- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Bittersweets
TS
anooonym95
Bittersweets
PART 1:
[URL=""]Aku tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk bertemu denganmu. Aku juga tidak pernah menyangka akan bertemu kamu, salah satu pria dari jutaan manusia di dunia ini. Berawal dari kesedihanku yang tinggal jauh diluar kota, ya.. aku masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Aku memang anak yang manja, belum bisa hidup sendiri dan sok-sokan mau pindah dari kota metropolitan ke sebuah kota kecil di pulau Jawa yang awalnya aku tidak akan menyangka bahwa pindah dari kota metropolitan adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Aku juga tidak merasa kerasan awalnya tinggal sendiri, jauh dari orang tua dan keluarga, jauh dari sahabat-sahabatku yang biasanya selalu menemaniku dengan candaan, kegilaan, bahkan kebodohan mereka yang membuat aku merasa diberkahi Tuhan akan kehidupanku. Tetapi semuanya terasa jauh saat aku pindah untuk melanjutkan studiku di perguruan tinggi ini. Namun, aku masih merasa beruntung karena aku bertemu dengan teman-teman seperjuanganku dari kota metropolitan dan merasakan hal yang sama seperti aku disini, sedikit hilang bebanku.
Sampai suatu saat aku merasakan klimaks tinggal dikota ini. Aku merasa sedih jauh dari orang tua dan sahabat-sabahat dekatku. Namun, aku bersyukur karena hidup di jaman yang modern ini dan aku berterima kasih kepada siapapun yang telah menciptakan media sosial yang disebut Skype. Malam itu terasa sangat suram, aku meminta dua sahabatku untuk skype pada malam itu. Aku mencurahkan segala isi hatiku kepada mereka. Untunglah mereka dapat mengerti posisiku yang bisa dibilang "anak manja" ini. Oiya.. mereka (para teman-teman dan sahabatku) itu tinggal di luar kota juga. Kami berasal dari SMP dan SMA yang sama. Mereka menghiburku dengan lawakan dan bercandaan mereka. Saat skype, ada juga teman-teman kuliah mereka dan aku dikenalkan kepada teman-teman sahabatku satu-persatu. Saat itu, aku merasa tidak sendiri lagi. Ya, aku senang dengan mereka walaupun belum pernah bertemu dengan beberapa teman-teman sahabatku disana, aku merasa dekat. Satu-persatu teman-teman sahabatku datang dan aku diajak berkenalan dengan siapapun yang baru datang, lewat skype.
Aku tahu mereka semua asik, gila, dan menyenangkan lah pokoknya sampai aku berkenalan dengan salah satu cowok yang sekarang sangat berpengaruh bagi diriku sampai detik ini. Aku tidak akan menyebutkan namanya disini. Pertama kali dengan gayanya dan logat bataknya, dia menyapa aku dan langsung ngatain aku "dipsy", tokoh paling jelek dan seram di Teletubbies. Dia dan teman-teman yang lain masih tetap bercanda dan aku hanya bisa tertawa melihat tingkah laku mereka dari layar laptopku. Sampai pada akhirnya, aku mengakhiri video call tersebut. Aku masih online namun asyik sendiri dengan dvd yang aku tonton sampai pada akhirnya mataku tertuju pada notification chat dari sahabatku yang muncul di pojok kanan atas laptopku dan berisi "eh, si xx minta line lo tuh, kasih ga? gue kasih ya". Tanpa berfikir yang aneh-aneh dan tidak mau dianggap angkuh, aku mengiyakan saja karena aku pikir mengapa menolak seseorang untuk menjadi teman?.
[/URL]
PART 2:
[URL=""]Malam itu kami (aku dan cowok itu) berlanjut chat di line. Awalnya aku sedikit kesal karena dia selalu manggil aku "dipsy". Lalu seiring dengan berjalannya waktu, aku terima kalau namaku yang aku pikir lebih bagus daripada nama panggilan yang dia berikan itu diganti dengan "dipsy". Saat itu kami tidak stop chat untuk beberapa hari, aku tidak merasakan hal yang janggal awalnya hingga pada suatu sore setelah ospek hari terakhir kampusku, aku menemukan kata "kangen" pada chat nya. Memang, aku tidak membawa handphoneku pada hari itu. Awalnya aku berfikir "ya.. semua cowok memang seperti ini, aku tidak percaya apa yang dia katakan kepadaku, aku tidak akan merespon nya, toh kita juga baru kenal juga kan mana mungkin dia bisa punya perasaan kepadaku secepat itu".
Aku hanya merespon chatnya dengan candaan balik, aku tidak merasa senang atau apa, namun aku merasa aneh dan berfikir kenapa dia bisa mengatakan hal itu.
Hari-hari berjalan seperti biasa, sampai pada suatu malam aku mengakhiri chat denganya karena merasa terlalu lelah untuk terjaga. Namun, dia mengatakan "i love you" kepadaku diujung kalimatnya. Aku merasa kaget dan heran, apa yang dia inginkan sebenarnya? aku merasa terlalu lelah untuk percaya kepada laki-laki diluar sana karena aku selalu menemukan cowok yang tidak tepat dan mereka lah yang banyak berulah dan menyakiti perasaanku. Aku merasa lelah untuk berfikir panjang menjawab kalimat yang dia berikan kepadaku. Aku tidak berfikir banyak tentang itu sampai pada akhirnya dia selalu bilang 3 kata itu kepadaku setiap hari.
Semakin lama, aku merasa dia berbeda dengan cowok lain diluar sana. Dia sangat perhatian, baik, lebih dewasa dari aku, ya.. aku dan dia beda dua tahun. Aku berfikir tentangnya. Dan pada suatu malam, handphoneku berdering dengan namanya di layar. Aku mengangkat telfon darinya dan aku mendengar dia bahwa dia ingin berbicara serius denganku. Setelah panjang lebar dengan omonganya, dia menyatakan cintanya kepadaku. Saat itu otak, jantung, dan kakiku terasa beku, aku tidak tahu apa yang harus aku jawab, aku hanya terdiam. Dia memanggil namaku berkali-kali namun aku hanya menjawab "ya" atau "hah" saja dan pada akhirnya dia menjelaskan alasanya kenapa dia bisa sayang sama aku dan berani untuk menyatakan cintanya kepadaku. Satu hal yang berbeda darinya dan mantan-mantanku sebelumnya adalah kita itu beda agama. Aku seorang muslim dan dia seorang Kristen protestan. Awalnya aku tidak mempersaalahkan hal itu karena bagiku itu bukanlah masalah yang besar dalam suatu hubungan. Setelah berfikir dan aku tidak tahu setan apa yang barusan lewat didepanku, aku mengiyakan jawabannya.
[/URL]
PART 3:
[URL=""]Suatu sore aku pergi ke sebuah mall bersama tiga orang temanku untuk makan dan jalan-jalan biasa. Saat aku bercerita dengan salah satu temanku yang aku rasa aku dekat denganya dan aku beranikan diri untuk bercerita denganya segala tentang cowok ini, handphoneku berdering. Muncul notification line darinya yang mengatakan bahwa "Aku otw stasiun ya mau beli tiket ke Malang". Ya, cowok itu mau nyamperin aku ketempat tinggal aku sekarang. Aku tinggal di Jawa Timur dan dia tinggal untuk kuliah di Jawa Barat. Aku merasa kaget dengan pesan darinya. Perasaanku campur aduk dan aku tidak tahu harus mengatakan apa aku hanya merasa senang campur kaget. Speechless. Aku berfikir apakah ini hanya mimpi? Ternyata tidak, dia menepati janjinya yang dia katakan sebelumnya bahwa dia akan menemuiku walaupun bagaimana caranya. Dia mengorbankan kuliahnya demi menemuiku dikota yang asing baginya, kota yang belum pernah dia jajaki sebelumnya dan bahkan kota yang sangat jauh dari jangkauanya. Aku bertanya beribu kali kepadanya apakah ia benar-benar akan menemuiku dan beribu kali pula dia menjawab iya.
Pada keesokan harinya yang bukan lain hari sabtu dimana hari itu keberangkatanya untuk menemuiku, aku dan dia sangat semangat. Kami memang belum pernah bertemu sebelumnya jadi, kami merasa sangat semangat untuk saling bertemu. Dia bilang bahwa kereta yang akan membawanya akan berangkat pada pukul 15.35 sore. Setelah dia berkemas dan bersiap-siap, dia mengabariku bahwa jam tiga dia baru jalan ke stasiun. Perasaanku sudah tidak enak, aku takut dia ketinggalan kereta. Namun, aku hanya berfikir positif hingga akhirnya pada hampir jam 4, dia menyapaku lagi dengan pesan “tolong telfon aku sekarang” dan aku langsung memutar nomornya di handphoneku. Aku terdiam dan tidak tahu harus merespon apa karena dia bilang “aku ketinggalan kereta”.[/URL]
PART 4:
[URL=""]Aku merasa sedih dan kecewa, kenapa pertemuan pertama kita harus melalui masalah seperti ini. Aku tahu dia kesal campur bingung dari nada bicaranya, dia tidak tahu harus berbuat apa sampai pada akhirnya aku memberi tahu dia untuk membeli tiket ke Surabaya karena jarak Sby-Malang tidaklah jauh. Dengan uang pas-pasan yang dia punya untuk menemuiku, dia menyetujui pendapatku. Untunglah kereta yang membawanya ke Surabaya akan berangkat pada pukul 5 sore.
Sesampainya di Surabaya, dia melanjutkan perjalanannya menuju Malang dengan bus. Setelah memakan waktu 2 atau 3 jam perjalanan, dia sampai di terminal Arjosari di Malang. Dia mengabariku bahwa dia sudah sampai dan aku langsung menjemputnya dengan taksi. Aku merasa sangat deg-degan dan takut. Aku takut kalau dia tidak suka denganku. Setelah sampai di terminal, aku langsung menelfonnya. Dia bilang dia menunggu di pintu keluar terminal sedangkan taksi memberhentikanku di pintu masuk terminal. Jujur saja, itu kali pertamaku pergi ke terminal bus sendiri dan aku merasa takut karena banyak supir-supir dan kenek bus yang aku anggap seram. Aku berjalan menyusuri terminal sampai pada akhirnya aku menemukan sosok tinggi tegap gagah dengan ransel hitamnya, muka jutek campur bingungnya, dan sebatang rokok yang sedang dihisapnya depan pintu keluar terminal. Aku memakai maskerku karena udara dan polusi di terminal yang kotor. Aku berjalan kearahnya dengan hati yang berdebar sangat kencang, badanku panas, ya.. kalau aku gugup badanku pasti panas. Dia melihat kerahku dan berkata “hai” dan menyebut namaku. [/URL]
PART 5 :
[URL=""]Dia memandang kearahku dan bilang “cie pake masker beneran mentang2 aku belum mandi dari kemarin ya” aku hanya tersenyum dan bilang “habis ini kita mau kemana?” lalu dia menjawab “ya gak tau kan kamu orang sini, aku baru pertama kali kesini” aku terdiam bingung karena akupun tidak tahu harus pergi kemana. Akhirnya kita pergi ke suatu tempat makan dan duduk untuk minum dan beristirahat disana. Kami ngobrol dan sama-sama bingung habis dari sini kami harus kemana. Tiba-tiba dia mengeluarkan suatu pertanyaan yang membuatku takut untuk mendengar jawabanya dia kembali. Dia berkata “sekarang udah ketemu, kamu masih mau sama aku?” aku berkata “iyalah, kalau kamu?” dia menjawab “ya mau lah” dan aku tersenyum. Lalu kami masih terus berpikir kami harus kemana, sampai akhirnya dia mengeluarkan ide gilanya “kita ke Bali aja yuk, kan deket dari Malang!” aku langsung bingung tidak karuan. Aku memikirkan kuliahku, uangku di atm yang tidaklah banyak, dan bagaimana jika orang tuaku tahu? Aku menyampaikan kepadanya, dan dia berkata “aku aja cabut kuliah demi ketemu kamu, aku juga gak kuliah kok, aku yakin gapapa, masa aku udah jauh-jauh kesini kita gak kemana-mana” dengan wajah seriusnya. Aku berpikir berkali-kali dan menyebutkan alternatif lain selain ke Bali. Jujur aku tidak pernah bosan dan cinta mati dengan pulau Bali. Pulau yang memberi banyak kenangan manis dengan sahabat-sahabatku sampai dengan keluargaku, pulau yang memiliki banyak hiburan yang tidak ada matinya, dan pulau dengan keindahan yang dimilikinya, sangat indah. Setelah berfikir panjang dan setelah bertemu dengan teman dekatku disini aku semakin yakin untuk pergi ke Bali dan meninggalkan kuliahku untuk beberapa hari. Aku berkata “yaudah deh kita ke Bali, tapi jangan lama-lama ya” dia menjawab “iya! Yes pecah banget pasti ini” aku berkata “kamu gila banget sih, kita gila banget loh ini!”dan kami sama-sama tertawa dengan kegilaan kami ini. Kami langsung pergi ke travel untuk menanyakan tiket pesawat dan keluar lagi karena kecewa dengan sangat mahalnya tiket pesawat untuk ke Bali. Lalu, orang travel itu memberi kita alternative untuk naik bus saja. Aku awalnya merasa ragu, aku tidak suka jalan darat dan naik angkutan umum seperti itu. Namun, ada dia.. aku merasa nyaman didekatnya dan merasa aman pergi bersamanya. Kami berdua langsung menuju tempat keberangkatan bus itu, kami membeli tiket untuk menuju Denpasar yang akan berangkat sekitar jam 5 sore hari. Kami berdua sangat excited karena akan pergi ke Bali secara dadakan tersebut. Kami seringkali tertawa dan saling mencela “kamu tuh udah gila ya hahahaha..”. Setelah menunggu, kami berdua menaiki bus tersebut yang aku tidak mengira akan senyaman itu. Didalam bus yang dingin dan nyaman itu, dia menggengam tanganku dan berkata “kita ke bali loh ini, akhirnya!” diakhiri dengan senyuman manis dari bibirnya diujung kalimatnya, aku hanya tersenyum sangat bahagia karena tidak menyangka aku akan pergi ke pulau yang sangat aku cintai bersama pacar tentunya yang dulu hanya ada diangan-anganku saja.[/URL]
PART 6:
[URL=""]Dia ketiduran dengan masih memegang tanganku dan aku hanya menghadap jendela, melihat jalanan yang aku tidak pernah lihat sebelumnya. Bus yang kami tumpangi tiba-tiba berhenti untuk makan malam dan kami sempat berfoto-foto disana. Setelah itu, bus tersebut melanjutkan perjalanan sampai ke pulau Bali. Ditengah perjalanan, dia membanguniku. Aku sudah tertidur karena jam sudah menunjukan tengah malam. Aku sebal karena waktu itu aku ngantuk dan dia menunjuk kearah jendela disebrangku. Mataku yang tadinya ngantuk berubah menjadi kagum. Kita melewati sebuah pabrik atau aku tidak tahu itu apa namun sebuah tempat yang sangat besar dan penuh dengan lampu. Aku tidak bisa menggambarkannya dengan tulisanku namun tempat itu sangat indah. Dia tersenyum kepadaku dan berkata “bagus banget ya tempatnya” sambil tersenyum kepadaku. Aku masih terkagum dan masih memerhatikan tempat tersebut dengan senyuman dibibirku. Aku berkata “bagus banget sih, itu apa?” dia berkata “aku ngga tahu, udah kamu tidur lagi” lalu aku melanjutkan tidurku karena bus juga telah membawa kami menjauhi tempat itu. Pada jam satu malam, kami sampai di pelabuhan ketapang. Aku merasa malas untuk bergerak karena sudah malam namun dia mengajaku untuk naik keatas kapal ferry yang membawa kami ke pelabuhan gilimanuk di bali. Kami berkeliling kapal sampai pada akhirnya kami tiba di gilimanuk. Kami kembali ke bus dan melihat gapura khas bali menyambut kami dan aku berkata “bali banget nih kita?” lalu kami tertawa. Kami melanjutkan tidur kami yang terpotong sampai akhirnya bus berhenti pada terminal ubung di Denpasar. Aku sangat senang pada saat itu, dia tidak lepas menggenggam tanganku dan kami berjalan keluar terminal untuk membeli rokoknya dan mencari taksi. Setelah menawar, taksi tersebut membawa kami ke Kuta dari Denpasar. [/URL]
BERSAMBUNG...
[URL=""]Aku tidak pernah meminta kepada Tuhan untuk bertemu denganmu. Aku juga tidak pernah menyangka akan bertemu kamu, salah satu pria dari jutaan manusia di dunia ini. Berawal dari kesedihanku yang tinggal jauh diluar kota, ya.. aku masih kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia. Aku memang anak yang manja, belum bisa hidup sendiri dan sok-sokan mau pindah dari kota metropolitan ke sebuah kota kecil di pulau Jawa yang awalnya aku tidak akan menyangka bahwa pindah dari kota metropolitan adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Aku juga tidak merasa kerasan awalnya tinggal sendiri, jauh dari orang tua dan keluarga, jauh dari sahabat-sahabatku yang biasanya selalu menemaniku dengan candaan, kegilaan, bahkan kebodohan mereka yang membuat aku merasa diberkahi Tuhan akan kehidupanku. Tetapi semuanya terasa jauh saat aku pindah untuk melanjutkan studiku di perguruan tinggi ini. Namun, aku masih merasa beruntung karena aku bertemu dengan teman-teman seperjuanganku dari kota metropolitan dan merasakan hal yang sama seperti aku disini, sedikit hilang bebanku.
Sampai suatu saat aku merasakan klimaks tinggal dikota ini. Aku merasa sedih jauh dari orang tua dan sahabat-sabahat dekatku. Namun, aku bersyukur karena hidup di jaman yang modern ini dan aku berterima kasih kepada siapapun yang telah menciptakan media sosial yang disebut Skype. Malam itu terasa sangat suram, aku meminta dua sahabatku untuk skype pada malam itu. Aku mencurahkan segala isi hatiku kepada mereka. Untunglah mereka dapat mengerti posisiku yang bisa dibilang "anak manja" ini. Oiya.. mereka (para teman-teman dan sahabatku) itu tinggal di luar kota juga. Kami berasal dari SMP dan SMA yang sama. Mereka menghiburku dengan lawakan dan bercandaan mereka. Saat skype, ada juga teman-teman kuliah mereka dan aku dikenalkan kepada teman-teman sahabatku satu-persatu. Saat itu, aku merasa tidak sendiri lagi. Ya, aku senang dengan mereka walaupun belum pernah bertemu dengan beberapa teman-teman sahabatku disana, aku merasa dekat. Satu-persatu teman-teman sahabatku datang dan aku diajak berkenalan dengan siapapun yang baru datang, lewat skype.
Aku tahu mereka semua asik, gila, dan menyenangkan lah pokoknya sampai aku berkenalan dengan salah satu cowok yang sekarang sangat berpengaruh bagi diriku sampai detik ini. Aku tidak akan menyebutkan namanya disini. Pertama kali dengan gayanya dan logat bataknya, dia menyapa aku dan langsung ngatain aku "dipsy", tokoh paling jelek dan seram di Teletubbies. Dia dan teman-teman yang lain masih tetap bercanda dan aku hanya bisa tertawa melihat tingkah laku mereka dari layar laptopku. Sampai pada akhirnya, aku mengakhiri video call tersebut. Aku masih online namun asyik sendiri dengan dvd yang aku tonton sampai pada akhirnya mataku tertuju pada notification chat dari sahabatku yang muncul di pojok kanan atas laptopku dan berisi "eh, si xx minta line lo tuh, kasih ga? gue kasih ya". Tanpa berfikir yang aneh-aneh dan tidak mau dianggap angkuh, aku mengiyakan saja karena aku pikir mengapa menolak seseorang untuk menjadi teman?.
[/URL]
PART 2:
[URL=""]Malam itu kami (aku dan cowok itu) berlanjut chat di line. Awalnya aku sedikit kesal karena dia selalu manggil aku "dipsy". Lalu seiring dengan berjalannya waktu, aku terima kalau namaku yang aku pikir lebih bagus daripada nama panggilan yang dia berikan itu diganti dengan "dipsy". Saat itu kami tidak stop chat untuk beberapa hari, aku tidak merasakan hal yang janggal awalnya hingga pada suatu sore setelah ospek hari terakhir kampusku, aku menemukan kata "kangen" pada chat nya. Memang, aku tidak membawa handphoneku pada hari itu. Awalnya aku berfikir "ya.. semua cowok memang seperti ini, aku tidak percaya apa yang dia katakan kepadaku, aku tidak akan merespon nya, toh kita juga baru kenal juga kan mana mungkin dia bisa punya perasaan kepadaku secepat itu".
Aku hanya merespon chatnya dengan candaan balik, aku tidak merasa senang atau apa, namun aku merasa aneh dan berfikir kenapa dia bisa mengatakan hal itu.
Hari-hari berjalan seperti biasa, sampai pada suatu malam aku mengakhiri chat denganya karena merasa terlalu lelah untuk terjaga. Namun, dia mengatakan "i love you" kepadaku diujung kalimatnya. Aku merasa kaget dan heran, apa yang dia inginkan sebenarnya? aku merasa terlalu lelah untuk percaya kepada laki-laki diluar sana karena aku selalu menemukan cowok yang tidak tepat dan mereka lah yang banyak berulah dan menyakiti perasaanku. Aku merasa lelah untuk berfikir panjang menjawab kalimat yang dia berikan kepadaku. Aku tidak berfikir banyak tentang itu sampai pada akhirnya dia selalu bilang 3 kata itu kepadaku setiap hari.
Semakin lama, aku merasa dia berbeda dengan cowok lain diluar sana. Dia sangat perhatian, baik, lebih dewasa dari aku, ya.. aku dan dia beda dua tahun. Aku berfikir tentangnya. Dan pada suatu malam, handphoneku berdering dengan namanya di layar. Aku mengangkat telfon darinya dan aku mendengar dia bahwa dia ingin berbicara serius denganku. Setelah panjang lebar dengan omonganya, dia menyatakan cintanya kepadaku. Saat itu otak, jantung, dan kakiku terasa beku, aku tidak tahu apa yang harus aku jawab, aku hanya terdiam. Dia memanggil namaku berkali-kali namun aku hanya menjawab "ya" atau "hah" saja dan pada akhirnya dia menjelaskan alasanya kenapa dia bisa sayang sama aku dan berani untuk menyatakan cintanya kepadaku. Satu hal yang berbeda darinya dan mantan-mantanku sebelumnya adalah kita itu beda agama. Aku seorang muslim dan dia seorang Kristen protestan. Awalnya aku tidak mempersaalahkan hal itu karena bagiku itu bukanlah masalah yang besar dalam suatu hubungan. Setelah berfikir dan aku tidak tahu setan apa yang barusan lewat didepanku, aku mengiyakan jawabannya.
[/URL]
PART 3:
[URL=""]Suatu sore aku pergi ke sebuah mall bersama tiga orang temanku untuk makan dan jalan-jalan biasa. Saat aku bercerita dengan salah satu temanku yang aku rasa aku dekat denganya dan aku beranikan diri untuk bercerita denganya segala tentang cowok ini, handphoneku berdering. Muncul notification line darinya yang mengatakan bahwa "Aku otw stasiun ya mau beli tiket ke Malang". Ya, cowok itu mau nyamperin aku ketempat tinggal aku sekarang. Aku tinggal di Jawa Timur dan dia tinggal untuk kuliah di Jawa Barat. Aku merasa kaget dengan pesan darinya. Perasaanku campur aduk dan aku tidak tahu harus mengatakan apa aku hanya merasa senang campur kaget. Speechless. Aku berfikir apakah ini hanya mimpi? Ternyata tidak, dia menepati janjinya yang dia katakan sebelumnya bahwa dia akan menemuiku walaupun bagaimana caranya. Dia mengorbankan kuliahnya demi menemuiku dikota yang asing baginya, kota yang belum pernah dia jajaki sebelumnya dan bahkan kota yang sangat jauh dari jangkauanya. Aku bertanya beribu kali kepadanya apakah ia benar-benar akan menemuiku dan beribu kali pula dia menjawab iya.
Pada keesokan harinya yang bukan lain hari sabtu dimana hari itu keberangkatanya untuk menemuiku, aku dan dia sangat semangat. Kami memang belum pernah bertemu sebelumnya jadi, kami merasa sangat semangat untuk saling bertemu. Dia bilang bahwa kereta yang akan membawanya akan berangkat pada pukul 15.35 sore. Setelah dia berkemas dan bersiap-siap, dia mengabariku bahwa jam tiga dia baru jalan ke stasiun. Perasaanku sudah tidak enak, aku takut dia ketinggalan kereta. Namun, aku hanya berfikir positif hingga akhirnya pada hampir jam 4, dia menyapaku lagi dengan pesan “tolong telfon aku sekarang” dan aku langsung memutar nomornya di handphoneku. Aku terdiam dan tidak tahu harus merespon apa karena dia bilang “aku ketinggalan kereta”.[/URL]
PART 4:
[URL=""]Aku merasa sedih dan kecewa, kenapa pertemuan pertama kita harus melalui masalah seperti ini. Aku tahu dia kesal campur bingung dari nada bicaranya, dia tidak tahu harus berbuat apa sampai pada akhirnya aku memberi tahu dia untuk membeli tiket ke Surabaya karena jarak Sby-Malang tidaklah jauh. Dengan uang pas-pasan yang dia punya untuk menemuiku, dia menyetujui pendapatku. Untunglah kereta yang membawanya ke Surabaya akan berangkat pada pukul 5 sore.
Sesampainya di Surabaya, dia melanjutkan perjalanannya menuju Malang dengan bus. Setelah memakan waktu 2 atau 3 jam perjalanan, dia sampai di terminal Arjosari di Malang. Dia mengabariku bahwa dia sudah sampai dan aku langsung menjemputnya dengan taksi. Aku merasa sangat deg-degan dan takut. Aku takut kalau dia tidak suka denganku. Setelah sampai di terminal, aku langsung menelfonnya. Dia bilang dia menunggu di pintu keluar terminal sedangkan taksi memberhentikanku di pintu masuk terminal. Jujur saja, itu kali pertamaku pergi ke terminal bus sendiri dan aku merasa takut karena banyak supir-supir dan kenek bus yang aku anggap seram. Aku berjalan menyusuri terminal sampai pada akhirnya aku menemukan sosok tinggi tegap gagah dengan ransel hitamnya, muka jutek campur bingungnya, dan sebatang rokok yang sedang dihisapnya depan pintu keluar terminal. Aku memakai maskerku karena udara dan polusi di terminal yang kotor. Aku berjalan kearahnya dengan hati yang berdebar sangat kencang, badanku panas, ya.. kalau aku gugup badanku pasti panas. Dia melihat kerahku dan berkata “hai” dan menyebut namaku. [/URL]
PART 5 :
[URL=""]Dia memandang kearahku dan bilang “cie pake masker beneran mentang2 aku belum mandi dari kemarin ya” aku hanya tersenyum dan bilang “habis ini kita mau kemana?” lalu dia menjawab “ya gak tau kan kamu orang sini, aku baru pertama kali kesini” aku terdiam bingung karena akupun tidak tahu harus pergi kemana. Akhirnya kita pergi ke suatu tempat makan dan duduk untuk minum dan beristirahat disana. Kami ngobrol dan sama-sama bingung habis dari sini kami harus kemana. Tiba-tiba dia mengeluarkan suatu pertanyaan yang membuatku takut untuk mendengar jawabanya dia kembali. Dia berkata “sekarang udah ketemu, kamu masih mau sama aku?” aku berkata “iyalah, kalau kamu?” dia menjawab “ya mau lah” dan aku tersenyum. Lalu kami masih terus berpikir kami harus kemana, sampai akhirnya dia mengeluarkan ide gilanya “kita ke Bali aja yuk, kan deket dari Malang!” aku langsung bingung tidak karuan. Aku memikirkan kuliahku, uangku di atm yang tidaklah banyak, dan bagaimana jika orang tuaku tahu? Aku menyampaikan kepadanya, dan dia berkata “aku aja cabut kuliah demi ketemu kamu, aku juga gak kuliah kok, aku yakin gapapa, masa aku udah jauh-jauh kesini kita gak kemana-mana” dengan wajah seriusnya. Aku berpikir berkali-kali dan menyebutkan alternatif lain selain ke Bali. Jujur aku tidak pernah bosan dan cinta mati dengan pulau Bali. Pulau yang memberi banyak kenangan manis dengan sahabat-sahabatku sampai dengan keluargaku, pulau yang memiliki banyak hiburan yang tidak ada matinya, dan pulau dengan keindahan yang dimilikinya, sangat indah. Setelah berfikir panjang dan setelah bertemu dengan teman dekatku disini aku semakin yakin untuk pergi ke Bali dan meninggalkan kuliahku untuk beberapa hari. Aku berkata “yaudah deh kita ke Bali, tapi jangan lama-lama ya” dia menjawab “iya! Yes pecah banget pasti ini” aku berkata “kamu gila banget sih, kita gila banget loh ini!”dan kami sama-sama tertawa dengan kegilaan kami ini. Kami langsung pergi ke travel untuk menanyakan tiket pesawat dan keluar lagi karena kecewa dengan sangat mahalnya tiket pesawat untuk ke Bali. Lalu, orang travel itu memberi kita alternative untuk naik bus saja. Aku awalnya merasa ragu, aku tidak suka jalan darat dan naik angkutan umum seperti itu. Namun, ada dia.. aku merasa nyaman didekatnya dan merasa aman pergi bersamanya. Kami berdua langsung menuju tempat keberangkatan bus itu, kami membeli tiket untuk menuju Denpasar yang akan berangkat sekitar jam 5 sore hari. Kami berdua sangat excited karena akan pergi ke Bali secara dadakan tersebut. Kami seringkali tertawa dan saling mencela “kamu tuh udah gila ya hahahaha..”. Setelah menunggu, kami berdua menaiki bus tersebut yang aku tidak mengira akan senyaman itu. Didalam bus yang dingin dan nyaman itu, dia menggengam tanganku dan berkata “kita ke bali loh ini, akhirnya!” diakhiri dengan senyuman manis dari bibirnya diujung kalimatnya, aku hanya tersenyum sangat bahagia karena tidak menyangka aku akan pergi ke pulau yang sangat aku cintai bersama pacar tentunya yang dulu hanya ada diangan-anganku saja.[/URL]
PART 6:
[URL=""]Dia ketiduran dengan masih memegang tanganku dan aku hanya menghadap jendela, melihat jalanan yang aku tidak pernah lihat sebelumnya. Bus yang kami tumpangi tiba-tiba berhenti untuk makan malam dan kami sempat berfoto-foto disana. Setelah itu, bus tersebut melanjutkan perjalanan sampai ke pulau Bali. Ditengah perjalanan, dia membanguniku. Aku sudah tertidur karena jam sudah menunjukan tengah malam. Aku sebal karena waktu itu aku ngantuk dan dia menunjuk kearah jendela disebrangku. Mataku yang tadinya ngantuk berubah menjadi kagum. Kita melewati sebuah pabrik atau aku tidak tahu itu apa namun sebuah tempat yang sangat besar dan penuh dengan lampu. Aku tidak bisa menggambarkannya dengan tulisanku namun tempat itu sangat indah. Dia tersenyum kepadaku dan berkata “bagus banget ya tempatnya” sambil tersenyum kepadaku. Aku masih terkagum dan masih memerhatikan tempat tersebut dengan senyuman dibibirku. Aku berkata “bagus banget sih, itu apa?” dia berkata “aku ngga tahu, udah kamu tidur lagi” lalu aku melanjutkan tidurku karena bus juga telah membawa kami menjauhi tempat itu. Pada jam satu malam, kami sampai di pelabuhan ketapang. Aku merasa malas untuk bergerak karena sudah malam namun dia mengajaku untuk naik keatas kapal ferry yang membawa kami ke pelabuhan gilimanuk di bali. Kami berkeliling kapal sampai pada akhirnya kami tiba di gilimanuk. Kami kembali ke bus dan melihat gapura khas bali menyambut kami dan aku berkata “bali banget nih kita?” lalu kami tertawa. Kami melanjutkan tidur kami yang terpotong sampai akhirnya bus berhenti pada terminal ubung di Denpasar. Aku sangat senang pada saat itu, dia tidak lepas menggenggam tanganku dan kami berjalan keluar terminal untuk membeli rokoknya dan mencari taksi. Setelah menawar, taksi tersebut membawa kami ke Kuta dari Denpasar. [/URL]
BERSAMBUNG...
anasabila memberi reputasi
1
895
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan