- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Paini, Ibu Para Penyandang Cacat


TS
SenAtDorm
Paini, Ibu Para Penyandang Cacat
Quote:
WELCOME TO MY THREAD
Quote:
Selamat Hari Difable Internasional #samasetara



Quote:
Quote:

Ibu Paini (kanan)
“Walaupun cacat, tapi saya mampu.”Kata-kata itu terus terngiang di telingaku selepas aku bertemu dengan orang yang mendapat penghargaan Kartini Award tahun 2012 itu. Namanya Bu Paini, ibu dari para penyandang cacat.
Quote:
Quote:
Ibu Paini (depan, tiga dari kanan) dan kelompok penyandang difabilitas Rawalumbu Berdaya
Siang itu, aku berkunjung ke tempat tinggalnya yang ada di Rawalumbu, Bekasi. Di rumah kontrakan yang ditempatinya, ia bersama penyandang cacat yang lain mencoba menumbuhkan asa dengan membuat produk makanan ringan. Aku sempat berkunjung ke dapurnya dan melihat bagaimana proses produksinya. Berbagai macam makanan ringan dibuatnya, mulai dari onde-onde ketawa, keripik, emping, stik keju, dan sebagainya.
Awalnya, ia bekerja sendiri. Tapi, karena kewalahan, akhirnya ia mencoba mencari para penyandang cacat untuk membantunya. Ia sengaja hanya memilih para difabel, utamanya kaum perempuan, karena pengalaman hidup yang pernah dialaminya. Ia merasakan betul bahwa orang bernasib seperti dirinya kerap disepelekan, dikucilkan dan diremehkan. Pengalaman pahit itu yang mengajarkan semuanya.
Selain membuat makanan ringan, para difabel yang berada di bawah asuhannya juga menjahit, memijat, buka pengobatan alternatif, juga berdagang. Tercatat ada sekitar 25 orang yang sekarang tergabung dalam Kube Penca (Kelompok Usaha Penyandang Cacat) yang diketuai olehnya.
Quote:
Quote:
Paini Kecil...

Normalnya, anak-anak mulai masuk sekolah dasar di usia tujuh tahun. Tapi tidak dengan dirinya. Ia baru bersekolah di usianya yang sudah sembilan tahun. Menurutnya, orangtuanya malu dengan kondisinya. Bagaimana tidak, ia satu-satunya anak yang cacat di kampungnya. Selain itu, bapaknya juga khawatir akan hal-hal menyakitkan yang nanti akan terjadi. Tapi, berkat dorongan saudara dan tetangga, akhirnya ia bisa bersekolah.
Kekhawatiran bapaknya itu ternyata menjadi kenyataan. Kondisi Paini yang berbeda telah mengundang ejekan dari teman-teman sekolahnya. Ia sering diejek pincang. Hal itu kerap membuatnya menangis, sedih dan minder. Orangtuanya mencoba menguatkannya. Mereka mendidiknya dengan ajaran agama yang kuat. Mereka menanamkan nilai pada dirinya agar menerima kehendak Allah, karena Allah menciptakan manusia tak hanya dengan kekurangan, tapi juga kelebihan.
Setelah tamat SD, ia melanjutkan pendidikan ke sekolah khusus penyandang cacat, Rehabilitation Centrum Prof. DR. Suharso, di Solo. Di sana, ia baru sadar, betapa dirinya termasuk anak yang beruntung. Betapa tidak, ternyata ia termasuk orang yang terbilang paling normal dibanding teman-temannya di sana. Di antara mereka, ada yang tidak memiliki kaki, tidak memiliki tangan, bahkan ada yang kaki-tangannya buntung.
Keterbatasan ekonomi orangtuanya membuat dirinya hanya bisa menempuh pendidikan hingga SMP. Orangtuanya tak sanggup membiayainya lebih lanjut. Untung, nasibnya mujur. Ia berkenalan dengan Sidik Gunawan dan istrinya, yang dengan rela membantu membeayai sekolah dan menampungnya di rumah mereka. Suami-istri penyandang cacat itu bak malaikat, meski hanya berprofesi sebagai pengamen. Mereka menanggung beaya makan dan transportasi. Sore hari, setelah pulang sekolah, Paini bertugas merawat anak mereka yang masih bayi.
Tak cuma Paini, Sidik juga menampung dua penyandang cacat lainnya. Kebaikan Sidik dan istrinya itu membuat Paini salut. Padahal kakinya buntung, tangan istrinya juga diamputasi karena kesetrum listrik. Mereka naik-turun bus, berjuang demi Paini dan orang-orang cacat yang ditampungnya. Padahal, hidup mereka juga susah. Sejak itu, ia mulai berpikir, ia harus bisa seperti kakak angkatnya itu dan merangkul adik-adiknya yang lain.
Quote:
Quote:
Paini Berjuang untuk Kaum Difable
Paini memang sosok perempuan pekerja keras. Ia tidak menyerah meski memiliki keterbatasan fisik. Ia tak ingin kondisinya itu menjadi dalih untuk mengemis, menadahkan tangan, mengharap belas kasihan orang lain, ataupun bermalas-malasan di rumah. Prinsip itu ia pegang teguh. Meski lahir dengan tangan dan kaki tak sempurna, ia tetap bersemangat dalam menjalani hidup. Baginya, hidup bukan untuk mengeluh.
Apapun ia kerjakan dengan sungguh-sungguh. Ia pernah membuka warung makan di lokasi konstruksi bangunan, menjual botok, gorengan dan sayuran, bahkan berjualan mainan anak dengan berkeliling kampung. Ketika berjualan sayur, ia harus rela berangkat sejak pukul dua dini hari bersama suaminya. Ketika menjadi penjual mainan, realita yang dihadapi juga tak kalah sulit. Ia harus berjalan berkeliling kampung sekira tiga jam sambil menawarkan mainan dari pintu ke pintu.
Selain sebagai pekerja keras, ia juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Inilah yang terungkap dari pengalaman salah seorang penyandang cacat yang kini tinggal bersamanya, Neneng Sukmawati. Saat itu, Neneng pernah berkeluh kesah kepada temannya, karena bingung tak memiliki pekerjaan setelah ditinggalkan begitu saja oleh sang suami. Ia hanya tinggal bersama anaknya, Cahyani (5 tahun), karena kedua orangtuanya telah meninggal. Teman Neneng itu lantas mengontaknya. Meski tak pernah sekalipun bertemu, ternyata Paini—dengan tangan terbuka—bersedia menampung Neneng untuk tinggal bersamanya.
Neneng, penyandang tuna daksa
Tak hanya memberi Neneng pekerjaan, ia juga menyekolahkan Cahyani, anak Neneng. Ia pun menganggap Neneng seperti adiknya sendiri. Inilah yang membuat Neneng bahagia, sekaligus terharu. Neneng bahagia, karena merasa senang dan betah tinggal bersamanya. Neneng pun terharu, di saat saudara-saudara kandungnya tak lagi memedulikan nasib dirinya dan anaknya, justru Paini—yang notabene adalah orang lain—tampil sebagai sosok yang begitu perhatian dan sudi membantunya. Padahal, kondisinya jelas pas-pasan, bukan orang kaya, rumah pun masih mengontrak. Tapi, Paini dengan tulus mau menampung dirinya dan anaknya. Bagi Neneng, Paini seperti malaikat kecil yang dikirimkan Tuhan untuk menolongnya.
Quote:
Klimaksnya, Paini pernah bersusah payah mengurus bayi salah seorang difabel yang tinggal di rumahnya. Bayi tersebut mengalami sakit yang parah. Ketika aku datang ke rumah kontrakannya, bayi itu masih ada di rumah sakit. Bayi yang mengalami gangguan pernapasan dan perncernaan itu akan dioperasi di RSCM. Ia pun berusaha membiayai operasinya itu dan mencoba mengajukan bantuan ke perusahaan susu demi membantu operasi si bayi.

Itulah yang membuat Paini diganjar dengan penghargaan Kartini Award. Selain perjuangannya mengangkat hak-hak para difabel, ia juga seorang dermawan sejati.
Quote:
Itulah yang membuat Paini diganjar dengan penghargaan Kartini Award. Selain perjuangannya mengangkat hak-hak para difabel, ia juga seorang dermawan sejati.
Quote:
Dari TS..
Saat ini ibu Paini aktif dalam kelompok usahanya, membina kurang lebih 40an penyandang difabilitas untuk bangkit berusaha bersamanya. Semoga usaha beliau dan kawan2 mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan usahanya, dan kita bisa mengambil pelajaran dari keterbatasan mereka untuk lebih semangat berjuang..
Bagi rekan-rekan kaskuser yang ingin bersilaturahmi dengan bu Paini, atau bekerjasama usaha, atau sekedar membeli dagangannya, bisa menghubungi TS via PM. Saat ini TS beserta penulis sedang membina kelompok ibu Paini, doakan usaha kami lancar membina kaum difable.
Saat ini ibu Paini aktif dalam kelompok usahanya, membina kurang lebih 40an penyandang difabilitas untuk bangkit berusaha bersamanya. Semoga usaha beliau dan kawan2 mendapatkan ganjaran yang setimpal dengan usahanya, dan kita bisa mengambil pelajaran dari keterbatasan mereka untuk lebih semangat berjuang..
Bagi rekan-rekan kaskuser yang ingin bersilaturahmi dengan bu Paini, atau bekerjasama usaha, atau sekedar membeli dagangannya, bisa menghubungi TS via PM. Saat ini TS beserta penulis sedang membina kelompok ibu Paini, doakan usaha kami lancar membina kaum difable.
Quote:
penulis : satria nova
tulisan lengkap bisa dibaca di sumber
atau buku karangan satria nova, terbitan Mizan
tulisan lengkap bisa dibaca di sumber
atau buku karangan satria nova, terbitan Mizan
Semoga bermanfaat ya gan..

0
5.1K
Kutip
59
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan