Kenapa banyak muncul gambar Soeharto, di mobil, sticker, bahkan di kaos, mungkin ini jawabannya
Spoiler for Soeharto:
Spoiler for Sosok Soeharto:
osok Suharto belakangan diimpikan sebagian masyarakat Indonesia ketika kondisi ekonomi dinilai tidak membaik dan cita-cita reformasi dianggap tidak sesuai harapan.
Tidak ada yang tahu secara pasti sejak kapan kaus dan stiker bergambar Suharto mulai meramaikan lapak-lapak milik pedagang di kawasan Malioboro, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sesuatu yang sebenarnya tidak terbayang akan terjadi pada tahun 1998 atau sesaat setelah dia mengundurkan diri dan sempat dikucilkan.
Sejumlah pedagang yang berada di Malioboro memperkirakan kaus bergambar Suharto mulai marak diperdagangkan sekitar bulan Juni lalu.
Motif kaus bergambar Suharto yang ditawarkan beragam, mulai dari Suharto dengan pakaian militer kebesarannya hingga sosok Suharto yang tengah mengenakan pakaian safari sambil melambaikan tangannya.
Rata-rata kaus yang dijual seharga Rp 30.000 itu memiliki tulisan dalam bahasa Jawa, "Piye kabare bro? Penak jamanku to..." yang artinya kurang lebih adalah "Bagaimana kabarnya bro? Masih lebih enak di zaman saya kan."
Sejumlah pedagang yang ditemui mengaku menjual kaus bergambar Suharto karena alasan ekonomi dan bukan politis. "Saya jual kaus ini soalnya laku, juga banyak peminatnya, sehari saya bisa jual 20 kaus," kata pedagang kaus di Malioboro, Adi Narto.
"Saya pernah dapat pesanan 40 kaus dengan gambar sama, biasanya yang laris kaus bergambar Suharto yang melambaikan tangan dan ada tulisan "Piye kabare enak jamanku tho," kata pedagang lainnya, Supriyanto.
Spoiler for Rindu Sosok Soeharto:
Selain kaus dan stiker bergambar Suharto yang banyak dibeli, Museum Memorial Jenderal Besar HM Suharto juga ramai dikunjungi orang. Museum yang terletak di Kemusuk, Bantul, Yogyakarta, ini baru berdiri pada 8 Juni lalu.
Pada akhr pekan pertama di bulan November lalu, museum itu ramai dikunjungi orang yang umumnya datang secara rombongan. Pengelola mengatakan, pengunjung bisa memasuki kawasan museum tanpa harus mengeluarkan biaya sepeser pun.
"Kami berharap untuk anak-anak pelajar kita supaya mereka tahu bahwa di Desa Kemusuk pernah lahir seorang anak desa bernama Suharto dan beliau bisa berkiprah dalam membangun bangsa dan negara. Bahkan karena kiprah beliau memimpin selama 32 tahun, beliau mendapat sebutan Bapak Pembangunan Nasional," kata Humas Museum Suharto, Gatot Nugroho.
Sementara penggagas dan pendiri museum itu, Probosutedjo, mengatakan, pendirian museum merupakan bagian dari apa yang disebutnya sebagai upaya untuk mengembalikan nama baik Suharto.
"Terus terang saja ini untuk mengembalikan nama baik Pak Harto, apa betul Pak Harto seperti dituduhkan dia suka menumpuk banyak kekayaan, sadis, terlibat pembunuhan. Kan yang melakukan pembunuhan itu pembantunya, bukan Pak Harto," kata Probosutedjo.
"Tapi, memang tujuannya untuk mencapai tujuan yang sebenarnya, yaitu supaya bisa membangun dan tidak diganggu terus nanti pembangunan kan rusak. Seperti kita lihat sekarang, demonstrasi di mana-mana. Jadi, karena demonstrasi tidak menentu, pembangunan tidak jalan."
Pengelola museum mengklaim pengunjung yang datang ke museum telah mencapai lebih dari 93.000 orang sejak berdiri bulan Juni lalu.
"Saya ingin mengajarkan kepada anak saya sejarah tentang Suharto, biar bisa membedakan zaman Pak Harto dengan zaman sekarang, kalau menurut saya, enak zaman Suharto karena sekarang banyak kerusuhan," kata Sri Murti, pengunjung asal Tempel, Sleman, yang membawa dua anaknya mengunjungi Suharto.
Pengunjung lainnya mengatakan, mereka ditugasi oleh sekolahnya untuk mengetahui sejarah tentang Suharto.
"Saya datang ke sini karena diminta guru di sekolah mempelajari sejarah soal Suharto," kata Junianto, salah satu pelajar yang datang ke museum itu.