- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
"BANDROS", Ponsel Antisadap Buatan LIPI


TS
gogh
"BANDROS", Ponsel Antisadap Buatan LIPI
Quote:
Anggota Dewan Pesan Ponsel Antisadap Buatan LIPI
TEMPO.CO , Jakarta:Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengaku anggota DPR banyak yang pesan smartphone dengan aplikasi antisadap buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Yang menariknya, handphone ini anti sadap. Makanya banyak yang minat," ujarnya.
Handphone pintar ini menggunakan sistem open source, sehingga susah untuk dilacak. "Tak sama dengan Android yang gampang sekali direkam," ujarnya di Padang.
Gusti mengaku sudah menggunakan handphone ini sejak Agustus 2013. "Tapi saya tak menggunakannya untuk yang jahat-jahat," ujarnya berkelakar.
Menurut Gusti, handphone yang dirilis dengan harga Rp 800 ribu itu, direncanakan diproduksi secara massal pada 2014.
Handphone murah itu diberi nama Bandung Raya Operasi System (Bandros). Bandros merupakan salah satu nama pangan dengan bahan kelapa yang merupakan khas daerah Jawa Barat. "Belum banyak tahu. Namun ada beberapa pejabat yang sudah make," ujar Gusti.
"Ini anggota legislatif pasti beli nanti," ujar Gubernur Sumatera Irwan Prayitno bercanda.
TEMPO.CO , Jakarta:Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengaku anggota DPR banyak yang pesan smartphone dengan aplikasi antisadap buatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Yang menariknya, handphone ini anti sadap. Makanya banyak yang minat," ujarnya.
Handphone pintar ini menggunakan sistem open source, sehingga susah untuk dilacak. "Tak sama dengan Android yang gampang sekali direkam," ujarnya di Padang.
Gusti mengaku sudah menggunakan handphone ini sejak Agustus 2013. "Tapi saya tak menggunakannya untuk yang jahat-jahat," ujarnya berkelakar.
Menurut Gusti, handphone yang dirilis dengan harga Rp 800 ribu itu, direncanakan diproduksi secara massal pada 2014.
Handphone murah itu diberi nama Bandung Raya Operasi System (Bandros). Bandros merupakan salah satu nama pangan dengan bahan kelapa yang merupakan khas daerah Jawa Barat. "Belum banyak tahu. Namun ada beberapa pejabat yang sudah make," ujar Gusti.
"Ini anggota legislatif pasti beli nanti," ujar Gubernur Sumatera Irwan Prayitno bercanda.

Spoiler for penampakan "bandros":
Spoiler for pic:

Spoiler for pic:

Spoiler for PIC:


Quote:
BERITA DARI TabloidPonsel.co.id
Tak akan lama lagi, Indonesia tampaknya bakal memiliki smartphone dengan sistem operasi hasil kreasi anak bangsa.
Seperti diberitakan inilah..com, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) disebut telah mengembangkan sistem operasi mobile yang dinamakan sebagai BandrOS (Bandung Raya Operating System).
Apakah smartphone bersistem operasi BandrOS akan diproduksi secara massal nantinya, memang belum diketahui. Pasalnya, selain memfokuskan diri agar smartphone-nya digunakan hanya untuk segmen corporate dan government, LIPI juga menyatakan bahwa hardware untuk system operasi BandrOS masih tergantung pada vendor yang nanti mau memproduksinya.
"Karena kami hanya membuat OS mobile-nya saja, maka untuk hardware-nya masih tergantung pada vendor yang nanti mau memproduksinya," kata Wawan dari Pusat Penelitian Informatika di LIPI seperti dilansir inilah..com.
Kapan smartphone BandrOS akan hadir, juga masih belum diketahui. Hanya, seperti dikatakan Wawan, akhir tahun ini ponsel dengan sistem operasi berbasis Linux ini akan memasuki tahap final. Jadi, kita tunggu saja.
Tak akan lama lagi, Indonesia tampaknya bakal memiliki smartphone dengan sistem operasi hasil kreasi anak bangsa.
Seperti diberitakan inilah..com, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) disebut telah mengembangkan sistem operasi mobile yang dinamakan sebagai BandrOS (Bandung Raya Operating System).
Apakah smartphone bersistem operasi BandrOS akan diproduksi secara massal nantinya, memang belum diketahui. Pasalnya, selain memfokuskan diri agar smartphone-nya digunakan hanya untuk segmen corporate dan government, LIPI juga menyatakan bahwa hardware untuk system operasi BandrOS masih tergantung pada vendor yang nanti mau memproduksinya.
"Karena kami hanya membuat OS mobile-nya saja, maka untuk hardware-nya masih tergantung pada vendor yang nanti mau memproduksinya," kata Wawan dari Pusat Penelitian Informatika di LIPI seperti dilansir inilah..com.
Kapan smartphone BandrOS akan hadir, juga masih belum diketahui. Hanya, seperti dikatakan Wawan, akhir tahun ini ponsel dengan sistem operasi berbasis Linux ini akan memasuki tahap final. Jadi, kita tunggu saja.
Spoiler for komentar TS:
Sudah saatnya indonesia punya Brand buatan sendiri... :

Daripada kita yg jadi sasaran pasar

Quote:
9 Bulan, Indonesia Borong Rp 40 Triliun Smartphone
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia adalah pasar potensial bagi produsen smartphone. Menurut firma riset GfK Asia, Senin pekan lalu, pada periode Januari-September 2013, 14,8 juta telepon pintar diborong Indonesia dengan nilai pembelian mencapai US$ 3,33 miliar (sekitar Rp 40 triliun). Penjualan smartphone Android melonjak 23 persen dalam waktu satu tahun, dari 37 persen jadi 60 persen.
Pembelian ini melampaui pasar lainnya di Asia Tenggara. Thailand dan Malaysia mengikuti Indonesia dengan penjualan sebanyak 7,2 juta unit dan 6,4 unit. Jika ditotal, Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Filipina telah menghabiskan US$ 10,8 miliar untuk membeli 41,5 juta unit telepon pintar.
"Harga smartphone yang makin terjangkau, membantu konsumen di negara-negara ini beralih dari ponsel sederhana ke smartphone," kata Gerard Tan, Direktur Account untuk Teknologi Digital di GfK Asia.
Dibanding periode yang sama tahun lalu, pasar smartphone tumbuh paling cepat di Vietnam dan Thailand. Volume penjualan di kedua negara ini naik masing-masing 156 persen dan 118 persen. Adapun nilainya naik 113 persen dan 114 persen.
Sistem operasi Android masih menjadi raja di Asia Tenggara dengan kue pasar 72 persen. Platform ini menguasai pasar Filipina (91 persen), Malaysia (83 persen) dan Singapura (81 persen) dari total penjualan smartphone di masing-masing negara. (Baca juga: Alasan Obama Ogah Pakai iPhone).
Telepon pintar dengan bentang layar 4 inci ke atas juga makin digemari. Tahun lalu, pasar smartphone dengan layar seukuran ini hanya 13 persen, tahun ini menjadi 27 persen. "Tren terbaru di pasar sekarang adalah phablets, perangkat mobile dengan fungsi telepon seluler dengan bentang layar antara 5,6 inci dan 6,99 inci," kata Tan.
Menurut Tan, pasar smartphone di Asia Tenggara masih terus bergairah. Pasalnya, masih sekitar 50 persen warga Asia Tenggara yang menggunakan ponsel sederhana.
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia adalah pasar potensial bagi produsen smartphone. Menurut firma riset GfK Asia, Senin pekan lalu, pada periode Januari-September 2013, 14,8 juta telepon pintar diborong Indonesia dengan nilai pembelian mencapai US$ 3,33 miliar (sekitar Rp 40 triliun). Penjualan smartphone Android melonjak 23 persen dalam waktu satu tahun, dari 37 persen jadi 60 persen.
Pembelian ini melampaui pasar lainnya di Asia Tenggara. Thailand dan Malaysia mengikuti Indonesia dengan penjualan sebanyak 7,2 juta unit dan 6,4 unit. Jika ditotal, Singapura, Malaysia, Thailand, Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Filipina telah menghabiskan US$ 10,8 miliar untuk membeli 41,5 juta unit telepon pintar.
"Harga smartphone yang makin terjangkau, membantu konsumen di negara-negara ini beralih dari ponsel sederhana ke smartphone," kata Gerard Tan, Direktur Account untuk Teknologi Digital di GfK Asia.
Dibanding periode yang sama tahun lalu, pasar smartphone tumbuh paling cepat di Vietnam dan Thailand. Volume penjualan di kedua negara ini naik masing-masing 156 persen dan 118 persen. Adapun nilainya naik 113 persen dan 114 persen.
Sistem operasi Android masih menjadi raja di Asia Tenggara dengan kue pasar 72 persen. Platform ini menguasai pasar Filipina (91 persen), Malaysia (83 persen) dan Singapura (81 persen) dari total penjualan smartphone di masing-masing negara. (Baca juga: Alasan Obama Ogah Pakai iPhone).
Telepon pintar dengan bentang layar 4 inci ke atas juga makin digemari. Tahun lalu, pasar smartphone dengan layar seukuran ini hanya 13 persen, tahun ini menjadi 27 persen. "Tren terbaru di pasar sekarang adalah phablets, perangkat mobile dengan fungsi telepon seluler dengan bentang layar antara 5,6 inci dan 6,99 inci," kata Tan.
Menurut Tan, pasar smartphone di Asia Tenggara masih terus bergairah. Pasalnya, masih sekitar 50 persen warga Asia Tenggara yang menggunakan ponsel sederhana.

Spoiler for Komeng Kaskuser:
Quote:
Original Posted By B4T4X►
nganu pak gusti, memang android bukan open source yah?
berarti google bohong kalo mereka merilis source code android secara terbuka dibawah apache license
nganu pak gusti, memang android bukan open source yah?

berarti google bohong kalo mereka merilis source code android secara terbuka dibawah apache license

ane jg bingung gan...

Quote:
Original Posted By L3M0T►Apakah pa SBY akan membelinya?

kata SBY: kalo saya terpilih lagi di 2014, saya bakal beli lah..

Quote:
Original Posted By anangelwings►apa sistem yang open source pasti ga bisa disadap... pertanyaan orang awam lho...
tanya ama Roy Sukro aja gan...

Quote:
Original Posted By ezhie1st►ane pernah pegang tuh hp, gk nyaman d pegang 

maklum gan...keluaran pertama, nanti pasti disempurnakan lagi...

Quote:
Original Posted By SognBeg►emang penyadapan karena OS nya?
kan udah jelas kemarin yang disadap ngambil dari data di operator
kan udah jelas kemarin yang disadap ngambil dari data di operator
kali aja ini HP gak perlu pake operator gan...mungkin gak ya?

UPDATE
Quote:
JAKARTA, KOMPAS.com — Salah satu solusi mencegah penyadapan telekomunikasi pejabat tinggi negara oleh negara asing adalah mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam negeri. Beberapa metode dan teknologi antisadap sudah dimiliki berupa pembungkusan data atau enkripsi serta pemanfaatan metode telekomunikasi tertutup.
"Metode enkripsi adalah membungkus data yang dikirim melalui sistem jaringan kabel serat optik ataupun jaringan satelit. Memang tetap bisa disadap, tetapi tidak dapat dibaca kecuali oleh penerima yang dituju,” kata Kepala Bidang Sistem Komunikasi Multimedia pada Pusat Teknologi Informatika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kelik Budiana pada konferensi pers bersama Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI), Jumat (22/11/2013) di Jakarta.
"Metode pembungkusan data membutuhkan kunci untuk membuka. Kuncinya bisa diubah setiap waktu," kata Kelik.
Secara terpisah, Kepala Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) LT Handoko mengatakan, pemanfaatan teknologi telekomunikasi terbuka mengandung risiko disadap. Penyadapan bisa dihindari dengan memanfaatkan teknologi telekomunikasi tertutup, seperti yang dikembangkan LIPI, yakni Bandros (Bandung Raya Operation System). Pusat Penelitian Informatika LIPI terletak di Bandung.
"Bandros merupakan jaringan sistem informasi tertutup untuk berbagai kebutuhan komunikasi pemerintah, misalnya digunakan pada saat penanggulangan bencana. Karena sifatnya yang tertutup, teknologi telekomunikasi ini menjadi antisadap," kata Handoko.
Teknologi dalam negeri
Sekretaris Jenderal IATI Arya Rezavidi mengatakan, terbongkarnya penyadapan pejabat tinggi negara oleh Australia hendaknya menjadi momentum untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam negeri.
Aswin Sasongko dari Dewan Pakar IATI mengatakan, tak ada ketentuan yang melarang suatu negara menyadap komunikasi pejabat tinggi negara lain. Yang semestinya dilakukan negara adalah meningkatkan kemampuan mencegah penyadapan.
"Kita membutuhkan audit teknologi untuk pengamanan komunikasi pemerintah. Apakah aman dan sesuai dengan kebutuhan? Audit teknologi masih jarang dibicarakan," kata Aswin.
Wakil Ketua IATI Hari Nugroho mengatakan, penyadapan terhadap komunikasi para pejabat tinggi negara pada 2009 menunjukkan lemahnya keamanan teknologi informasi. Seharusnya dikembangkan inovasi untuk meningkatkan keamanan teknologi informatika yang berasal dari luar negeri.
"Metode enkripsi adalah membungkus data yang dikirim melalui sistem jaringan kabel serat optik ataupun jaringan satelit. Memang tetap bisa disadap, tetapi tidak dapat dibaca kecuali oleh penerima yang dituju,” kata Kepala Bidang Sistem Komunikasi Multimedia pada Pusat Teknologi Informatika Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Kelik Budiana pada konferensi pers bersama Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI), Jumat (22/11/2013) di Jakarta.
"Metode pembungkusan data membutuhkan kunci untuk membuka. Kuncinya bisa diubah setiap waktu," kata Kelik.
Secara terpisah, Kepala Pusat Penelitian Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) LT Handoko mengatakan, pemanfaatan teknologi telekomunikasi terbuka mengandung risiko disadap. Penyadapan bisa dihindari dengan memanfaatkan teknologi telekomunikasi tertutup, seperti yang dikembangkan LIPI, yakni Bandros (Bandung Raya Operation System). Pusat Penelitian Informatika LIPI terletak di Bandung.
"Bandros merupakan jaringan sistem informasi tertutup untuk berbagai kebutuhan komunikasi pemerintah, misalnya digunakan pada saat penanggulangan bencana. Karena sifatnya yang tertutup, teknologi telekomunikasi ini menjadi antisadap," kata Handoko.
Teknologi dalam negeri
Sekretaris Jenderal IATI Arya Rezavidi mengatakan, terbongkarnya penyadapan pejabat tinggi negara oleh Australia hendaknya menjadi momentum untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dalam negeri.
Aswin Sasongko dari Dewan Pakar IATI mengatakan, tak ada ketentuan yang melarang suatu negara menyadap komunikasi pejabat tinggi negara lain. Yang semestinya dilakukan negara adalah meningkatkan kemampuan mencegah penyadapan.
"Kita membutuhkan audit teknologi untuk pengamanan komunikasi pemerintah. Apakah aman dan sesuai dengan kebutuhan? Audit teknologi masih jarang dibicarakan," kata Aswin.
Wakil Ketua IATI Hari Nugroho mengatakan, penyadapan terhadap komunikasi para pejabat tinggi negara pada 2009 menunjukkan lemahnya keamanan teknologi informasi. Seharusnya dikembangkan inovasi untuk meningkatkan keamanan teknologi informatika yang berasal dari luar negeri.
Quote:
Metrotvnews.com, Jakarta: Telepon seluler (ponsel) pintar Bandros atau Bandung Raya Operating System tidak diproduksi massal. Ponsel tersebut tidak akan dijual di pasaran karena untuk kebutuhan khusus. Salah satu keunggulan ponsel tersebut ialah antisadap.
"Telepon ini tidak diproduksi massal, hanya digunakan untuk kepentingan intelijen dan sebagainya," ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim di Jakarta, Kamis (10/10). LIPI membuat ponsel pintar itu sesuai dengan pesanan dan kebutuhan serta fungsi. Ini ditujukan untuk pemerintah serta korporat.
Sebagai ponsel pintar yang dapat diatur menjadi antisadap. Ponsel ini hanya dipakai untuk kegunaaan khusus terutama untuk segmen pemerintahan. Bandros menggunakan sistem operasi (OS) open-source berbasis Linux. Penelitian sistem operasi ini baru dimulai pada 2010 dengan melakukan penelitian terhadap perangkat sistem tertanam.
