- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
WADI DAN MATI #2 (fiksi)


TS
pjhe87
WADI DAN MATI #2 (fiksi)
Akhir November memang menjadi musim dingin yang keji di London, jalan-jalan begitu dingin hingga lampu-lampu gas jalanan tampak padat membeku, sehingga tak banyak cahaya yang mampu terpancar karena ditelan kabut yang tak berujung. Dibalik kaca, mata Sheeran terus memandang trotoar, orang bergegas bagaikan hantu, membungkus tubuh dan kepala mereka hingga mirip sekali dengan kepompong, andai tidak terlihat kaki-kaki kecil yg terbungkus boots yg berlari-lari kecil itu.
Sudah sebulan lebih dia melamun seperti itu, dengan jubah berlengan panjang, kaki menjulur di perapian dan mata yang terus tertuju di sepanjang trotoar, dia tak lebih seperti wanita renta yang berpenyakit, badannya kurus dan tampak tak lebih tua dari Mrs. Mary, Pelayan di cassa milik ayahnya yang telah lebih dari setengah umurnya dia habiskan untuk bekerja disana.
Kue scone dengan cream dan madu ungu, sepoci syahi yang dibawa Mrs. Mary pun tidak di sentuhnya.
"Sejak Anda tiba di Chatham, anda terus saja terdiam nyonya, bagaimana kalau kita jalan-jalan, mungkin kita bisa pergi ke Lockhart's? saya dengar kopi disana enak sekali." Mrs.Mary mencoba memecah kekakuan.
"Boleh juga Mary, Aku sudah bosan duduk disini memikirkan hubungan Abdullah dan Nila dan menunggu pria menghampiriku untuk sekedar mengajakku minum kopi, mungkin aku harus menjemput pria-pria itu agar sedikit bermurah hati menemaniku." Tanpa di duga Sheeran menjawab selugas itu, bisa dipastikan malam ini akan cukup merepotkan untuk Mrs. Mary.
"Ganti spreinya Mary, dan jangan lupa bikin Buchoor naim di seluruh ruangan."
Sheeran beranjak dari kursi rosewood yang sedikit melengkung dipegangannya, lalu melangkah menuju kamarnya. Terdengar suara air dari kamar mandi Sheeran, ini kali pertama dia mandi di minggu ini.
Nila tampak pucat, menggigil dibawah siraman matahari, selusin waraq inab pun sudah dihabiskannya untuk menu fhotur kali ini.
Ameer, pemuda Badui seumurannya yang bekerja sebagai anak tukang kebun merangkap teman sekelasnya memandang iba dari rerumbunan enaab yang tak jauh dari kursi malas Nila, Jauh hari dia sudah menyukai gadis ini, sejak dia dan Nila duduk di bangku paud sama-sama.
Gadis yang selama ini di sukainya diam-diam, yang selama ini menjadi ratu di imaginasi tidurnya, yang selama ini dijaganya bahkan dari sebutir debu pun akan di lemparnya jauh-jauh dari tubuh Nila. Gadis yang kini harus dikuburnya dalam-dalam, dibunuhnya rasa rindu bercengkarama bersama, gadis yang kini telah menjadi Nyonya Abdullah,mendepak dan menggantikan posisi Sheeran yang telah 20 tahun menjadi Nyonya Abdullah Al-Farsy, ibu angkatnya yang sangat dengan tulus mencintainya.
Tiba-tiba pandangan Ameer berubah dari iba menjadi ngeri pada Nila. Gadis lugu nan ceria itu seolah berubah menjadi div yang jahat yang tega mendepak ibu angkatnya ketika Tuan Abdullah memegang pundaknya dengan tersenyum dari belakang yang disambut senyuman oleh Nila.
Pandangan Abdullah dan Nila tiba-tiba menerawang, menyusur ke seluruh arah perkebunan kurma dan anggur, untung saja Ameer lekas pergi sejak Tuannya itu datang, kalau tidak pastilah dia harus lekas membereskan diri dari rumah itu karena ketahuan memandang mereka berdua.
"Kamu butuh sesuatu Nila? Papa akan pergi ke Kabul selama seminggu."
"Aku lebih suka kamu menyebut dirimu papa daripada habibi , tidak.. aku tidak menginginkan apapun, salam saja untuk Nader shah, katakan saja aku belum bisa mengunjunginya, mungkin suatu hari nanti, tapa maranjan , mausoleum aku akan ke makamnya."
Nila memang sangat menginginkan pergi ke Kabul, ke bukit tapa maranjan dan mausoleum berbentuk kubah diatasnya, dia juga ingin ke benteng Bala Hissar di puncak gunung Koh-E-Shirdawaza yang katanya digunakan tentara Inggris dalam perang dunia kedua melawan Afganistan.
Abdullah terdiam, "Kamu boleh ikut kalau kamu mau."
Nila menghela nafas," Lain kali saja , aku akan pergi kesana dengan kekasihku."
"Jaga anak Sheeran baik-baik." Abdullah mencium perut Nila yg sudah tampak menonjol.
"Aku harap mama akan mengerti kalau anak ini hasil cinta kalian, bukan hasil perselingkuhan." Nila tersenyum sinis.
Angin berdesir, tak terasa mataharipun mulai beranjak naik, hangatnya memeluk tubuh Nila seolah itu adalah pelukan Sheeran, seolah alam pun ikut menguntai do'a pada pengorbanan rahim Nila untuk Sheeran.
"Nila rindu mama.. " Air matanya pun meleleh, disapu angin yang menembus jalanan sempit di selayang jalanan AL khuwair,seketika sapuannya melayang di Wimbledone,sekejap menyembul ujung rambut Sheeran yang berdiri mematung di stasiun holborn Viaduct .
"Nila............." Hati Sheeran terketuk rindu.
(bersambung...)
Klo bahasa ane terlalu berat gan , bisa pinjam ke timbangan tetangga

Makasih udah mau mampir ya


anasabila memberi reputasi
1
732
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan