Diantara orang-orang yang belajar dengan sanad dan guru yang jelas pasti tidak akan menghukum amalan-amalan muslimin. Berbeda dengan orang-orang yang belajar melalui google / internet... yang anehnya mereka mencela ketika para muslimin suka berkumpul berjamaah yang mencintai nabinya, membacakan al-qur'an, bersilaturahim dan memohon kepada Allah dengan perantara orang shalih, serta mengucapkan "laa ilaa ha illallah" tetapi mereka sendiri tidak mencela orang-orang yang mabuk-mabukan, berzina dan korupsi serta berbeda keyakinan bahkan para penyembah berhala pun tidak mereka pedulikan sama sekali. SUNGGUH ANEH BUKAN???
Firman Allah :
Spoiler for Shalawat:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya, bershalawat atas Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab 56).
“Sungguh Allah telah memberikan anugerah pada orang-orang mukminin ketika dibangkitkannya rasul dari mereka” (Q.S Al-Imran : 164)
(Orang-orang mukmin / muslim wajar jika mereka bergembira atas hari dibangkitkannya rasul / kelahirannya)
“(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (Q.S Maryam : 33)
“Salam Sejahtera dari Kami (untuk Yahya a.s) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (Q.S Maryam : 15)
(Allah memberikan salam kepada Nabi Yahya ketika lahir, wafat, dan dibangkitkannya kelak)
Dalil-dalil jelas tentang esensi dari diutusnya Nabi :
Spoiler for Perkumpulan para sahabat:
Dari Suwar bin Abdullah ia berkata: menceritakan kepada kami Marhum bin Abdul Aziz dari Abu Ni’amah dari Abu Utsman an-Nahdiy dari Abu Sa’id al-Khudriy ia berkata: Berkata Mu’awiyah Radhiyallaahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju halaqah para sahabat beliau, kemudian beliau bertanya, “Apa yang menyebabkan kalian semua duduk berkumpul?” Mereka para sahabat menjawab, “Kami duduk berkumpul tidak lain untuk berdo’a kepada Allah Ta’ala dan memuji-Nya atas karunia petunjuk agama-Nya dan menganugerahkan engkau (Wahai Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam) kepada kami.” Kemudian beliau bertanya, “Demi Allah, tidakkah kalian duduk berkumpul kecuali hanya untuk itu?” Jawab para sahabat, “Demi Allah, tiada kami duduk berkumpul kecuali hanya untuk itu.” Maka beliau pun bersabda, “Sungguh aku menyuruh kalian bersumpah bukan karena mencurigai kalian. Akan tetapi karena aku telah didatangi Jibril ‘alaihissalam. Kemudian ia memberitahukan kepadaku bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para malaikat” (Sunan an-Nasa’i).
Spoiler for Nabi berpuasa:
Adalah Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah ini kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih Bukhari No. 1900
“Tatkala Nabi Saw datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Saw bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”.
Spoiler for Nabi berpuasa atas kelahirannya:
Nabi ditanya tentang puasa hari Senin lalu beliau menjawab, “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan, dan hari dimana aku diutuskan sebagai Nabi, atau dimana diturunkannya wahyu pertama padaku”. (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Nasa’i, sanadnya shahih)..
Spoiler for Mencintai nabi:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: "Tidak sempurna iman kamu sehingga aku lebih dicintainya daripada anak, ibu bapak dan manusia seluruhnya." Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari
Spoiler for Abu lahab diringankan siksanya:
Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdul Muttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab menjawab : “di neraka, cuma diringankan siksaku setiap Senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Al-kubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathul baari Al-masyhur juz 11 hal 431).
Walaupun mimpi tak dapat dijadikan hujjah untuk memecahkan hukum syariah, namun mimpi dapat dijadikan hujjah sebagai manakib, sejarah dan lainnya, misalnya mimpi orang kafir atas kebangkitan Nabi saw, mimpi pendeta Buhaira atas kebangkitan Rasul saw, maka tentunya hal itu dijadikan hujjah atas kebangkitan Nabi saw, demikian pula mimpi ibunda Rasul saw yang Allah ilhami untuk memberi beliau saw dengan nama “Muhammad”, tentunya mustahil nama Muhammad itu datang dari bibir musyrik.
Spoiler for Ketika Nabi lahir:
Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yang menjadi pembantunya Aminah bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat-saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang-bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Al-masyhur juz 6 hal 583)
kata siapa syair pujian untuk nabi itu tidak boleh??? yang melarang hanya orang dungu
Spoiler for Hadits:
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yang lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yang lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dengan doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)
Berkata Abbas bin Abdul Muttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan, maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dengan syair yang panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al-Qur’an) kami terus mendalaminya”.(Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)
Kata siapa ayah / orangtua nabi di neraka? cuma dajjal yang suka fitnah
Spoiler for rujukan:
“Ayahku dan ayahmu di Neraka” (HR Shahih Muslim)
Kalimat “Abiy” dalam ucapan Nabi saw diatas tak bisa diterjemahkan mutlak sebagai ayah kandung, sebagaimana firman Allah swt : “Berkata Ya’kub ketika akan wafat kepada putra-putranya : “apa yang akan kalian sembah setelah wafatku nanti?”, mereka menjawab : “kami menyembah Tuhanmu, dan Tuhan ayah-ayahmu yaitu Ibrahim, dan Ismail dan Ishaq….dst (QS Al Baqarah 133).
Jelas sudah bahwa ayah dari Ya’qub hanyalah Ishaq, sedangkan ibrahim adalah kakeknya dan Ismail adalah paman ya’qub, namun mereka mengatakan : “ayah-ayahmu” namun bermakna : “ayahmu, kakekmu, dan pamanmu”, Karena dalam kaidah Arabiyyah sering terjadi ucapan ayah, adalah untuk paman. Bila siksa, keringanan dan ampunan adalah urusan Allah, dan Allah meringankan Abu lahab, dan meringankan Abu Thalib yang jelas-jelas menolak bersyahadat, maka lebih-lebih ayah bunda dari Nabi saw.
Pada hakekatnya,perayaan maulid ini bertujuan mengumpulkan muslimin untuk medan tabligh dan bersilaturahmi sekaligus mendengarkan ceramah islami yang diselingi bershalawat dan salam pada Rasul saw, dan puji-pujian pada Allah dan Rasul saw yang sudah diperbolehkan oleh Rasul saw, dan untuk mengembalikan kecintaan mereka pada Rasul saw, maka semua maksud ini tujuannya adalah kebangkitan risalah pada umat yang sedang dalam ghaflah, maka Imam dan Fuqaha manapun tak akan ada yang mengingkarinya karena jelas-jelas merupakan salah satu cara membangkitkan keimanan muslimin, hal semacam ini tak pantas dimungkiri oleh setiap muslimin aqlan wa syar’an (secara logika dan hukum syariah), karena hal ini merupakan hal yang mustahab (dicintai), sebagaimana kaidah syariah bahwa “Maa Yatimmul waajib illa bihi fahuwa wajib”, semua yang menjadi penyebab kewajiban dengannya maka hukumnya wajib.
contohnya saja bila sebagaimana kita ketahui bahwa menutup aurat dalam shalat hukumnya wajib, dan membeli baju hukumnya mubah, namun suatu waktu saat kita akan melakukan shalat kebetulan kita tak punya baju penutup aurat kecuali harus membeli dulu, maka membeli baju hukumnya berubah menjadi wajib, karena perlu dipakai untuk melaksanakan shalat yang wajib.
Satu lagi untuk dicamkan... kami para pelaku maulid ini tidaklah menganggap maulid ini sebagai salah satu syariat dalam Islam... ini amalan bernuansa Islam... bukan amalan syariat Islam.
atau seandainya maulid itu haram, karena menambah nambah ibadah, lalu apa hukumnya orang-orang yang menikah dengan dirayakan di gedung, dengan alunan musik, pengantin mendapatkan amplop uang bukannya buah kurma, bahkan ada yang menggunakan pantun jenaka / tradisi lainnya, apakah ada dalil yang menyebutkan menikah di sebuah gedung mewah, lalu kasihlah uang kepada pengantin, dan alunkan musik serta lakukanlah tradisi daerah setempat padahal jelas sekali menikah itu adalah ibadah, kenapa ditambah-tambahi demikian.. maka munafik sekali orang yang tidak melakukan hal-hal tersebut didalam pesta pernikahannya namun dia gemar menghukumi orang-orang seiman dengan kata-kata bid'ah musyrik dan kafir dalam pengadaan maulid. Lebih parahnya lagi mereka mencela orang yang mengadakan maulid namun di sisi lain mereka sendiri mengadakan pesta ulang tahun untuk anaknya / istrinya / rajanya, serta ikut nimbrung menonton konser musik dangdut yang mengumbar aurat. Naudzubillahi min dzaalik.