"Dulu anggaran untuk penelitian ponsel ini sempat dipotong, namun kemudian datang dana dari Kominfo, sehingga penelitian tetap jalan," ujarnya. Pengembangan sistem operasi ponsel ini dibiayai oleh APBN melalui Dipa Pusat Penelitian Informatika-LIPI.
Dana awal yang direncanakan Rp250 juta. Tapi, pada akhirnya hanya sekitar Rp50 juta yang diberikan dengan alasan penghematan anggaran. Bandros ramai diberitakan setelah Menristek Gusti Muhammad Hatta mengatakan ponsel cerdas tersebut banyak dipesan anggota DPR.
"Telepon ini tidak diproduksi massal, hanya digunakan untuk kepentingan intelijen dan sebagainya," ujar Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lukman Hakim di Jakarta, Kamis (10/10). LIPI membuat ponsel pintar itu sesuai dengan pesanan dan kebutuhan serta fungsi. Ini ditujukan untuk pemerintah serta korporat.
Sebagai ponsel pintar yang dapat diatur menjadi antisadap. Ponsel ini hanya dipakai untuk kegunaaan khusus terutama untuk segmen pemerintahan. Bandros menggunakan sistem operasi (OS) open-source berbasis Linux. Penelitian sistem operasi ini baru dimulai pada 2010 dengan melakukan penelitian terhadap perangkat sistem tertanam.
"Dulu anggaran untuk penelitian ponsel ini sempat dipotong, namun kemudian datang dana dari Kominfo, sehingga penelitian tetap jalan," ujarnya. Pengembangan sistem operasi ponsel ini dibiayai oleh APBN melalui Dipa Pusat Penelitian Informatika-LIPI.
Dana awal yang direncanakan Rp250 juta. Tapi, pada akhirnya hanya sekitar Rp50 juta yang diberikan dengan alasan penghematan anggaran. Bandros ramai diberitakan setelah Menristek Gusti Muhammad Hatta mengatakan ponsel cerdas tersebut banyak dipesan anggota DPR.
Quote:
LIPI Punya Alat Antisadap, Cuma Tak Pernah Dipakai
TEMPO.CO, Palembang - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menyatakan Indonesia sudah memiliki teknologi antisadap sejak beberapa tahun silam. Teknologi tersebut murni karya anak bangsa yang tergabung dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sayangnya, karya berupa program antisadap itu belum dipergunakan secara optimal oleh pemerintah dan dunia usaha. Akibatnya, negara tetangga dapat secara bebas melakukan aksi sadap terhadap pejabat penting nasional. "LIPI sudah punya program antisadap, cuma belum dipakai," kata Menteri Gusti Muhammad Hatta seusai menjadi pembicara utama seminar nasional "Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dalam Kerangka SIDa", Rabu, 20 November 2013.
Dia berharap teknologi yang dimiliki LIPI tersebut dapat segera diterapkan agar penyadapan seperti yang dilakukan Australia dapat ditekan sekecil mungkin.
Program yang dikembangkan LIPI dinilai terbukti cukup andal dalam mengantisipasi penyadapan. Program tersebut, kata dia, diberi nama Bandung Raya Operating System (Bandros). Selain meminta pemanfaatan Bandros, Menristek memastikan kementeriannya akan terus mengembangkan ilmu dan teknologi antisadap. Pengembangan teknologi antisadap akan mengikuti perkembangan dunia teknologi informasi yang cenderung berkembang sangat cepat. "Kami akan lanjutkan pengembangan ICT-nya agar kita tidak tertinggal."
Kepala Laboratorium STMIK Global Informatika MDP Palembang, Dedy Hermanto, menjelaskan, anak didiknya sudah mempunyai alat yang dapat berfungsi sebagai antisadap maupun alat penyadap. Paling tidak kampusnya sudah mengembangkan dua alat yang dinamai Payload dan Quadcopter. Kedua alat tersebut dapat terbang layaknya helikopter yang dapat mengawasi alat yang dituju. "Keduanya dapat peringkat tiga besar di ajang lomba nasional," kata Dedy Hermanto.
Alat yang dikembangkan oleh mahasiswa MDP ini terbilang mudah dikembangkan serta irit biaya. Satu unit Payload maupun Quadcopter hanya menghabiskan dana maksimal Rp 4 juta. Sementara itu, masalah pengerjaannya, menurut Dedy, hanya dalam hitungan hari. "Sebagian alat masih diimpor, jadi itu yang bikin lama."
Sebagai tahap awal, hasil penelitian mahasiswa STMIK GI MDP sering digunakan dalam survei dan pemetaan udara.
TEMPO.CO, Palembang - Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menyatakan Indonesia sudah memiliki teknologi antisadap sejak beberapa tahun silam. Teknologi tersebut murni karya anak bangsa yang tergabung dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Sayangnya, karya berupa program antisadap itu belum dipergunakan secara optimal oleh pemerintah dan dunia usaha. Akibatnya, negara tetangga dapat secara bebas melakukan aksi sadap terhadap pejabat penting nasional. "LIPI sudah punya program antisadap, cuma belum dipakai," kata Menteri Gusti Muhammad Hatta seusai menjadi pembicara utama seminar nasional "Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dalam Kerangka SIDa", Rabu, 20 November 2013.
Dia berharap teknologi yang dimiliki LIPI tersebut dapat segera diterapkan agar penyadapan seperti yang dilakukan Australia dapat ditekan sekecil mungkin.
Program yang dikembangkan LIPI dinilai terbukti cukup andal dalam mengantisipasi penyadapan. Program tersebut, kata dia, diberi nama Bandung Raya Operating System (Bandros). Selain meminta pemanfaatan Bandros, Menristek memastikan kementeriannya akan terus mengembangkan ilmu dan teknologi antisadap. Pengembangan teknologi antisadap akan mengikuti perkembangan dunia teknologi informasi yang cenderung berkembang sangat cepat. "Kami akan lanjutkan pengembangan ICT-nya agar kita tidak tertinggal."
Kepala Laboratorium STMIK Global Informatika MDP Palembang, Dedy Hermanto, menjelaskan, anak didiknya sudah mempunyai alat yang dapat berfungsi sebagai antisadap maupun alat penyadap. Paling tidak kampusnya sudah mengembangkan dua alat yang dinamai Payload dan Quadcopter. Kedua alat tersebut dapat terbang layaknya helikopter yang dapat mengawasi alat yang dituju. "Keduanya dapat peringkat tiga besar di ajang lomba nasional," kata Dedy Hermanto.
Alat yang dikembangkan oleh mahasiswa MDP ini terbilang mudah dikembangkan serta irit biaya. Satu unit Payload maupun Quadcopter hanya menghabiskan dana maksimal Rp 4 juta. Sementara itu, masalah pengerjaannya, menurut Dedy, hanya dalam hitungan hari. "Sebagian alat masih diimpor, jadi itu yang bikin lama."
Sebagai tahap awal, hasil penelitian mahasiswa STMIK GI MDP sering digunakan dalam survei dan pemetaan udara.

Diubah oleh gogh 10-12-2013 16:05
0
3.8K
Kutip
27
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan