- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]


TS
tkurniawan
[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]
SELAMAT DATANG DI THREAD INI
SEMOGA BERMANFAAT UNTUK SEMUANYA
Hal ini hanya sekedar share bila terjadi sesuatu tanggunga jawab ditanggung sendiri ya gan terimakasih
DESEMBER, artinya Sekarang sudah Memasuki Musim Hujan Gan, pastinya yang akan menjadi kewaspadaan dari berbagai Kalangan masyarakat adalah Banjir. dan yang pasti adalah Ibu Kota Tercinta Kita Jakarta yang selalu tidak pernah lepas dari yang namanya banjir. Kalin ini gue share 2 cara yang paling sering digunakan Gan sbb :
SEMOGA BERMANFAAT UNTUK SEMUANYA
Hal ini hanya sekedar share bila terjadi sesuatu tanggunga jawab ditanggung sendiri ya gan terimakasih
Spoiler for No Repost:
![[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]](https://s.kaskus.id/images/2013/12/06/6070866_20131206070506.png)
Spoiler for Sumber:
DESEMBER, artinya Sekarang sudah Memasuki Musim Hujan Gan, pastinya yang akan menjadi kewaspadaan dari berbagai Kalangan masyarakat adalah Banjir. dan yang pasti adalah Ibu Kota Tercinta Kita Jakarta yang selalu tidak pernah lepas dari yang namanya banjir. Kalin ini gue share 2 cara yang paling sering digunakan Gan sbb :
- Menggunakan Teknik Prana
- Menggunakan Teknik Traditional
Energi Prana
Spoiler for Apa itu Energi Prana:
Prana adalah istilah sansekerta yang berarti energi vital atau daya hidup yang memberikan kehidupan bagi seluruh alam semesta termasuk kehidupan manusia.
Prana adalah universal. Di China disebut ‘Chi’, di Jepang ‘Ki’, di Yunani ‘Pneuma’, di Polynesia ‘Mana’, dan dalam bahasa Ibrani disebut dengan ‘Ruah’ yang kesemuanya mempunyai arti yang sama yaitu ‘Nafas Kehidupan’.
Energi Prana tersedia sangat berlimpah dimuka bumi ini, sumbernya antara lain di udara, bumi dan matahari.
[/QUOTE]Prana adalah universal. Di China disebut ‘Chi’, di Jepang ‘Ki’, di Yunani ‘Pneuma’, di Polynesia ‘Mana’, dan dalam bahasa Ibrani disebut dengan ‘Ruah’ yang kesemuanya mempunyai arti yang sama yaitu ‘Nafas Kehidupan’.
Energi Prana tersedia sangat berlimpah dimuka bumi ini, sumbernya antara lain di udara, bumi dan matahari.
Konsep Pengetahuan Prana untuk Fenomena Hujan
Quote:
Spoiler for Konsep Pengetahuan Prana Untuk Hujan:
Beberapa konsep yang telah dipertimbangkan, sehingga dapat ditemukannya teknik penggunaan energi Prana untuk mengalihkan, menunda, menghentikan atau bahkan menurunkan hujan, sesuai dengan kebutuhan, adalah sebagai berikut:
Berdasarkan konsep tersebut, maka yang paling utama dan pertama kali adalah bagaimana agar dalam melakukan praktik ini harus selalu kepada si Empunya Alam Semesta. Kemudian mempertimbangkan dan meneliti apakah ada pihak-pihak yang dirugikan seandainya harus turun hujan atau panas, karena peraturan emas tetap berlaku.
Programkan kapan harus berhenti dan kapan harus turun hujan dengan mempertimbangkan bahwa untuk dapat berhenti dari hujan umumnya lebih cepat. Untuk program segera turun hujan pada musim kemarau atau pada cuaca yang cerah, membutuhkan durasi waktu untuk mengumpulkan kelembaban yang cukup. Namun pengalaman kami, kadang pada cuaca yang cerah dapat segera hujan turun dengan deras sesuai program kita. Dalam kaitan itu tidak lagi melalui pendekatan ilmu dan teknik saja, melainkan pendekatan seni perlu dilakukan juga.
Pendekatan seni yang kami maksudkan, adalah keyakinan kita akan kemanjuran aplikasi menolak, atau menunda dan menurunkan hujan ini. Keragu-raguan merupakan penghambatan program pula, karena energi mengikuti pikiran. Pendekatan seni lain adalah visualisasi dan kapan harus berhenti memberi energi .
- Yang memiliki fenomena alam berupa angin, hujan atau panas dan gempa bumi adalah Yang Maha Pencipta Semesta Alam .
- Prana berwarna mempunyai kegunaan sendiri-sendiri, sehingga dalam teknik aplikasinya, jenis warna harus tidak boleh keliru.
- Bahwa langit yang mendung dan hujan yang terus-menerus, menyebabkan prana di udara sangat berkurang sekali
- Energi Prana mengikuti pikiran, sehingga bisa diarahkan dan diprogram sesuai keinginan dan kebutuhan dengan perkenan-Nya
- Untuk menunda atau mengalihkan hujan dan menurunkan hujan, energi Prana memerlukan satuan waktu yang cukup dan kumulatif
- Prana merupakan Ilmu Pengetahuan dan Seni, sehingga dalam penerapannya perlu memadukan kedua aspek tersebut.
- Peraturan emas tetap berlaku, walaupun sifatnya sangat sederhana.
Berdasarkan konsep tersebut, maka yang paling utama dan pertama kali adalah bagaimana agar dalam melakukan praktik ini harus selalu kepada si Empunya Alam Semesta. Kemudian mempertimbangkan dan meneliti apakah ada pihak-pihak yang dirugikan seandainya harus turun hujan atau panas, karena peraturan emas tetap berlaku.
Programkan kapan harus berhenti dan kapan harus turun hujan dengan mempertimbangkan bahwa untuk dapat berhenti dari hujan umumnya lebih cepat. Untuk program segera turun hujan pada musim kemarau atau pada cuaca yang cerah, membutuhkan durasi waktu untuk mengumpulkan kelembaban yang cukup. Namun pengalaman kami, kadang pada cuaca yang cerah dapat segera hujan turun dengan deras sesuai program kita. Dalam kaitan itu tidak lagi melalui pendekatan ilmu dan teknik saja, melainkan pendekatan seni perlu dilakukan juga.
Pendekatan seni yang kami maksudkan, adalah keyakinan kita akan kemanjuran aplikasi menolak, atau menunda dan menurunkan hujan ini. Keragu-raguan merupakan penghambatan program pula, karena energi mengikuti pikiran. Pendekatan seni lain adalah visualisasi dan kapan harus berhenti memberi energi .
Teknik Terapan dengan Tenaga Prana
Quote:
Spoiler for Teknik Prana:
Setelah mengerti dan memahami konsep tenaga Prana yang digunakan untuk menunda, mengalihkan ataupun menarik turun hujan, maka barulah kita dapat menggunakan teknik dan memilih energi Prana mana yang paling cocok untuk menanggapi fenomena hujan dan cuaca panas itu.
Penggunaan teknik ini, mengambil metoda dan konsep Penggunaan Tenaga Prana tingkat Lanjut, yang telah dirancang oleh Master Choa Kok Sui yang kita cintai dan telah kita rasakan manfaatnya.
![[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]](https://s.kaskus.id/images/2013/12/06/6070866_20131206065239.jpg)
![[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]](https://s.kaskus.id/images/2013/12/06/6070866_20131206065346.jpg)
Namun bukan berarti teknik tingkat dasar yang masih menggunakan Prana Putih, tidak layak digunakan. Hanya saja demi efektivitas. Kemampuan tingkat visualisasi dan kemampuan kontemplasi mempergunakan prana warna pada pranawan tingkat dasar belum sepenuhnya diajarkan.
Penggunaan teknik ini, mengambil metoda dan konsep Penggunaan Tenaga Prana tingkat Lanjut, yang telah dirancang oleh Master Choa Kok Sui yang kita cintai dan telah kita rasakan manfaatnya.
Spoiler for TEKNIK MENUNDA ATAU MEMINDAHKAN HUJAN:
![[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]](https://s.kaskus.id/images/2013/12/06/6070866_20131206065239.jpg)
Spoiler for TEKNIK MENDATANGKAN HUJAN:
![[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]](https://s.kaskus.id/images/2013/12/06/6070866_20131206065346.jpg)
Namun bukan berarti teknik tingkat dasar yang masih menggunakan Prana Putih, tidak layak digunakan. Hanya saja demi efektivitas. Kemampuan tingkat visualisasi dan kemampuan kontemplasi mempergunakan prana warna pada pranawan tingkat dasar belum sepenuhnya diajarkan.
Yang make cara Traditional Gan
Quote:
Spoiler for Cara Traditional:
Menunda Hujan Metode Tradisional Sederhana
yang di gunakan untuk menolak atau lebih tepat menunda dan mengalihkan hujan model tradisional, kadang sangat menggelikan. Namun kenyataannya berpeluang 75% sukses. Katakanlah 4 kali melakukan, 3 kali akan berhasil. Biasanya di gunakan apabila seseorang sedang mempunyai hajat besar, dan takut terganggu oleh hujan. Cara yang di gunakan sangat banyak ragamnya dan bersifat kedaerahan. Dari budaya Jawa, ada beberapa yang populer yakni, dengan:
Melemparkan celana dalam calon mempelai ke atas genting.
Mendirikan sapu lidi dengan ditusuk cabai merah dan bawang merah.
Mendirikan sapu lidi dengan rapalan dan doa secara kejawen.
Tidak tertutup kemungkinan penggunaan daya linuwih untuk menolak atau menyingkirkan hujan, misal dengan puasa dan matiraga serta bentuk keprihatinan lain seperti istiqotsah. Namun sehubungan dengan bahasan penggunaan Energi Prana, maka hanya cara tradisional sederhana saja yang kami sampaikan, sebagai pembanding dan pendamping.
Cara tradisional 1;
Dengan melemparkan celana dalam calon mempelai wanita oleh mempelai wanita itu sendiri. Ini di maksudkan untuk menunjukkan keprihatinan dan harapan pada Sang Khalik Semesta Alam, akan kepolosan dan kepasrahan bahwa hanya Tuhan yang akan mengabulkan harapan agar tidak hujan, pada saat pesta perkimpoiannya. Dengan dilempar ke atas genting, diharapkan air membalik ke atas dan tidak jadi turun. Sama hakikatnya seperti kepercayaan bahwa gigi bawah yang putus, harus selalu tumbuh ke atas, maka dilempar mengarah ke atas yakni ke genting, sedang gigi atas yang lepas ditanam atau dibuang ke bawah, agar cepat tumbuh mengarah lurus ke bawah.
Cara tradisional 2;
Yaitu penancapan lombok dan cabai merah pada ujung sapu lidi “gerang” ( sapu lidi tua yang sudah aus terpakai) yang didirikan terbalik. Penggunaan ini tanpa harus berdoa maupun membacakan rapal atau kata-kata sakti. Bila ditanyakan pada sebagian besar orang yang melakukan, maka jawabnya singkat saja, yakni biar pedas dan panas sehingga tidak jadi turun hujan. Ditinjau secara konsep Prana, maka lidi yang diberi bawang merah dan cabai merah banyak mengadung Prana Merah, yang bersifat hangat, memperluas, memperlebar mendung hitam tebal menjadi tipis karena diperlebar dan bersifat konstruktif. Dengan demikian mendung yang menggelantung, jadi pudar dan gagal turun menjadi hujan. Suasana jadi konstruktif dan melegakan. Hakikatnya sama dengan cara mengusir tamu yang sangat membosankan dan tidak kunjung pulang. Hal ini banyak dilakukan gadis-gadis Jawa yang dikunjungi oleh para jejaka di malam minggu yang tidak disukai namun tidak berani mengusirnya, atau bila sudah terlalu malam dan berkecenderungan tidak segera pulang.
![[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]](https://s.kaskus.id/images/2013/12/06/6070866_20131206065844.jpg)
Dengan cara menggunakan “munthu” atau batu pelumat, uleg sambal pada cobek dan mengacungkannya serta memperagakan seperti menggilas lombok dan bawang merah, memutar kekiri, dari bilik atau ruangan lain dan mengarah ke sang tamu yang bandel. Dalam waktu 5 sampai 7 menit tamu tak dikehendaki itu akan segera permisi pulang. Tentu yang menjadi pertanyaan mengapa tidak mengacungkan dan memutar senduk es atau senduk sayur saja. Mungkin Anda bisa menjawabnya?
Cara tradisional 3;
Yakni dengan menggunakan sapu lidi yang didirikan terbalik, namun sapunya dibuka selebar-lebarnya. Bila perlu diikatkan pada tonggak, sehingga tidak jatuh. Bila jatuh maka hujan tidak akan turun. Setelah sapu dipasang terbalik menghadap ke langit, sambil ikatan sapu dipegang erat-erat dengan tangan kanan, sambil mengucapkan doa dengan mantap sebagai berikut:
“Niat ingsun ora ngedekake sapu biasa, nanging sapu jagad kanggo ngresiki mendhung, udan lan angin saka daerah …. dibuang menyang …., sawetara suwene wektu 3 jam, saking kersaning Allah ingkang murbeng jagad.”
[“ Niat saya tidak mendirikan sapu biasa, tetapi sapu jagad yang berguna untuk menyapu semua mendung dan hujan di atas…. (nama daerah, kota, kecamatan yang ditolak hujannya) untuk jangka waktu .… jam, dipindahkan ke daerah … yang membutuhkan hujan. Ini semua terjadi, karena berkat Allah”].
Cara yang ketiga ini banyak kami gunakan, sebelum mengenal energi Prana. Yang kami warisi dari ibu yang berasal dari keluarga petani. Apabila sedang menjemur padi seusai panen, atau bila mempunyai hajat atau sedang melakukan kegiatan luar ruang dan khawatir terganggu oleh hujan yang turun, padahal mendung sudah gelap dan datang berarak-arakan. Peluang keberhasilannya sangat besar, yakni mendekati 95 % ( dari 20 kali melakukan, hanya 1 kali gagal). Yang terpenting, sapu tetap mengarah ke atas, dan lidi-lidinya membuka lebar mengarah ke segenap penjuru mata angin serta tidak jatuh. Bagi para pemula, tingkat keberhasilannya dimulai dari 50%, dan apabila Anda sering melakukannya di musim hujan, maka seakan-akan Anda sudah dikenal oleh semesta alam atau Sang Khalik si empunya fenomena alam sebagai pelanggan tetap, yang layak untuk dilayani permohonannya.
Namun saat ini teknik dan tata cara-cara tradisional telah dapat diganti dengan penggunaan energi atau tenaga prana, yang lebih praktis tanpa harus menyiapkan sapu lidi ataupun cabai dan bawang merah. Sebelum memastikan Tekniknya, kami coba mengungkapkan Konsep, dengan cara pendekatan Ilmu dan Seni Tenaga Prana lebih dulu, sehingga mudah memahaminya.
yang di gunakan untuk menolak atau lebih tepat menunda dan mengalihkan hujan model tradisional, kadang sangat menggelikan. Namun kenyataannya berpeluang 75% sukses. Katakanlah 4 kali melakukan, 3 kali akan berhasil. Biasanya di gunakan apabila seseorang sedang mempunyai hajat besar, dan takut terganggu oleh hujan. Cara yang di gunakan sangat banyak ragamnya dan bersifat kedaerahan. Dari budaya Jawa, ada beberapa yang populer yakni, dengan:
Melemparkan celana dalam calon mempelai ke atas genting.
Mendirikan sapu lidi dengan ditusuk cabai merah dan bawang merah.
Mendirikan sapu lidi dengan rapalan dan doa secara kejawen.
Tidak tertutup kemungkinan penggunaan daya linuwih untuk menolak atau menyingkirkan hujan, misal dengan puasa dan matiraga serta bentuk keprihatinan lain seperti istiqotsah. Namun sehubungan dengan bahasan penggunaan Energi Prana, maka hanya cara tradisional sederhana saja yang kami sampaikan, sebagai pembanding dan pendamping.
Cara tradisional 1;
Dengan melemparkan celana dalam calon mempelai wanita oleh mempelai wanita itu sendiri. Ini di maksudkan untuk menunjukkan keprihatinan dan harapan pada Sang Khalik Semesta Alam, akan kepolosan dan kepasrahan bahwa hanya Tuhan yang akan mengabulkan harapan agar tidak hujan, pada saat pesta perkimpoiannya. Dengan dilempar ke atas genting, diharapkan air membalik ke atas dan tidak jadi turun. Sama hakikatnya seperti kepercayaan bahwa gigi bawah yang putus, harus selalu tumbuh ke atas, maka dilempar mengarah ke atas yakni ke genting, sedang gigi atas yang lepas ditanam atau dibuang ke bawah, agar cepat tumbuh mengarah lurus ke bawah.
Cara tradisional 2;
Yaitu penancapan lombok dan cabai merah pada ujung sapu lidi “gerang” ( sapu lidi tua yang sudah aus terpakai) yang didirikan terbalik. Penggunaan ini tanpa harus berdoa maupun membacakan rapal atau kata-kata sakti. Bila ditanyakan pada sebagian besar orang yang melakukan, maka jawabnya singkat saja, yakni biar pedas dan panas sehingga tidak jadi turun hujan. Ditinjau secara konsep Prana, maka lidi yang diberi bawang merah dan cabai merah banyak mengadung Prana Merah, yang bersifat hangat, memperluas, memperlebar mendung hitam tebal menjadi tipis karena diperlebar dan bersifat konstruktif. Dengan demikian mendung yang menggelantung, jadi pudar dan gagal turun menjadi hujan. Suasana jadi konstruktif dan melegakan. Hakikatnya sama dengan cara mengusir tamu yang sangat membosankan dan tidak kunjung pulang. Hal ini banyak dilakukan gadis-gadis Jawa yang dikunjungi oleh para jejaka di malam minggu yang tidak disukai namun tidak berani mengusirnya, atau bila sudah terlalu malam dan berkecenderungan tidak segera pulang.
![[Tips] Cara Menghentikan, Menunda, dan Memindahkan Hujan [EnergiPrana]](https://s.kaskus.id/images/2013/12/06/6070866_20131206065844.jpg)
Dengan cara menggunakan “munthu” atau batu pelumat, uleg sambal pada cobek dan mengacungkannya serta memperagakan seperti menggilas lombok dan bawang merah, memutar kekiri, dari bilik atau ruangan lain dan mengarah ke sang tamu yang bandel. Dalam waktu 5 sampai 7 menit tamu tak dikehendaki itu akan segera permisi pulang. Tentu yang menjadi pertanyaan mengapa tidak mengacungkan dan memutar senduk es atau senduk sayur saja. Mungkin Anda bisa menjawabnya?
Cara tradisional 3;
Yakni dengan menggunakan sapu lidi yang didirikan terbalik, namun sapunya dibuka selebar-lebarnya. Bila perlu diikatkan pada tonggak, sehingga tidak jatuh. Bila jatuh maka hujan tidak akan turun. Setelah sapu dipasang terbalik menghadap ke langit, sambil ikatan sapu dipegang erat-erat dengan tangan kanan, sambil mengucapkan doa dengan mantap sebagai berikut:
“Niat ingsun ora ngedekake sapu biasa, nanging sapu jagad kanggo ngresiki mendhung, udan lan angin saka daerah …. dibuang menyang …., sawetara suwene wektu 3 jam, saking kersaning Allah ingkang murbeng jagad.”
[“ Niat saya tidak mendirikan sapu biasa, tetapi sapu jagad yang berguna untuk menyapu semua mendung dan hujan di atas…. (nama daerah, kota, kecamatan yang ditolak hujannya) untuk jangka waktu .… jam, dipindahkan ke daerah … yang membutuhkan hujan. Ini semua terjadi, karena berkat Allah”].
Cara yang ketiga ini banyak kami gunakan, sebelum mengenal energi Prana. Yang kami warisi dari ibu yang berasal dari keluarga petani. Apabila sedang menjemur padi seusai panen, atau bila mempunyai hajat atau sedang melakukan kegiatan luar ruang dan khawatir terganggu oleh hujan yang turun, padahal mendung sudah gelap dan datang berarak-arakan. Peluang keberhasilannya sangat besar, yakni mendekati 95 % ( dari 20 kali melakukan, hanya 1 kali gagal). Yang terpenting, sapu tetap mengarah ke atas, dan lidi-lidinya membuka lebar mengarah ke segenap penjuru mata angin serta tidak jatuh. Bagi para pemula, tingkat keberhasilannya dimulai dari 50%, dan apabila Anda sering melakukannya di musim hujan, maka seakan-akan Anda sudah dikenal oleh semesta alam atau Sang Khalik si empunya fenomena alam sebagai pelanggan tetap, yang layak untuk dilayani permohonannya.
Namun saat ini teknik dan tata cara-cara tradisional telah dapat diganti dengan penggunaan energi atau tenaga prana, yang lebih praktis tanpa harus menyiapkan sapu lidi ataupun cabai dan bawang merah. Sebelum memastikan Tekniknya, kami coba mengungkapkan Konsep, dengan cara pendekatan Ilmu dan Seni Tenaga Prana lebih dulu, sehingga mudah memahaminya.
Menururt ane lebih baek nyobak yang tradisional aje gan,
Namun dari itu semua ya utama tidak ada yang terjadi didunia ini tanpa sekehenda TUHAN yang maha esa.
Sekilas itu saja Yang bisa Disampaikan Gan sampai Jumpa Dithread thread Berikutnya dan jangan Lupa ya gan ikhlaskan
Namun dari itu semua ya utama tidak ada yang terjadi didunia ini tanpa sekehenda TUHAN yang maha esa.
Sekilas itu saja Yang bisa Disampaikan Gan sampai Jumpa Dithread thread Berikutnya dan jangan Lupa ya gan ikhlaskan


Ini pernah Kebukti Gan
Quote:
Quote:
Original Posted By NevaFamily►bener bisa gan yg sapu lidi 
kejadiannya setahun lalu pas sekolah ane ada acara dan kebetulan pas musim ujan & gelap mendung bgt. terus guru ane ada yang pake cara sapumlidi itu dan berhasil

kejadiannya setahun lalu pas sekolah ane ada acara dan kebetulan pas musim ujan & gelap mendung bgt. terus guru ane ada yang pake cara sapumlidi itu dan berhasil

Quote:
Diubah oleh tkurniawan 07-12-2013 12:27
0
79.4K
Kutip
65
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan