- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
dokter mogok, salah siapa???
TS
edantenandab
dokter mogok, salah siapa???
Hari ini tanggal 27 november 2013, sepertinya menjadi suatu hari bersejarah untuk dunia kedokteran indomesia. Para dokter melakukan aksi ke jalan untuk menyuarakan aspirasinya karena adanya dugaan kriminalisasi dokter dalam melakukan tindakan.
Mungkin oleh sebagian masyarakat ini dinilai sebagai sebuah yang kekanak-kanakan, tidak berpendidikan, bermental buruh dan lain sebagainya. Akan tetapi, sebenarnya hal tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi di masyarakat demokrasi.
Selama ini dunia kedokteran dan kesehatan sering kali menjadi senjata politik para penguasa untuk melanggengkan kekuasaanya dengan semboyan kesehatan gratis dan lain sebagainya, padahal dengan anggaran kesehatan yang sangat minimal dari pemerintah. (klo g percaya coba cek APBN anggaran kesehatan jauh lebih kecil dari anggaran subsidi bbm) Hal ini membuat para tenaga medis maupun para medis banyak mendapatkan tekanan untuk melakukan pelayanan medis tanpa ada imbal balik jasa yang mencukupi.
Ketika terjadi kriminalisasi (yang saya rasa tak pantas dianggap kriminal) tentu para dokter bakal bergerak. Bagaimana seseorang yang berusaha menyelamatkan nyawa seseorang dianggap kriminal. Meski di banyak media dianggap ada keterlambatan lah dll, yang perlu diketahui disini secepat apapu operasi tetap butuh persiapan. Klo memang keluarga disuruh membeli peralatan dan obat terlebih dahulu memang obat-obatan dan peralatan habis pakai harus disiapkan terlebih dahuli sebelum melakukan tindkan. (ibarat perang perlu senjata untuk perang)
Bukan dokter tidak melakukan upaya lain selain hal yang dilakukan di jalan hari ini, sudah banyak yang dilakukan mulai advokasi maupun lewat jalur diplomasi melalui anggota dewan yang terhormat. Namun, ketika semua dirasa kurang optimal maka sekarang baru lah menggelar aksi keprihatinan sebagai wujud protes agar dilihat dan didengarkan oleh penguasa agar dokter tidak hanya sebagai baham komoditas politik, tetapi juga diberi perlindungan hukum ketika melakukan tindakan.
Bisa dibayangkan, bagaimana mengkhawatirkanya seorang dokter bedah akan kelewat hati2 dalam melakukan tindakan yang akhirnya akan merugikan pasien karena tidak akan ada doktr yang mau melakukan operasi suatu penyakit karena takut dikriminalisasikan. Perlu dipahami bahwa tak ada satu tindakan pun yang tak ber resiko, tapi bagaimana meminimalkan resiko itu adalah suatu kewajiban.
Sebenarnya dengan adanya kasus kriminalisasi dokter, maka pasien lain yang tidak terlibat dari masalah ini yang dirugikan. Karena mungkin ia bisa tidak dapat tindakan yang semestinyadisebabkan dokter yang akan melakukan tindakan khawatir dikriminalisasikan ketika melakukan usaha penyelamatan nyawa, tetapi gagal.
Akhirnya kembali ke pertanyaan TS diatas, dokter mogok, salah siapa?? sebenarmya tidak ada yang salah karena semua dilandasi suat alasan yang logis, setiap orang secara refleks akan bereaksi ktika menerima ancaman, bukan hanya dokter..
jika dibilang mogok sebenarnya kurang tepat juga karena pelayanan tetap dilayani si ugd yang tetap buka 24 jam serta kasus gawat darurat tetap dilayani
salam sehat
Mungkin oleh sebagian masyarakat ini dinilai sebagai sebuah yang kekanak-kanakan, tidak berpendidikan, bermental buruh dan lain sebagainya. Akan tetapi, sebenarnya hal tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi di masyarakat demokrasi.
Selama ini dunia kedokteran dan kesehatan sering kali menjadi senjata politik para penguasa untuk melanggengkan kekuasaanya dengan semboyan kesehatan gratis dan lain sebagainya, padahal dengan anggaran kesehatan yang sangat minimal dari pemerintah. (klo g percaya coba cek APBN anggaran kesehatan jauh lebih kecil dari anggaran subsidi bbm) Hal ini membuat para tenaga medis maupun para medis banyak mendapatkan tekanan untuk melakukan pelayanan medis tanpa ada imbal balik jasa yang mencukupi.
Ketika terjadi kriminalisasi (yang saya rasa tak pantas dianggap kriminal) tentu para dokter bakal bergerak. Bagaimana seseorang yang berusaha menyelamatkan nyawa seseorang dianggap kriminal. Meski di banyak media dianggap ada keterlambatan lah dll, yang perlu diketahui disini secepat apapu operasi tetap butuh persiapan. Klo memang keluarga disuruh membeli peralatan dan obat terlebih dahulu memang obat-obatan dan peralatan habis pakai harus disiapkan terlebih dahuli sebelum melakukan tindkan. (ibarat perang perlu senjata untuk perang)
Bukan dokter tidak melakukan upaya lain selain hal yang dilakukan di jalan hari ini, sudah banyak yang dilakukan mulai advokasi maupun lewat jalur diplomasi melalui anggota dewan yang terhormat. Namun, ketika semua dirasa kurang optimal maka sekarang baru lah menggelar aksi keprihatinan sebagai wujud protes agar dilihat dan didengarkan oleh penguasa agar dokter tidak hanya sebagai baham komoditas politik, tetapi juga diberi perlindungan hukum ketika melakukan tindakan.
Bisa dibayangkan, bagaimana mengkhawatirkanya seorang dokter bedah akan kelewat hati2 dalam melakukan tindakan yang akhirnya akan merugikan pasien karena tidak akan ada doktr yang mau melakukan operasi suatu penyakit karena takut dikriminalisasikan. Perlu dipahami bahwa tak ada satu tindakan pun yang tak ber resiko, tapi bagaimana meminimalkan resiko itu adalah suatu kewajiban.
Sebenarnya dengan adanya kasus kriminalisasi dokter, maka pasien lain yang tidak terlibat dari masalah ini yang dirugikan. Karena mungkin ia bisa tidak dapat tindakan yang semestinyadisebabkan dokter yang akan melakukan tindakan khawatir dikriminalisasikan ketika melakukan usaha penyelamatan nyawa, tetapi gagal.
Akhirnya kembali ke pertanyaan TS diatas, dokter mogok, salah siapa?? sebenarmya tidak ada yang salah karena semua dilandasi suat alasan yang logis, setiap orang secara refleks akan bereaksi ktika menerima ancaman, bukan hanya dokter..
jika dibilang mogok sebenarnya kurang tepat juga karena pelayanan tetap dilayani si ugd yang tetap buka 24 jam serta kasus gawat darurat tetap dilayani
salam sehat
0
3.3K
78
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan