Yulianis dan Mindo Rosalina Manulang Bersaksi di sidang Hambalang. Foto: Ricardo/JPNN.com
Quote:
JAKARTA-- Mantan Direktur Marketing Permai Grup sekaligus anak buah terpidana Muhammad Nazaruddin, Mindo Rosalina Manulang (Rosa) mengungkapkan perusahaan milik Nazaruddin Permai Group gagal mendapatkan proyek pengadaan alat di Mega Proyek Hambalang karena banyaknya saingan.
Rosa mengungkapkan awalnya pembicaraan soal proyek Hambalang sudah pernah terjadi sejak tahun 2009. Nazaruddin pun mengetahui hal itu. Anggaran yang direncanakan untuk proyek itu sebesar Rp1 triliun sampai Rp2 triliun.
Nazar bahkan mengetahui bahwa ada anggaran Rp125 miliar tetapi itu tidak turun saat periode mantan Menteri Pemuda dan Olaharaga (Menpora) Adhyaksa Dault. Dia menuturkan, banyak yang berebutan mendapat proyek ini.
Salah satunya Kepala Rumah Tangga Cikeas Silvya Soleha alias Ibu Pur.
"Jadi ada beberapa kubu. Nazar ingin, Anas ingin, Andi pengen melalui adiknya si Choel, dan terus ada Ibu Pur pengen," ujar Rosa saat memberikan kesaksian dalam sidang lanjutan terdakwa mantan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Hambalang, Kemenpora, Deddy Kusdinar di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Selasa (3/12).
Terpidana Wisma Atlet ini menuturkan, dia tidak mengetahui Ibu Pur ini hadir mewakili pihak mana. Yang jelas, kata dia, Bu Pur di Hambalang khusus untuk pengadaannya saja. Awalnya, kata Rosa, Nazaruddin marah karena sudah mengucurkan dana Rp20 miliar ke Kemenpora melalui Sesmenpora saat itu Wafid Muharam tetapi Permai Group tidak mendapat pengerjaan fisik Hambalang. Kemudian Nazar memerintahkan Rosa untuk meminta Wafid mengembalikan uang Rp10 miliar.
"Kata Pak Nazar bilang ke Wafid kita tidak dapat fisik ambil di pengadaan alat. Rp10 miliar enggak usah kembali hitung di akhir. Jadi Wafid tidak usah balikin Rp10 miliar. Setelah saya ketemu Pak Wafid, dia bilang mohon maaf Ibu Pur sudah ke sini. Sudah ke Pak Wafid, peralatan itu Ibu Pur juga pengen," bebernya.
Setelah mendengar nama Bu Pur, Rosa mengaku Nazaruddin langsung memintanya mundur dari proyek Hambalang tersebut.
"Pak Nazar kemudian bilang, besoknya sudah kau bereskan mundur aja," tiru Rosa mengulang pernyataan bosnya.
Akhirnya, sambung Rosa, perusahaan Nazar tidak mendapat apa-apa dari proyek Hambalang. Wafid pun mengembalikan uang Rp10 miliar dari Rp20 miliar yang sebelumnya diterimanya.
"Rp10 miliar dikembalikan," imbuhnya.
Menurut Wakil Direktur Keuangan Permai Group Yulianis yang juga hadir sebagai saksi dalam sidang, Rp10 miliar lainnya tidak dikembalikan Wafid, karena perusahaan Nazar memperoleh Rp200 miliar untuk menggarap proyek Wisma Atlet di Kemenpora.
"Jadi sekitar September meeting Pak Nazar marah karena proyek Kemenpora cuman dapat Rp200 miliar kalau tidak salah, proyek Wisma Atlet di Palembang karena sudah keluarkan uang Rp20 miliar. Hitungan Pak Nazar harusnya dapat Rp400 miliar. Rinciannya ada ke Pak Wafid. Makanya diminta balikin uang yang Rp10 miliar, karena tidak dapat yang Hambalang," kata Yulianis. (flo/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2013/12/03/...Utusan-Cikeas-
Quote:
Siapa Widodo, Sepupu SBY di Proyek Hambalang?
Dalam mengurus proyek Hambalang,
Sylvia Sholeha alias Bu Pur dibantu Widodo Wisnu Sayoko dan Arif Gundul. Arif Gundul bernama asli Arif Gunawan. Ia meninggal mendadak pada akhir 2012 dan dimakamkan di Yogyakarta. Lalu, siapa Widodo Wisnu Sayoko.
Ketika diperiksa penyidik pada 8 November 2012,
Widodo mengaku sebagai sepupu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ibu mereka, kata Widodo, kakak-adik. Chanayati, ibunda Widodo, adalah adik Siti Habibah, ibu SBY.
Pria kelahiran Blitar ini tak ada di rumah ketika Tempo mendatangi kediamannya di kompleks Cibubur Country, Bogor, Rabu pekan lalu. Menurut Risa Mutiara, istrinya, Widodo ke luar kota sejak awal November. “Saya tidak tahu kapan pulangnya.”
Anggota staf khusus Presiden, Heru Lelono, juga mengaku tak kenal Widodo. Dia juga mempertanyakan hubungan kekerabatan dengan Presiden Yudhoyono. “Kerabat dari mananya?” kata Heru.
Dalam dokumen pemeriksaan, Widodo mengatakan kenal dengan Sylvia sejak 2003. Ketika itu, Sylvia membesuk Siti Habibah yang tergolek sakit di rumahnya di Cikeas. “Ibu Purnomo saya anggap sebagai bunda sendiri karena menganggap saya beliau sebagai orang tua saya,” kata Widodo.
Widodo juga mengakui ikut mengurus anggaran tahun jamak proyek Hambalang. Ia pun pernah menemui Sudarto di kantor Kementerian Keuangan dan berjanji mendorong “dari atas” jika ada kesulitan.
http://www.tempo.co/read/news/2013/1...oyek-Hambalang
Gimana APBN ga kedodoran, banyak pos pengeluaran hoax yg dipaksakan pengadaannya, proyek bancaan turun dikerubuti makelar-2 sakti dengan perusahaan bodong modal akte kursi brankas doank, jelas sudah modusnya dan ini sebabnya rakyat kagak keduman, saatnya proyek-2 besar negara besaran tertentu dibuka transparant didepan publik mulai perencanaan sampai final dan diatur dalam UU, sehingga semua bisa mengawasi.
SARANA OLAHRAGA HAMBALANG SEKARANG DIHUNI SETAN