- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Analys Pertandingan , Kontroversi , Dan Sejarah [Update]
TS
tkurniawan
Analys Pertandingan , Kontroversi , Dan Sejarah [Update]
Spoiler for Alasan Thread Ini Ada Disini:
Quote:
Original Posted By tonykurniawan
saya ingin berbagi pengetahuan melalui thread ini, sehingga kita melihat bola bukan hanya mengetahui skor tapi harus juga mengetahui apa yang sedang dijalankan saat pertandingan. Bukan hanya soal analysis tapi soal sejarah dan kontroversi akan saya bagikan disini
Pagi ini Kita share Analys Taktik dari Pertandingan kemaren Gan
Quote:
Original Posted By DetikSport
Spanyol telah mengawali pelayarannya kembali belakangan ini. Bukan lagi dipimpin Colombus ataupun nahkoda-nahkoda yang namanya kita kenal di bangku sekolah, meski telah mulai asing untuk kita dengar.
Nahkoda kapal-kapal Spanyol tersebut kini mulai mudah kita ingat dan lafalkan. Nahkoda-nahkoda itu sekarang bernama Xavi Hernandez, yang telah memimpin La Furia Roja merajai Eropa dan dunia. Ada juga Andres Iniesta yang menahkodai Barcelona hingga begitu digdaya.
Pernah juga mendengar armada Real Madrid yang menghabiskan banyak uang dalam membangun armada perangnya? Tentu saja.
Tak hanya itu, Spanyol sekarang juga mempunyai pasukan berkuda yang sangat mumpuni. Sebut saja Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo, dan jangan kita lupakan perwira baru mereka, Marc Marquez. Armada Spanyol juga kini semakin lengkap, dengan hadirnya pemukul bola handal macam Rafael Nadal.
Kegemilangan yang tentunya mengaburkan ingatan kita, bahwa Spanyol juga menjadi korban resesi ekonomi global 2008. Negara ini pernah mendapat bantuan Uni Eropa sebesar 125 juta dolar AS hanya untuk mengembalikan perekonomiannya setelah bencana kredit macet mendera mereka. Ya, Spanyol yang juga memiliki tingkat pengangguran 21,6%.
Namun bukankah Barca, Madrid, Lorenzo, Pedrosa, dan La Furia Roja telah sukses membiaskan semua itu? Spanyol seakan sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi, titi tentrem, kerta raharja.
Pada akhirnya publik memang sadar bahwa Spanyol telah mengambil langkah-langkah soft power, dengan aktor-aktor non negara --Barca, Madrid, Lorenzo, Pedrosa, dll-- yang mengambil peran-peran diplomasi.
Kesemuanya tentu untuk menjaga stabilitas iklim investasi Spanyol sendiri agar lekas keluar dari derita krisis ekonomi. Walhasil, kapal-kapal perang Spanyol tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Spanyol kembali (terlihat) berjaya.
Kerja Sama, Sama-Sama Kerja
Prospek industri olahraga yang ditawarkan Spanyol memang demikian seksi. Spanyol tak perlu menunggu lama agar gayung-gayung mereka disambut dunia luar. Perlahan, perekonomian Spanyol mulai membaik berkat adanya pengaruh dari sektor olahraga ini.
Dan kegemilangan diplomasi publik Spanyol tersebut mampu membuat Qatar jatuh hati. Apalagi semenjak akhir 2010, atau awal mula penunjukan Qatar jadi tuan rumah Piala Dunia, negeri tersebut terus menuai banyak kontroversi. Membangun citra yang baik bersama Spanyol, jadi hal penting yang mesti dilakukan.
Sejak awal dunia internasional, khususnya para penggila sepakbola, memang memandang skeptis keputusan FIFA yang menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Ketersediaan SDM, kasus pelanggaran HAM, keamanan, dan animo penonton, menjadi sorotan utamanya.
Belum lagi, soal cuaca di Timur Tengah yang terkenal sangat panas. Tentu ini menjadi kendala para kontingen yang hendak berlaga. Demikian pula masalah kawasan Timur Tengah yang rawan konflik, juga jadi satu hambatan.
Qatar memang benar-benar sedang coba mengubah persepsi dunia tentang dirinya. Dan olahraga serta pariwisata telah dipilih Qatar sebagai tumpuan.
Anda tentu takjub dengan adanya race malam di sirkuit Losail, dan juga betapa indahnya kota Doha dengan pantai dan hotel-hotel yang sangat mewah, bukan? Ya, Qatar sedang melakukan diplomasi publik, selayaknya Spanyol.
Dalam hal ini Qatar pun tak tanggung-tanggung. Lihat saja kasus Losail. Karena kritik bahwa Losail mempunyai banyak permasalahan seperti cuaca dan juga angin gurun, akhirnya pengelola menyelenggarakan night race. Mereka juga mengubah Doha jadi lebih nyaman untuk didatangi para pelancong yang hendak menyaksikan MotoGP.
Bagi Qatar, tak jadi soal jika mereka tak punya rider dalam MotoGP. Mereka mempunyai Losail yang juga mampu mengibarkan panji-panji Qatar. Benar-benar diplomasi publik yang asyik. Diplomasi publik yang mampu menaikkan posisi tawar Qatar dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia.
Pun setelah Qatar ditetapkan menjadi host piala dunia 2022, kontroversi-kontroversi masih saja menaungi negara teluk ini. Yang paling mendapat sorotan dunia internasional tentu tentang eksploitasi pekerja dalam pembangunan infrastruktur Piala Dunia 2022. Tercatat sebanyak 1,2 juta buruh migran asal Nepal, India, dan Bangladesh mengalami berbagai kasus eksploitasi pekerja, seperti gaji yang tidak dibayarkan, bekerja tidak sesuai kontrak, dan juga bekerja melebihi jam kerja.
Situasi ini dibaca tuntas oleh pemerintah Qatar. Qatar kembali melaksanakan kebijakan diplomasi publiknya. Eropa mejadi sasaran mereka untuk mendulang suara dan dukungan agar Piala Dunia tetap bisa dilaksanakan untuk kali pertamanya di kawasan Timur Tengah.
Spanyol jelas menjadi prioritas Qatar karena dianggap telah berhasil menaikkan citra lewat olahraga. Dan Qatar Foundation telah dipilih Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani untuk membuka jalan di Negeri Matador.Tak sulit bagi negara kaya raya macam Qatar untuk mengetuk pintu investasi Spanyol yang jelas masih pesakitan dalam sektor ekonomi. Tak tanggung-tanggung, Qatar langsung mengucurkan dana 125 juta poundsterling untuk sekadar berpromosi di jersey Barcelona.
Dengan alasan Qatar Foundation adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, kemanusiaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, akhirnya Barca menerima pinangan investor asal negeri minyak tersebut. Sensasional!
edeng alih-alih tersebut telah meruntuhkan benteng pertahanan jersey Barca tanpa sponsor yang telah berdiri kokoh kurang lebih 112 tahun. Toh dengan pembukaan pintu investasi di jersey Barca, pemerintah Spanyol juga berhasil menjalin kemitraan lebih intim dengan Qatar. Qatar yang butuh citra, dan Spanyol yang butuh suntikan dana, kini bergumul menjalin kerjasama untuk menyelamatkan misi masing-masing negara.
Lagi, lagi, dan lagi. Kebijakan ini dihujani kritikan. Tak hanya dari fans Barca yang merasa kesuciannya telah direnggut, namun juga dari dunia internasional. Seperti yang pernah dilansir salah satu media Spanyol El Mundo, pada 11 Desember 2010, bahwa Qatar Foundation mendanai Hamas, di samping bergerak pada bidang pendidikan, kesehatan, dan juga peneltian.
Menyoal tersebut, Israel bahkan sempat melakukan lobi-lobi agar Barca membatalkan kontraknya dengan Qatar Foundation. Tapi usaha Israel tak berhasil. Qatar langsung merespons dengan mengadakan kunjungan kenegaraan Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani yang disambut langsung oleh Raja Juan Carlos di Madrid, 25 April 2011.
Walaupun banyak media menyebutkan bahwa kunjungan tersebut bertujuan untuk membahas kemitraan kedua negara, namun hal ini terbukti telah memuluskan jalan Qatar untuk terjun ke ranah persepakbolaan. Selain sukses membicarakan hubungan dagang, Qatar juga berhasil membiaskan isu soal keterlibatan Qatar Foundation dengan Hamas.
Hubungan saling menguntungkan tersebut terbukti telah mengokohkan perekonomian Spanyol, dan bahkan Uni Eropa. Bagaimana tidak, Qatar bahkan membuatkan Spanyol Business Council demi menjaga hubungan kemitraan strategis. Dan Qatar juga berhasil menaikkan citranya di mata dunia internasional. Bahwasanya Qatar memang benar-benar siap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, dan mulai concern pada olahraga.
Tak sampai disitu, Qatar juga memanfaatkan media sebagai alat diplomasi publiknya. Al-Jazeera memainkan peran sebagai agen komunikasi politik dan politik pencitraan, yaitu Timur Tengah tak melulu mesti disangkut-pautkan dengan konflik.
Seperti yang kita tahu, Al-Jazeera adalah sebuah stasiun televisi Qatar yang berbasis di Doha. Kesehariannya stasiun televisi ini sangat akrab di telinga dengan berita-berita menyoal konflik di Timur Tengah. Namun, hari ini semua telah berubah. Al- Jazeera yang siarannya berbahasa Inggris tak lagi menjual konflik namun juga sepakbola. Al-Jazeera kini menjadi salah satu pemegang hak siar Liga Inggris, liga paling laris, dengan harga hak siar paling mahal di dunia
Demi perbaikan citra pula, Al-jazeera yang awalnya hanya bisa dinikmati oleh dunia Arab, kini melebarkan sayapnya ke seluruh belahan dunia. Tak terkecuali ke Amerika Serikat, yang pada awal dekade 2000-an sangat anti dengan stasiun televisi ini.
Ya, Qatar benar-benar ingin jadi bintang baru di Timur Tengah. Bintang baru yang hendak menjadi lokomotif yang mampu menarik gerbong-gerbong berisi negara-negara Timur Tengah.
Qatar jelas ingin merubah citra Timur Tengah sebagai kawasan rawan konflik. Dan Qatar tentu sudah banyak mengeluarkan uang dan tenaga untuk memperbaiki citra di mata dunia. Timur Tengah yang kita kenal karena berita perang, yang dulu selalu muncul dalam program televisi pemerintah bertajuk Dunia Dalam Berita, kini ingin mengubah citra menjadi kawasan ramah olahraga.
Kita tunggu saja, seberapa berhasilkah mereka.
===
* Akun twitter penulis: @SigtPrasetyo dari @panditfootball
Spanyol telah mengawali pelayarannya kembali belakangan ini. Bukan lagi dipimpin Colombus ataupun nahkoda-nahkoda yang namanya kita kenal di bangku sekolah, meski telah mulai asing untuk kita dengar.
Nahkoda kapal-kapal Spanyol tersebut kini mulai mudah kita ingat dan lafalkan. Nahkoda-nahkoda itu sekarang bernama Xavi Hernandez, yang telah memimpin La Furia Roja merajai Eropa dan dunia. Ada juga Andres Iniesta yang menahkodai Barcelona hingga begitu digdaya.
Pernah juga mendengar armada Real Madrid yang menghabiskan banyak uang dalam membangun armada perangnya? Tentu saja.
Tak hanya itu, Spanyol sekarang juga mempunyai pasukan berkuda yang sangat mumpuni. Sebut saja Dani Pedrosa, Jorge Lorenzo, dan jangan kita lupakan perwira baru mereka, Marc Marquez. Armada Spanyol juga kini semakin lengkap, dengan hadirnya pemukul bola handal macam Rafael Nadal.
Kegemilangan yang tentunya mengaburkan ingatan kita, bahwa Spanyol juga menjadi korban resesi ekonomi global 2008. Negara ini pernah mendapat bantuan Uni Eropa sebesar 125 juta dolar AS hanya untuk mengembalikan perekonomiannya setelah bencana kredit macet mendera mereka. Ya, Spanyol yang juga memiliki tingkat pengangguran 21,6%.
Namun bukankah Barca, Madrid, Lorenzo, Pedrosa, dan La Furia Roja telah sukses membiaskan semua itu? Spanyol seakan sebuah negeri yang gemah ripah loh jinawi, titi tentrem, kerta raharja.
Pada akhirnya publik memang sadar bahwa Spanyol telah mengambil langkah-langkah soft power, dengan aktor-aktor non negara --Barca, Madrid, Lorenzo, Pedrosa, dll-- yang mengambil peran-peran diplomasi.
Kesemuanya tentu untuk menjaga stabilitas iklim investasi Spanyol sendiri agar lekas keluar dari derita krisis ekonomi. Walhasil, kapal-kapal perang Spanyol tersebut telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Spanyol kembali (terlihat) berjaya.
Kerja Sama, Sama-Sama Kerja
Prospek industri olahraga yang ditawarkan Spanyol memang demikian seksi. Spanyol tak perlu menunggu lama agar gayung-gayung mereka disambut dunia luar. Perlahan, perekonomian Spanyol mulai membaik berkat adanya pengaruh dari sektor olahraga ini.
Dan kegemilangan diplomasi publik Spanyol tersebut mampu membuat Qatar jatuh hati. Apalagi semenjak akhir 2010, atau awal mula penunjukan Qatar jadi tuan rumah Piala Dunia, negeri tersebut terus menuai banyak kontroversi. Membangun citra yang baik bersama Spanyol, jadi hal penting yang mesti dilakukan.
Sejak awal dunia internasional, khususnya para penggila sepakbola, memang memandang skeptis keputusan FIFA yang menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Ketersediaan SDM, kasus pelanggaran HAM, keamanan, dan animo penonton, menjadi sorotan utamanya.
Belum lagi, soal cuaca di Timur Tengah yang terkenal sangat panas. Tentu ini menjadi kendala para kontingen yang hendak berlaga. Demikian pula masalah kawasan Timur Tengah yang rawan konflik, juga jadi satu hambatan.
Qatar memang benar-benar sedang coba mengubah persepsi dunia tentang dirinya. Dan olahraga serta pariwisata telah dipilih Qatar sebagai tumpuan.
Spoiler for Race Moto gp:
Anda tentu takjub dengan adanya race malam di sirkuit Losail, dan juga betapa indahnya kota Doha dengan pantai dan hotel-hotel yang sangat mewah, bukan? Ya, Qatar sedang melakukan diplomasi publik, selayaknya Spanyol.
Dalam hal ini Qatar pun tak tanggung-tanggung. Lihat saja kasus Losail. Karena kritik bahwa Losail mempunyai banyak permasalahan seperti cuaca dan juga angin gurun, akhirnya pengelola menyelenggarakan night race. Mereka juga mengubah Doha jadi lebih nyaman untuk didatangi para pelancong yang hendak menyaksikan MotoGP.
Bagi Qatar, tak jadi soal jika mereka tak punya rider dalam MotoGP. Mereka mempunyai Losail yang juga mampu mengibarkan panji-panji Qatar. Benar-benar diplomasi publik yang asyik. Diplomasi publik yang mampu menaikkan posisi tawar Qatar dalam pencalonan tuan rumah Piala Dunia.
Pun setelah Qatar ditetapkan menjadi host piala dunia 2022, kontroversi-kontroversi masih saja menaungi negara teluk ini. Yang paling mendapat sorotan dunia internasional tentu tentang eksploitasi pekerja dalam pembangunan infrastruktur Piala Dunia 2022. Tercatat sebanyak 1,2 juta buruh migran asal Nepal, India, dan Bangladesh mengalami berbagai kasus eksploitasi pekerja, seperti gaji yang tidak dibayarkan, bekerja tidak sesuai kontrak, dan juga bekerja melebihi jam kerja.
Situasi ini dibaca tuntas oleh pemerintah Qatar. Qatar kembali melaksanakan kebijakan diplomasi publiknya. Eropa mejadi sasaran mereka untuk mendulang suara dan dukungan agar Piala Dunia tetap bisa dilaksanakan untuk kali pertamanya di kawasan Timur Tengah.
Spanyol jelas menjadi prioritas Qatar karena dianggap telah berhasil menaikkan citra lewat olahraga. Dan Qatar Foundation telah dipilih Emir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani untuk membuka jalan di Negeri Matador.Tak sulit bagi negara kaya raya macam Qatar untuk mengetuk pintu investasi Spanyol yang jelas masih pesakitan dalam sektor ekonomi. Tak tanggung-tanggung, Qatar langsung mengucurkan dana 125 juta poundsterling untuk sekadar berpromosi di jersey Barcelona.
Dengan alasan Qatar Foundation adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan, kemanusiaan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, akhirnya Barca menerima pinangan investor asal negeri minyak tersebut. Sensasional!
edeng alih-alih tersebut telah meruntuhkan benteng pertahanan jersey Barca tanpa sponsor yang telah berdiri kokoh kurang lebih 112 tahun. Toh dengan pembukaan pintu investasi di jersey Barca, pemerintah Spanyol juga berhasil menjalin kemitraan lebih intim dengan Qatar. Qatar yang butuh citra, dan Spanyol yang butuh suntikan dana, kini bergumul menjalin kerjasama untuk menyelamatkan misi masing-masing negara.
Lagi, lagi, dan lagi. Kebijakan ini dihujani kritikan. Tak hanya dari fans Barca yang merasa kesuciannya telah direnggut, namun juga dari dunia internasional. Seperti yang pernah dilansir salah satu media Spanyol El Mundo, pada 11 Desember 2010, bahwa Qatar Foundation mendanai Hamas, di samping bergerak pada bidang pendidikan, kesehatan, dan juga peneltian.
Menyoal tersebut, Israel bahkan sempat melakukan lobi-lobi agar Barca membatalkan kontraknya dengan Qatar Foundation. Tapi usaha Israel tak berhasil. Qatar langsung merespons dengan mengadakan kunjungan kenegaraan Emir Qatar Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani yang disambut langsung oleh Raja Juan Carlos di Madrid, 25 April 2011.
Walaupun banyak media menyebutkan bahwa kunjungan tersebut bertujuan untuk membahas kemitraan kedua negara, namun hal ini terbukti telah memuluskan jalan Qatar untuk terjun ke ranah persepakbolaan. Selain sukses membicarakan hubungan dagang, Qatar juga berhasil membiaskan isu soal keterlibatan Qatar Foundation dengan Hamas.
Hubungan saling menguntungkan tersebut terbukti telah mengokohkan perekonomian Spanyol, dan bahkan Uni Eropa. Bagaimana tidak, Qatar bahkan membuatkan Spanyol Business Council demi menjaga hubungan kemitraan strategis. Dan Qatar juga berhasil menaikkan citranya di mata dunia internasional. Bahwasanya Qatar memang benar-benar siap menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, dan mulai concern pada olahraga.
Tak sampai disitu, Qatar juga memanfaatkan media sebagai alat diplomasi publiknya. Al-Jazeera memainkan peran sebagai agen komunikasi politik dan politik pencitraan, yaitu Timur Tengah tak melulu mesti disangkut-pautkan dengan konflik.
Seperti yang kita tahu, Al-Jazeera adalah sebuah stasiun televisi Qatar yang berbasis di Doha. Kesehariannya stasiun televisi ini sangat akrab di telinga dengan berita-berita menyoal konflik di Timur Tengah. Namun, hari ini semua telah berubah. Al- Jazeera yang siarannya berbahasa Inggris tak lagi menjual konflik namun juga sepakbola. Al-Jazeera kini menjadi salah satu pemegang hak siar Liga Inggris, liga paling laris, dengan harga hak siar paling mahal di dunia
Demi perbaikan citra pula, Al-jazeera yang awalnya hanya bisa dinikmati oleh dunia Arab, kini melebarkan sayapnya ke seluruh belahan dunia. Tak terkecuali ke Amerika Serikat, yang pada awal dekade 2000-an sangat anti dengan stasiun televisi ini.
Ya, Qatar benar-benar ingin jadi bintang baru di Timur Tengah. Bintang baru yang hendak menjadi lokomotif yang mampu menarik gerbong-gerbong berisi negara-negara Timur Tengah.
Qatar jelas ingin merubah citra Timur Tengah sebagai kawasan rawan konflik. Dan Qatar tentu sudah banyak mengeluarkan uang dan tenaga untuk memperbaiki citra di mata dunia. Timur Tengah yang kita kenal karena berita perang, yang dulu selalu muncul dalam program televisi pemerintah bertajuk Dunia Dalam Berita, kini ingin mengubah citra menjadi kawasan ramah olahraga.
Kita tunggu saja, seberapa berhasilkah mereka.
===
* Akun twitter penulis: @SigtPrasetyo dari @panditfootball
Nanti Bersambung Ke pembahasan Yang lain Gan. . .
mohon
0
1.8K
Kutip
5
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan