1. Islam dan Sports

Dalam sejarahnya, sports tidak bisa dilepaskan dari warfare (peperangan) dan bela diri serta pengorbanan. Dalam Islam pun, setiap lelaki Muslim diharapkan memiliki tubuh yang gagah dan fit sehingga berjihad fii sabilillah, dan siap ikut dalam ribath (berjaga di perbatasan dengan musuh, suatu tindakan yang oleh Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam dijanjikan bernilai lebih tinggi daripada dunia dan seisinya).

Di masa Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam pun, sports dan berbagai keterampilan olah fisik sangat dipentingkan dan tidak beliau lepaskan dari kegiatan latihan perang [التدريب العسكري] - karena itulah beliau lalu menyampaikan perlunya memanah, berkuda dan berlomba mengendarai unta, menggunakan pedang dan lembing/tombak sebagai bagian dari latihan bersenjata, lalu berburu (termasuk membaca jejak), berlari, renang dan gulat. Semua jenis aktivitas sports ini adalah bagian dari Sunnah Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam.

Sedikitnya ada dua elemen penting yang sama dalam jenis-jenis sports yang dicontohkan beliau sallallahu ‘alayhi wa sallam: yang pertama Speed (kecepatan) dan yang satunya lagi Extrusion [daya lempar, رمي]. Kecepatan dan jangkauan jarak itu penting sekali dalam perang. Tidak perduli setajam apa pun panah kalau tidak sampai lontarannya, tentu tak ada artinya.

Kembali ke Sports dalam Islam:

Sports bukanlah sekedar berolahraga tapi bagian dari pembinaan seseorang sehingga memiliki kualitas yang disebut futuwwah. Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam adalah contoh futuwwah terbaik. Apa sih yang tidak bisa beliau kerjakan? Gulat, memanah, berkuda, berperang dengan pedang atau lembing, semua beliau bisa kerjakan. Bahkan di usia lebih dari 60 tahun pun beliau masih memimpin perang - sementara banyak kaum lelaki masa kini sudah lembek di usia 30 tahunan.

Tapi beliau bukan sekedar ‘tukang perang’. Beliau futuwwah terbaik. Apa itu futuwwah? Ini kualitas kepribadian yang kalau sederhananya bisa disebutkan sebagai ksatria - tapi sebenarnya menggambarkan lebih jauh dari itu. Futuwwah bermakna ketangkasan usia muda, kejantanan, keberanian dan kemurahan hati.

Insya Allah agan-agan semua ane doakan akan memiliki semua kualitas itu : Futuwwah - ketangkasan, kejantanan, keberanian dan kemurahan hati. Amin.

Manfaat semua kegiatan sports seperti ini adalah disiplin dan pemuliaan diri - karena Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam bilang bahwa Mu’min yang kuat lebih baik daripada Mu’min yang lemah. Ini berlaku bukan saja dalam arti kekuatan iman tapi juga kekuatan fisik.

2. Bagaimana agan-agan sebaiknya memilih bentuk sports ?

Dengan membaca penjelasan di atas sebenarnya agan-agan dapat menjawab sendiri pertanyaan nomor 2. Sports mana yang hendak dipilih? Jawaban singkatnya:

1. Sports yang diajarkan/dilaksanakan oleh Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam (misalnya berkuda, memanah, berenang, berlatih pedang/tombak, bergulat)

2. Sports yang mungkin tidak ada di masa Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam tapi diniatkan untuk persiapan jihad dan dengan meningkatkan aspek-aspek latihan sebagaimana diajarkan Rasulullah sallallahu ‘alayhi wa sallam (seperti menembak, bersepeda, tinju, dll) yang penting dapat meningkatkan kekuatan fisik agan-agan dan juga menambah keimanan dan ketaqwaan dalam hidup agan. Ane sendiri menyarankan untuk ikut latihan seni bela diri gan. Kenapa ane menyarankan bela diri ? karena dalam seni beladiri biasanya diajarkan sikap-sikap yang terpuji, dan tentunya seperti kata guru ane dulu waktu ikut karate,
maksudnya itu makin berilmu makin rendah hati alias jangan sombong

3. Jenis-jenis sports yang tidak usah dipilih ?

Ini lebih mudah jawabannya: segala jenis sports masa kini yang digambarkan di dalam Al-Quran dan Sunnah sebagai ‘permainan dan kesia-siaan’ [seperti biliard mungkin, atau bowling, apalagi simulasi FPS (Firts Person Shooter) alias Point Blank ] itulah yang jangan dipilih.