- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mandela dan Kebesaran Hatinya


TS
kemalmahendra
Mandela dan Kebesaran Hatinya
Tidak banyak pemimpin yang paham akan arti kekuasaan dan bagaimana menjalankannya. Apalagi ketika harus memutuskan kapan melepaskan kekuasaan yang ada dalam genggamannya. Itulah yang membuat orang menaruh hormat kepada Pemimpin Afrika Selatan Nelson Mandela.
Kepergian tokoh kemerdekaan Afsel merupakan kehilangan bagi seluruh masyarakat dunia. Mandela merupakan contoh bagaimana sebaiknya kekuasaan itu dijalankan. Seorang pemimpin tidak boleh ada rasa dendam, tetapi harus selalu menebarkan rasa cinta kepada sesama.
Perjuangan politik Mandela sungguh luar biasa. Ia berjuang agar orang tidak dibedakan atas warna kulitnya, tetapi oleh kemampuan yang dimilikinya. Mandela berjuang untuk warga kulit hitam di Afsel agar memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan orang kulit putih.
Apa yang dilakukan Mandela tidaklah mudah karena ia hidup di tengah warga kulit putih yang sudah beratus tahun melihat warga kulit hitam sebagai kelompok paria. Pidato yang disampaikan Mandela dianggap sebagai angin lalu dan bahkan kemudian dinilai sebagai sebuah hasutan
Itulah yang membuat Mandela kemudian harus mendekam selama 27 tahun di dalam penjara. Namun berbagai siksaan dan ancaman tidak membuat Mandela mundur memperjuangkan nasib saudara-saudaranya. Dari balik penjara Mandela terus menyuarakan persamaan hak di Afsel.
Sikap konsisten Mandela itu menggugah para pemimpin dunia. Pemerintah kulit putih di Afsel didesak para pemimpin dunia untuk meninggalkan politik apartheidnya. Perbedaan perlakuan hanya karena perbedaan warna kulit dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Perjuangan Mandela akhirnya membawa kemerdekaan bagi warga kulit hitam di Afsel. Pada tahun 1994, Mandela mampu membujuk Presiden F.W.de Klerk untuk menyelenggarakan pemilihan umum bagi seluruh rakyat Afsel. Pemilu terbuka yang baru pertama kalinya di Afsel ternyata dimenangi Mandela secara mutlak.
Ketika Mandela terpilih menjadi presiden, banyak pihak yang memperkirakan akan terjadi pertumpahan darah di Afsel. Warga kulit hitam yang beratus tahun dipaksa menjadi budak, akan melakukan balas dendam kepada warga kulit hitam.
Namun Mandela menunjukkan kebesaran jiwanya. Ia mengajak warga kulit hitam Afsel untuk tidak menebar kebencian dan rasa dendam. Mandela mengajak seluruh warga untuk saling memaafkan, tanpa harus melupakan masa lalu yang kelam. Mandela mengajak semua pihak untuk selalu mengingat kegelapan, tanpa harus berupaya mundur ke belakang karena apa yang sudah terjadi tidak mungkin untuk diulangi.
Dengan bekal 27 tahun mendekam di dalam penjara, orang tidak bisa menganggap Mandela sekadar bicara manis saja. Ia merupakan salah seorang korban kekejaman pemimpin kulit putih Afsel. Ketika ia mengajak warga Afsel untuk "memaafkan tanpa harus melupakan, forgive but not to forget", semua orang akhirnya mampu menerimanya.
Itulah yang membuat Afsel mampu melewati masa sulit. Tidak ada pertumpahan darah seperti yang ditakutkan terjadi di Afsel. Mandela menjadi sosok pemimpin yang menebar kasih sayang dan rasa cinta kepada sesamanya. Semua orang diperlakukan sama di mata Mandela.
Lima tahun Mandela menjadi Presiden Afsel. Ia mencoba mengangkat warga kulit hitam dari kebodohan dan kemiskinan. Mandela berupaya untuk membuat semua warga mendapat kesempatan yang sama untuk maju dan berhasil.
Ketika masa lima tahun kepemimpinannya berakhir, Mandela memutuskan untuk tidak maju lagi sebagai presiden. Ia mempersilakan para pemimpin muda Afsel mengambil alih kepemimpinan dari dirinya yang sudah semakin tua dan tidak mampu bekerja sepanjang hari sepeerti dulu.
Inilah warisan luar biasa dari seorang pemimpin revolusioner. Biasanya pemimpin seperti itu menebarkan ketakutan dan kekuatan untuk merebut kekuasaan. Sebagai pemimpin revolusioner, ia tidak pernah mau melepas genggaman yang ada di tangan, tanpa peduli karya yang dihasilkannya.
Namun Mandela tahu kapan ia harus pergi meninggalkan politik dan menjadi bapak bangsa. Ia memilih untuk menjadi sahabat bagi warga Afsel. Bagi Mandela ternyata kekuasaan bukan tujuan, tetapi pengabdiannyalah yang ia ingin berikan.
Mandela merupakan sahabat bagi Indonesia. Sejak zaman Presiden Soeharto, ia sering datang ke Indonesia. Bahkan ia menjadi duta dunia untuk Batik Indonesia. Mandela menjadikan batik sebagai pakaian dinasnya.
Tokoh besar itu kini sudah tiada. Mandela meninggal pada usia 95 tahun. Semua orang menangis mendengar kematian Mandela. Namun Mandela tidak meninggal dengan begitu saja. Banyak hal baik yang ia wariskan dan harapannya menjadi pelajaran penting bagi seluruh pemimpin dunia. Selamat jalan Mandela!
Kepergian tokoh kemerdekaan Afsel merupakan kehilangan bagi seluruh masyarakat dunia. Mandela merupakan contoh bagaimana sebaiknya kekuasaan itu dijalankan. Seorang pemimpin tidak boleh ada rasa dendam, tetapi harus selalu menebarkan rasa cinta kepada sesama.
Perjuangan politik Mandela sungguh luar biasa. Ia berjuang agar orang tidak dibedakan atas warna kulitnya, tetapi oleh kemampuan yang dimilikinya. Mandela berjuang untuk warga kulit hitam di Afsel agar memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan orang kulit putih.
Apa yang dilakukan Mandela tidaklah mudah karena ia hidup di tengah warga kulit putih yang sudah beratus tahun melihat warga kulit hitam sebagai kelompok paria. Pidato yang disampaikan Mandela dianggap sebagai angin lalu dan bahkan kemudian dinilai sebagai sebuah hasutan
Itulah yang membuat Mandela kemudian harus mendekam selama 27 tahun di dalam penjara. Namun berbagai siksaan dan ancaman tidak membuat Mandela mundur memperjuangkan nasib saudara-saudaranya. Dari balik penjara Mandela terus menyuarakan persamaan hak di Afsel.
Sikap konsisten Mandela itu menggugah para pemimpin dunia. Pemerintah kulit putih di Afsel didesak para pemimpin dunia untuk meninggalkan politik apartheidnya. Perbedaan perlakuan hanya karena perbedaan warna kulit dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Perjuangan Mandela akhirnya membawa kemerdekaan bagi warga kulit hitam di Afsel. Pada tahun 1994, Mandela mampu membujuk Presiden F.W.de Klerk untuk menyelenggarakan pemilihan umum bagi seluruh rakyat Afsel. Pemilu terbuka yang baru pertama kalinya di Afsel ternyata dimenangi Mandela secara mutlak.
Ketika Mandela terpilih menjadi presiden, banyak pihak yang memperkirakan akan terjadi pertumpahan darah di Afsel. Warga kulit hitam yang beratus tahun dipaksa menjadi budak, akan melakukan balas dendam kepada warga kulit hitam.
Namun Mandela menunjukkan kebesaran jiwanya. Ia mengajak warga kulit hitam Afsel untuk tidak menebar kebencian dan rasa dendam. Mandela mengajak seluruh warga untuk saling memaafkan, tanpa harus melupakan masa lalu yang kelam. Mandela mengajak semua pihak untuk selalu mengingat kegelapan, tanpa harus berupaya mundur ke belakang karena apa yang sudah terjadi tidak mungkin untuk diulangi.
Dengan bekal 27 tahun mendekam di dalam penjara, orang tidak bisa menganggap Mandela sekadar bicara manis saja. Ia merupakan salah seorang korban kekejaman pemimpin kulit putih Afsel. Ketika ia mengajak warga Afsel untuk "memaafkan tanpa harus melupakan, forgive but not to forget", semua orang akhirnya mampu menerimanya.
Itulah yang membuat Afsel mampu melewati masa sulit. Tidak ada pertumpahan darah seperti yang ditakutkan terjadi di Afsel. Mandela menjadi sosok pemimpin yang menebar kasih sayang dan rasa cinta kepada sesamanya. Semua orang diperlakukan sama di mata Mandela.
Lima tahun Mandela menjadi Presiden Afsel. Ia mencoba mengangkat warga kulit hitam dari kebodohan dan kemiskinan. Mandela berupaya untuk membuat semua warga mendapat kesempatan yang sama untuk maju dan berhasil.
Ketika masa lima tahun kepemimpinannya berakhir, Mandela memutuskan untuk tidak maju lagi sebagai presiden. Ia mempersilakan para pemimpin muda Afsel mengambil alih kepemimpinan dari dirinya yang sudah semakin tua dan tidak mampu bekerja sepanjang hari sepeerti dulu.
Inilah warisan luar biasa dari seorang pemimpin revolusioner. Biasanya pemimpin seperti itu menebarkan ketakutan dan kekuatan untuk merebut kekuasaan. Sebagai pemimpin revolusioner, ia tidak pernah mau melepas genggaman yang ada di tangan, tanpa peduli karya yang dihasilkannya.
Namun Mandela tahu kapan ia harus pergi meninggalkan politik dan menjadi bapak bangsa. Ia memilih untuk menjadi sahabat bagi warga Afsel. Bagi Mandela ternyata kekuasaan bukan tujuan, tetapi pengabdiannyalah yang ia ingin berikan.
Mandela merupakan sahabat bagi Indonesia. Sejak zaman Presiden Soeharto, ia sering datang ke Indonesia. Bahkan ia menjadi duta dunia untuk Batik Indonesia. Mandela menjadikan batik sebagai pakaian dinasnya.
Tokoh besar itu kini sudah tiada. Mandela meninggal pada usia 95 tahun. Semua orang menangis mendengar kematian Mandela. Namun Mandela tidak meninggal dengan begitu saja. Banyak hal baik yang ia wariskan dan harapannya menjadi pelajaran penting bagi seluruh pemimpin dunia. Selamat jalan Mandela!
0
1K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan