pembaca budiman dan penggemar Bung Besar Gita Wirjawan juga bisa praktikan ini saran untuk pencitraan di social media sendiri. Situ ndak butuh Iklan bung. Kalo situ bisa jalan ke studio buat syuting dan foto-foto, situ berarti bisa ngetwit sendiri bung. Toh meski tak bisa jadi capres anda bisa bikin kehebohan, lumayan kalau gagal jadi presiden bisa jadi selebtweet. Berikut adalah tipsnya:
Barangkali hanya di Indonesia sebuah bangsa bisa dengan lantang tertawa sementara kepalanya masih diinjak. Bung Besar Gita Wirjawan tahu ini. Ia sadar betul bahwa dalam abad media citra adalah segalanya. Ini hal universal yang berlaku jika anda 1. Cantik 2. Ganteng. Nah bagi manusia medioker di luar itu, seperti saya misalnya, menjadi pusat perhatian adalah segalanya. Nah bagaimana jika dua elemen tadi digabung? Anda tampan dan anda suka caper. Maka muncullah Bung Besar Gita Wirjawan sebagai jawaban, Manusia Sejuta Iklan.
Saya kadang suka pusing dengan keberadaan Iklan Bung Besar Gita Wirjawan yang kepalang mengganggu itu. Seolah-olah memajang wajah besar putih tanpa cela dengan bedak berlebihan adalah bagian dari kerja. Atau jangan-jangan itu kerja anda yang sebenarnya Bung Besar Gita Wirjawan? Bersolek dan bersiap diri dihadapan kamera untuk tampil elegan, gagah, manis dan tentu saja mahal. Barangkali merupakan hal yang sangat susah membuat harga jengkol jadi terjangkau. Barangkali pula merupakan hal yang teramat melelahkan untuk mengatur harga daging terjangkau. Sehingga, seperti yang kita bisa lihat, anda lebih suka tampil di depan kamera ketimbang bekerja mengatur kebijakan agar pengangguran semacam saya bisa makan dengan murah.
Saya tahu Bung Besar Gita Wirjawan sibuk sekali. Selain tampil diberbagai konser jazz sebagai bintang berbayar (maksud saya untuk tampil anda dibayar atau membayar) bung juga merupakan bintang iklan yang wajahnya ada dimana-mana. Sayang lho bung kalo situ punya wajah ganteng malah mbayar untuk nampil di pariwara. Daripada Ariel atau Pasha ungu saya lebih sepakat situ yang jadi bintang iklan pembersih muka. Selain anda punya banyak waktu luang sebagai mentri yang tak banyak kerjaan di kabinet ini, anda juga bisa memanfaatkan bakat terpendam anda sebagai model iklan. Lumayan tho? Di masa harga daging ayam, jengkol dan bawang mahal ini kita semua, bahkan mentri macam bung juga butuh uang tambahan.
Ada baiknya Bung Besar Gita Wirjawan berhenti membuang uang. Ini serius lho bung, situ sudah susah susah kerja sambilan sebagai model dan mentri sekaligus. Ketimbang bung habiskan itu uang hanya untuk Iklan yang tak jelas tolok ukurnya,bung bisa kasih itu duit untuk bikin pusat kebugaran, salon kecantikan atau jasa edit fotografi. Atau mungkin Bung Besar Gita Wirjawan tertarik untuk bikin itu usaha penyedia model dan talent? Bung bisa bikin FTV dengan bujet murah yang bayaran pada pekerja seninya tak lebih menghina dari gelar Roy Suryo sebagai pakar IT. Kan siapa tahu, selepas gagal capres ini, Bung Besar Gita Wirjawan bisa tukar guling peran jadi bintang film. Lumayan lho bung, situ bisa lebih terkenal dari mata melototnya mertua mbak Dian Sastro.
Lagipula, begini Bung Besar Gita Wirjawan, apa yang bikin bung yakin pasti menang hanya dengan banyak iklan?Apa bung lupa bagaimana blangsaknya nasib Andi Malarangeng dalam kongres demokrat terdahulu?Itu dia punya muka sudah banyak menjilat anggota partai agar bisa jadi ketua.Toh pada akhirnya ia gagal. Dalam sejarah manusia penjilat pantat adalah penyebab sebagian besar runtuhnya peradaban. Bung boleh belajar itu dari Mohammad Yamin yang, aduh gelinya, membikin citra Gajah Mada seperti ia punya muka. Apa bung juga mau bikin? Misalnya bikin pewajahan Prabu Siliwangi atau Arya Kamandanu serupa milik bung punya wajah? Kalau ingin narsis jangan nanggung bung. Jadilah macam Yamin narsisnya menginspirasi puluhan tahun sejarah model gincu republik ini.
Untuk itu, demi bangsa ini, saya rela berkorban. Kasih ini tips untuk anda punya hidup Bung Besar Gita Wirjawan. Tentu ini tips bukan sembarang tips. Ini tips kualiteit nomor wahid tidak seperti tips KW penulis abal-abal di situs marxis sebelah. Namun ini saran bukan sembarang saran ini penting dan murah. Dalam era sosial media dan jagat maya yang luas ini percuma pencitraan di jalan. Itu tiada bikin anda dikenal bung. Di jalan orang lebih suka main hape dan twitteran daripada lihat muka orang super zoom dengan senyum garing terpaksa di tengah jalan.
Para pembaca budiman dan penggemar Bung Besar Gita Wirjawan juga bisa praktikan ini saran untuk pencitraan di social media sendiri. Situ ndak butuh Iklan bung. Kalo situ bisa jalan ke studio buat syuting dan foto-foto, situ berarti bisa ngetwit sendiri bung. Toh meski tak bisa jadi capres anda bisa bikin kehebohan, lumayan kalau gagal jadi presiden bisa jadi selebtweet. Berikut adalah tipsnya:
Quote:
1. Jadilah berbudaya, maksud saya berbudaya, berkumpullah di Salihara jadi anggotanya kalau perlu bikin konser tunggal jazz interraktif cum pagelaran seni dengan judul post modern-haiku-naturalis-moii indie-esque semacam “Kentang: ziarah musik megalitik nasi uduk dalam perspektif Hans Georg Gadamer”.Ini yang penting jangan lupa ajak serta bung Nirwan Dewanto yang maha segala tahu itu untuk jadi kurator apapun performance art yang Bung Besar Gita Wirjawan bikin. Dijamin ciamik dan akan masuk koran. Yah sukur-sukur Kompas. Minimal Tempo lah. Selepas masuk dua koran itu, apalagi laman hari minggu, wuih anda sah menjadi budayawan dengan syarat menutup segala diskusi dengan kata tabik.
Quote:
2. Be Social. When i mean social it doesn’t mean you have to be a nice guy who works. Jadilah membumi bukan dalam perspektif kebanyakan. Bung salah pikir kalau membumi adalah dengan ke pasar sayur terus selfie depan wartawan seolah-olah bekerja. Itu salah bung. Harusnya anda membumi turun ke bawah dengan.. Yak benar anda harus turun ke bawah dengan twitter. Enjoying twitwar, bikin pantun kaya Tiffie, atau jadi ahli IT macam Roy Suryo atau stand up-comedian macam Bathoegana. Bung tertinggal jauh dalam hype ini!
Quote:
3. Jadilah sombong. Bung sadar itu bung bisa maen piano? Tunjukin! Bikin soundcloud mosok kalah dengan musisi medioker yang cuma bisa genjrang genjreng udah ngaku musisi. Inget bung punya itu label? Manfaatin. Bung bisa bikin banyak grupis lho. Jangan salah bung, anak gigs itu sangat mudah dipengaruhi. Kasih mereka folk, suka folk, kasih mereka drone metal bakal suka. Manfaatkan jiwa labil mereka bung! Gabung dalam skena dan raih pemilih pemula. Jaminan mutu!
Quote:
4. Jadilah kebanyakan. Hipster is so yesterday bro! Mainstream is the new cult! Bung harus bisa berpikir semacam orang kebanyakan. Ikuti hype yang ada. Ikut maraton, jadilah filatelis, peduli dengan hiu, bikinlah lisensi menyelam, jadilah backpaker, jadilah aktivis akhir pekan yang berjuang dengan tagar. Sesekali mengeluhlah soal macet dan yang penting bung. Ingat pemilih anda bukanlah kelas buruh atau masyarakat miskin. Tapi kelas menengah. Jilat pantat mereka sepuas puasnya! And voila anda jadi presiden. Oke bukan presiden RI. Mungkin negara imajiner macam Negeri Jancuk? Anda bisa kudeta Agus Sujiwo dari kursinya bung.
Quote:
5. Terakhir, ini adalah yang paling penting, perbanyak selfie bung. Anda butuh itu! Oxford English Dictionary tak akan memasukan kata itu dalam jajaran Word of the Year jika tak menyadari kecenderungan narsistik masyarakat kita. Belum lagi kegemaran memuja diri sendiri lewat rituitan pujian. Bangsa ini gemar menjadi seseorang ketimbang menjadi inspirasi. Semua orang berlomba jadi nomor satu, jadi pujaan, tapi banyak yang lupa cara untuk bisa berbagi. Jika Bung Besar Gita Wirjawan bisa manfaatkan ini. Banyakin selfie di Instagram atau bolehlah bagi foto keluarga atau makanan seperti ibu negara kita. Bung pasti sukses. Saya kira alasan kenapa bangsa ini masih teguh dan tegar diberakin pemerintah karena keluarga istana senang berbagi kebahagiaan dengan rakyatnya yang sengsara,
Quote:
Jadi lupakan cara konvensional untuk caper Bung Besar Gita Wirjawan. Negara ini butuh lebih dari sekedar presiden tampan (yang takut istri). Negara ini butuh, tentu saja, presiden yang bisa dekat dengan rakyatnya. Apalagi cara dekat selain dengan social media? Bangsa ini bekerja, berkomentar, peduli dan bergerak cuma berdasar status atawa twit. Lupakan billboard raksasa itu bung. Iklan iklan yang anda pakai, selain menghina nalar dan akal sehat kami, toh akan berakhir menjadi sampah visual yang kelewat mahal, muka anda yang bung pikir ganteng itu tak ada satu persen pesona dari Rara Sekar yang absolut itu. Tabik.
Nah Loh....



sumber
0
4K
Kutip
24
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan