- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
10 Planet Terunik Yang Pernah Ditemukan Di Alam Semesta


TS
idserving
10 Planet Terunik Yang Pernah Ditemukan Di Alam Semesta
Spoiler for no repost:
Spoiler for Jangan di buka:






Alam semesta begitu luas. Planet yang dihuni manusia, planet bumi adalah satu dari seribu, sejuta, atau bahkan satu dari triliunan planet yang tersebar di angkasa luar. Berdasarkan fakta tersebut, tentunya anda pernah atau sering beranggapan mungkin ada kehidupan lain selain di bumi. Para ilmuwan meyakini kemungkinan tersebut ada dan dari waktu ke waktu terus berusaha mencari petunjuk untuk menemukan dunia baru.
Pada tahun 1990, para ilmuwan menemukan secercah harapan dengan menemukan sejumlah planet di luar tata surya (exoplanet). Planet-planet tersebut sangat beragam. Mulai dari planet api, planet berukuran raksasa, planet berbatu, planet yang tidak memiliki bintang, dan banyak lagi. Hingga kini, penemuan exoplanet mencapai 230 planet.
Berikut adalah daftar sepuluh exoplanet.
Spoiler for 1:
1. Sang Kuda Api
Planet 51 Pegasi b adalah exoplanet pertama yang ditemukan para pemburu planet pada 1990. Planet mirip Jupiter, namun bertemperatur panas ini diberi julukan Bellerphon, pahlawan mitos Yunani yang menjinakkan kuda bersayap Pegasus. Pemberian julukan tersebut berdasarkan gugus bintang Pegasus, lokasi planet itu.
Spoiler for pict:
Planet 51 Pegasi b adalah exoplanet pertama yang ditemukan para pemburu planet pada 1990. Planet mirip Jupiter, namun bertemperatur panas ini diberi julukan Bellerphon, pahlawan mitos Yunani yang menjinakkan kuda bersayap Pegasus. Pemberian julukan tersebut berdasarkan gugus bintang Pegasus, lokasi planet itu.
Spoiler for 2:
2. Tetangga Terdekat Bumi
Berjarak hanya 10,5 tahun cahaya, Epsilon Eridani b adalah exoplanet terdekat dengan bumi. Planet tersebut mengorbit jauh dari bintangnya sehingga air atau kehidupan mustahil ada.
Spoiler for pict:
Berjarak hanya 10,5 tahun cahaya, Epsilon Eridani b adalah exoplanet terdekat dengan bumi. Planet tersebut mengorbit jauh dari bintangnya sehingga air atau kehidupan mustahil ada.
Spoiler for 3:
3. Planet Tanpa Bintang
Terdapat sejumlah exoplanet yang memiliki bintang atau matahari lebih dari satu, bahkan hingga memiliki tiga matahari. Lain halnya dengan Planemos. Planet tersebut hanya "mengambang" begitu saja tanpa mengitari bintang apa pun.
Spoiler for pict:
Terdapat sejumlah exoplanet yang memiliki bintang atau matahari lebih dari satu, bahkan hingga memiliki tiga matahari. Lain halnya dengan Planemos. Planet tersebut hanya "mengambang" begitu saja tanpa mengitari bintang apa pun.
Spoiler for 4:
4. Si Gesit
Planet SWEEPS-10 hanya berjarak 740.000 mil dari bintangnya. Saking dekatnya, planet yang disebut ultra-short-period planets (USPPs) itu hanya membutuhkan waktu kurang dari satu hari untuk mengorbit. Satu tahun di sana sama dengan sepuluh jam di bumi.
Spoiler for pict:
Planet SWEEPS-10 hanya berjarak 740.000 mil dari bintangnya. Saking dekatnya, planet yang disebut ultra-short-period planets (USPPs) itu hanya membutuhkan waktu kurang dari satu hari untuk mengorbit. Satu tahun di sana sama dengan sepuluh jam di bumi.
Spoiler for 5:
5. Dunia Api dan Es
Spoiler for pict:
Planet ini "terkunci" pada bintangnya, sama seperti bulan yang selalu menjadi satelit bumi. Jadi, satu sisi dari planet Upsilon Andromeda b selalu menghadap ke sana. Posisi ini menciptakan temperatur paling tinggi yang sejauh ini diketahui para astronom. Satu sisi planet sangat panas bagai lahar, sedangkan sisi lainnya bertemperatur sangat dingin.
Spoiler for 6:
6. Cincin Raksasa
Planet yang mengorbit pada bintang Coku Tau 4 ini adalah exoplanet termuda yang berumur kurang dari satu juta tahun. Para astronom mendeteksi keberadaan planet ini dari lubang besar dari cincin planet tersebut. Lubang tersebut berukuran sepuluh kali lebih besar dari bumi.
Spoiler for pict:
Planet yang mengorbit pada bintang Coku Tau 4 ini adalah exoplanet termuda yang berumur kurang dari satu juta tahun. Para astronom mendeteksi keberadaan planet ini dari lubang besar dari cincin planet tersebut. Lubang tersebut berukuran sepuluh kali lebih besar dari bumi.
Spoiler for 7:
7. Si Tua Bangka
Planet tertua yang juga disebut primeval world ini berumur kurang lebih 12,7 miliar tahun. Para ilmuwan menduga planet tersebut terbentuk delapan miliar tahun silam sebelum bumi terwujud dan hanya berselisih dua miliar tahun dari kejadian Big Bang. Penemuan ini menimbulkan wacana bahwa kehidupan mungkin terjadi lebih awal dari yang diduga selama ini.
Spoiler for pict:
Planet tertua yang juga disebut primeval world ini berumur kurang lebih 12,7 miliar tahun. Para ilmuwan menduga planet tersebut terbentuk delapan miliar tahun silam sebelum bumi terwujud dan hanya berselisih dua miliar tahun dari kejadian Big Bang. Penemuan ini menimbulkan wacana bahwa kehidupan mungkin terjadi lebih awal dari yang diduga selama ini.
Spoiler for 8:
8. Planet yang Menyusut
Serupa dengan SWEEPS-10, planet HD209458b mengorbit sangat dekat dengan bintangnya sehingga atmosfer planet tersebut tersapu oleh angin stellar. Sejumlah ilmuwan mengestimasi planet tersebut kehilangan sepuluh ribu ton material setiap detiknya. Pada akhirnya, mungkin hanya inti dari planet itu yang akan tersisa.
Spoiler for pict:
Serupa dengan SWEEPS-10, planet HD209458b mengorbit sangat dekat dengan bintangnya sehingga atmosfer planet tersebut tersapu oleh angin stellar. Sejumlah ilmuwan mengestimasi planet tersebut kehilangan sepuluh ribu ton material setiap detiknya. Pada akhirnya, mungkin hanya inti dari planet itu yang akan tersisa.
Spoiler for 9:
9. Si Atmosfir Tebal
Planet HD 189733b adalah planet pertama yang atmosfernya "tercium" oleh para ilmuwan. Dengan menganalisis cahaya dari sistem bintang planet itu, astronom mengatakan atmosfir planet tersebut tertutup oleh semacam kabut tebal serupa dengan butiran pasir. Sayangnya, air tidak terdeteksi di planet tersebut. Namun, pemburu planet menduga ada kehidupan di balik kabut tebal itu.
Spoiler for pict:
Planet HD 189733b adalah planet pertama yang atmosfernya "tercium" oleh para ilmuwan. Dengan menganalisis cahaya dari sistem bintang planet itu, astronom mengatakan atmosfir planet tersebut tertutup oleh semacam kabut tebal serupa dengan butiran pasir. Sayangnya, air tidak terdeteksi di planet tersebut. Namun, pemburu planet menduga ada kehidupan di balik kabut tebal itu.
Spoiler for 10:
10. Kembaran Bumi?
Gliese 581 C adalah exoplanet yang saat ini banyak menarik perhatian para ilmuwan di seluruh dunia. Pasalnya, planet terkecil di luar sistem tata surya ini berada di "zona aman". Artinya, planet ini terletak tidak terlalu jauh maupun terlalu dekat dengan bintangnya, sama seperti posisi bumi kita dengan matahari. Penemuan ini menaikkan probabilitas terdapat air atau bahkan kehidupan di sana. Planet ini 50 persen lebih besar dan lima kali lebih masif dari bumi.
Mungkinkah ada kehidupan lain di luar sana? Para ilmuwan mengatakan dapat lebih menguak hal tersebut pada tahun 2013, saat pengerjaan teleskop berteknologi tinggi bernama James Webb Space Telescope (JWST).
Spoiler for pict:
Gliese 581 C adalah exoplanet yang saat ini banyak menarik perhatian para ilmuwan di seluruh dunia. Pasalnya, planet terkecil di luar sistem tata surya ini berada di "zona aman". Artinya, planet ini terletak tidak terlalu jauh maupun terlalu dekat dengan bintangnya, sama seperti posisi bumi kita dengan matahari. Penemuan ini menaikkan probabilitas terdapat air atau bahkan kehidupan di sana. Planet ini 50 persen lebih besar dan lima kali lebih masif dari bumi.
Mungkinkah ada kehidupan lain di luar sana? Para ilmuwan mengatakan dapat lebih menguak hal tersebut pada tahun 2013, saat pengerjaan teleskop berteknologi tinggi bernama James Webb Space Telescope (JWST).
UPDATE
Spoiler for 11:
1.Kepler-78b
Planet seukuran batuan dengan massa serupa Bumi ditemukan! Ukurannya pun seukuran Bumi! Kabar gembira ini datang dari hasil penelitian dua kelompok ilmuwan yang meneliti exoplanet dari data Kepler.
Adalah Kepler-78b planet baru serupa Bumi yang berada di konstelasi Cygnus si Angsa pada jarak 400 tahun cahaya dari Bumi yang menjadi kandidat “kembaran” Bumi. Ukurannya sedikit lebih besar tapi tidak ada kembar yang benar-benar identik bukan?
Keahlian para astronom untuk menemukan planet-planet kecil yang tersebar di alam semesta pun semakin baik dari waktu ke waktu. Tapi, untuk bisa menemukan petunjuk komposisi planet tidaklah mudah. Dari hasil penelitian dan analisa terhadap planet Kepler-78b, diketahui kalau kerapatannya mirip dengan Bumi. Ini menjadi indikasi penting kalau planet tersebut memiliki kemiripan dengan Bumi yakni memiliki komposisi batuan dan besi.
Planet dengan komposisi batuan dan besi, punya massa, ukuran, kerapatan serupa Bumi! Itulah kemiripan planet baru Kepler-78b dengan Bumi. Kemiripan itu berakhir disini karena planet Kepler-78b ternyata berada lebih dekat dengan bintang induknya. Bahkan lebih dekat dari Merkurius ke Matahari dannnnn… satu tahun di Kepler-78b hanya 8,5 jam! Bayangkan kamu menghabiskan waktu satu tahun bahkan kurang dari setengah hari di Bumi. Karena berada dekat dengan bintang induk, suhu permukaan Kepler-78b pun cukup tinggi, berkisar antara 2300 – 3100 K. Jauh lebih panas dari planet Venus! Jadi meskipun mirip Bumi planet Kepler-78b bukanlah planet yang ramah untuk kehidupan. Air dalam wujud cair tentunya tidak mungkin bertahan pada planet yang berada demikian dekat dengan bintang induknya PANAS!
Menurut Francesco Pepe dari University of Geneva, Swiss, planet Kepler-78b merupakan kelompok terbaru untuk penemuan eksoplanet dengan periode orbit kurang dari 1 hari. Dan dari karakteristiknya, Kepler-78b bisa digolongkan sebagai planet lava dan bukan planet serupa Bumi. Ingat tidak ada kembar yang benar-benar identik. Venus pun dahulu disebut planet yang mirip Bumi kalau dilihat dari ukurannya.
Pertanyaannya, bagaimana exoplanet ini bisa berada sedemikian dekat dengan bintangnya dan bagaimana ia akan berevolusi belum diketahui. Akankah planet ini terus stabil mengeliling bintang induknya? ataukah ia akan berakhir tertarik dan jatuh ke dalam bintang? Tidak ada yang bisa menjawabnya saat ini.
Bergoyanglah hai bintang!
Massa exoplanet biasanya diukur dari goyangan yang dihasilkan oleh interaksi gravitasi antara si planet yang mengorbit dengan bintang induknya. Goyangan yang dimaksud merupakan perubahan kecepatan pada gerak bintang yang dilihat dari Bumi saat dilakukan pengamatan pergeseran Doppler pada cahaya bintang. Spektrum bintang akan tampak bergerak menjauh dan mendekat. Inilah goyangan yang dimaksud dalam pengamatan menggunakan teknik kecepatan radial.
Massa exoplanet yang seukuran Bumi biasnaya sulit unutk diketahui karena planet yang kecil seperti Bumi tidak akan bisa memberi banyak “pengaruh” pada bintangnya. Pengaruhnya pasti snagat kecil sehingga akan sulit teramati. Tapi untuk kasus Kepler-78b, goyangan si planet bisa dihitung dan diketahui karena lokasi si planet yang sangat dekat dengan bintang induknya.
Francesco Pepe kemudian melakukan penelitian menggunakan data dari spektograf High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher-North (HARPS-N yang dipasang pada Teleskop Nasional Galileo di Pulau Canary, massa planet Kepler-78b pun berhasil dihitung. Dan diketahui massa exoplanet tersebut tak jauh berbeda dari Bumi yakni 1,86 massa Bumi.
Hasil perhitungan tersebut ternyata juga tidak jauh berbeda dari hasil perhitungan tim Andrew Howard dari University of Hawaii di Manoa yang menemukan kalau kepler-78b memiliki massa 1,69 massa Bumi. Hasil ini diperoleh dari data spektometer High Resolution Eschelle pada teleskop Keck 1 di Observatorium W.M Keck di Hawaii.
Dua hasil yang saling mendekati tersebut menjadi konfirmasi satu sama lainnya kalau planet Kepler-78b memang memiliki massa serupa Bumi dna massanya bisa diketahui. ini penting karena kalau hanya ada satu publikasi dari satu tim maka ada kemungkinan hasil tersebut diragukan. Hasil dari dua tim berbeda menunjukkan kalau pergeseran pada spektrum bintang tersebut bukan kesalahan pengamatan atau faktor lainnya.
Menurut ahli keplanetan Sara Seager dari MIT, Cambridge yang juga anggota tim Kepler, hasil yang diberikan oleh tim Francesco Pepe dan tim Andrew Howard menunjukkan kalau kita semakin dekat dengan penemuan Bumi yang lain. Si kembar yang miripppppppp banget dnegan Bumi yang masih terus dicari. Petunjuk dan kemampuan alat saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat berartii menuju ke sana.
Hasil kedua tim tersebut tentunya menjadi batu pijakan lain dan lompotan lain dalam dunia exkstrasolar planet menuju penemuan Bumi lainnya. Karena meskipun orbit dan temperaturnya sangat berbeda dari Bumi, komposisi, massa, ukuran memiliki kemiripan dengan Bumi.
Diduga, planet serupa Bumi yang juga punya orbit mirip Bumi berlimpah di alam semesta. Tapi berhubung bintang induk planet=planet tersebut hanya memperoleh pengaruh kecil pada goyangannya maka untuk bisa menentukan massanya masih lebih sulit dibanding kasus Kepler-78b yang berada dekat dengan bintang induk. Kalau Kepler-78b lebih dekat dengan bintang induk dibanding Merkurius-Matahari, tentunya bisa dibayangkan seberapa kecil pengaruh yang ditimbulkan akibat interaksi gravitasi oleh planet yang sekecil Bumi pada jarak bumi saat ini dari Matahari diamati dari jarak yang superrrrrrr jauh.
Meskipun demikian Francesco Pepe meyakini HARPS-N bisa menemukan planet seukuran Bumi pada orbit yang lebih lebar, dimana aktivitas yang rendah di pemrukaan bintang bisa memberi kesempatan pada planet ini untuk dideteksi lebih mudah. JIka kita beruntung!’ katanya.
Spoiler for pict:
Planet seukuran batuan dengan massa serupa Bumi ditemukan! Ukurannya pun seukuran Bumi! Kabar gembira ini datang dari hasil penelitian dua kelompok ilmuwan yang meneliti exoplanet dari data Kepler.
Adalah Kepler-78b planet baru serupa Bumi yang berada di konstelasi Cygnus si Angsa pada jarak 400 tahun cahaya dari Bumi yang menjadi kandidat “kembaran” Bumi. Ukurannya sedikit lebih besar tapi tidak ada kembar yang benar-benar identik bukan?
Keahlian para astronom untuk menemukan planet-planet kecil yang tersebar di alam semesta pun semakin baik dari waktu ke waktu. Tapi, untuk bisa menemukan petunjuk komposisi planet tidaklah mudah. Dari hasil penelitian dan analisa terhadap planet Kepler-78b, diketahui kalau kerapatannya mirip dengan Bumi. Ini menjadi indikasi penting kalau planet tersebut memiliki kemiripan dengan Bumi yakni memiliki komposisi batuan dan besi.
Planet dengan komposisi batuan dan besi, punya massa, ukuran, kerapatan serupa Bumi! Itulah kemiripan planet baru Kepler-78b dengan Bumi. Kemiripan itu berakhir disini karena planet Kepler-78b ternyata berada lebih dekat dengan bintang induknya. Bahkan lebih dekat dari Merkurius ke Matahari dannnnn… satu tahun di Kepler-78b hanya 8,5 jam! Bayangkan kamu menghabiskan waktu satu tahun bahkan kurang dari setengah hari di Bumi. Karena berada dekat dengan bintang induk, suhu permukaan Kepler-78b pun cukup tinggi, berkisar antara 2300 – 3100 K. Jauh lebih panas dari planet Venus! Jadi meskipun mirip Bumi planet Kepler-78b bukanlah planet yang ramah untuk kehidupan. Air dalam wujud cair tentunya tidak mungkin bertahan pada planet yang berada demikian dekat dengan bintang induknya PANAS!
Menurut Francesco Pepe dari University of Geneva, Swiss, planet Kepler-78b merupakan kelompok terbaru untuk penemuan eksoplanet dengan periode orbit kurang dari 1 hari. Dan dari karakteristiknya, Kepler-78b bisa digolongkan sebagai planet lava dan bukan planet serupa Bumi. Ingat tidak ada kembar yang benar-benar identik. Venus pun dahulu disebut planet yang mirip Bumi kalau dilihat dari ukurannya.
Pertanyaannya, bagaimana exoplanet ini bisa berada sedemikian dekat dengan bintangnya dan bagaimana ia akan berevolusi belum diketahui. Akankah planet ini terus stabil mengeliling bintang induknya? ataukah ia akan berakhir tertarik dan jatuh ke dalam bintang? Tidak ada yang bisa menjawabnya saat ini.
Bergoyanglah hai bintang!
Massa exoplanet biasanya diukur dari goyangan yang dihasilkan oleh interaksi gravitasi antara si planet yang mengorbit dengan bintang induknya. Goyangan yang dimaksud merupakan perubahan kecepatan pada gerak bintang yang dilihat dari Bumi saat dilakukan pengamatan pergeseran Doppler pada cahaya bintang. Spektrum bintang akan tampak bergerak menjauh dan mendekat. Inilah goyangan yang dimaksud dalam pengamatan menggunakan teknik kecepatan radial.
Massa exoplanet yang seukuran Bumi biasnaya sulit unutk diketahui karena planet yang kecil seperti Bumi tidak akan bisa memberi banyak “pengaruh” pada bintangnya. Pengaruhnya pasti snagat kecil sehingga akan sulit teramati. Tapi untuk kasus Kepler-78b, goyangan si planet bisa dihitung dan diketahui karena lokasi si planet yang sangat dekat dengan bintang induknya.
Francesco Pepe kemudian melakukan penelitian menggunakan data dari spektograf High Accuracy Radial Velocity Planet Searcher-North (HARPS-N yang dipasang pada Teleskop Nasional Galileo di Pulau Canary, massa planet Kepler-78b pun berhasil dihitung. Dan diketahui massa exoplanet tersebut tak jauh berbeda dari Bumi yakni 1,86 massa Bumi.
Hasil perhitungan tersebut ternyata juga tidak jauh berbeda dari hasil perhitungan tim Andrew Howard dari University of Hawaii di Manoa yang menemukan kalau kepler-78b memiliki massa 1,69 massa Bumi. Hasil ini diperoleh dari data spektometer High Resolution Eschelle pada teleskop Keck 1 di Observatorium W.M Keck di Hawaii.
Dua hasil yang saling mendekati tersebut menjadi konfirmasi satu sama lainnya kalau planet Kepler-78b memang memiliki massa serupa Bumi dna massanya bisa diketahui. ini penting karena kalau hanya ada satu publikasi dari satu tim maka ada kemungkinan hasil tersebut diragukan. Hasil dari dua tim berbeda menunjukkan kalau pergeseran pada spektrum bintang tersebut bukan kesalahan pengamatan atau faktor lainnya.
Menurut ahli keplanetan Sara Seager dari MIT, Cambridge yang juga anggota tim Kepler, hasil yang diberikan oleh tim Francesco Pepe dan tim Andrew Howard menunjukkan kalau kita semakin dekat dengan penemuan Bumi yang lain. Si kembar yang miripppppppp banget dnegan Bumi yang masih terus dicari. Petunjuk dan kemampuan alat saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat berartii menuju ke sana.
Hasil kedua tim tersebut tentunya menjadi batu pijakan lain dan lompotan lain dalam dunia exkstrasolar planet menuju penemuan Bumi lainnya. Karena meskipun orbit dan temperaturnya sangat berbeda dari Bumi, komposisi, massa, ukuran memiliki kemiripan dengan Bumi.
Diduga, planet serupa Bumi yang juga punya orbit mirip Bumi berlimpah di alam semesta. Tapi berhubung bintang induk planet=planet tersebut hanya memperoleh pengaruh kecil pada goyangannya maka untuk bisa menentukan massanya masih lebih sulit dibanding kasus Kepler-78b yang berada dekat dengan bintang induk. Kalau Kepler-78b lebih dekat dengan bintang induk dibanding Merkurius-Matahari, tentunya bisa dibayangkan seberapa kecil pengaruh yang ditimbulkan akibat interaksi gravitasi oleh planet yang sekecil Bumi pada jarak bumi saat ini dari Matahari diamati dari jarak yang superrrrrrr jauh.
Meskipun demikian Francesco Pepe meyakini HARPS-N bisa menemukan planet seukuran Bumi pada orbit yang lebih lebar, dimana aktivitas yang rendah di pemrukaan bintang bisa memberi kesempatan pada planet ini untuk dideteksi lebih mudah. JIka kita beruntung!’ katanya.
Spoiler for 12:
12.Jupiter kedua
Planet yang mengitari bintang lain bukanlah hal baru dalam dunia astronomi. Setidaknya sudah 18 tahun berlalu sejak planet di bintang 51 Pegasi ditemukan oleh Michel Mayor, Tonggak sejarah bagi dunia extrasolar planet atau planet yang mengitari bintang lain serupa Matahari. Dan sampai saat ini tercatat 890 sudah ditemukan mengitari bintang lain baik yang serupa Matahari maupun yang memiliki kelas yang berbeda dengan Matahari.Jika melihat kondisi ini, tentunya penemuan satu lagi planet baru tidak akan mengejutkan bagi dunia astronomi. Sayangnya, asumsi seperti itu tidaklah tepat. Setiap penemuan planet baru memberi warna dan cerita tersendiri bagi pemahaman evolusi sistem keplanetan karena tidak ada yang ditemukan persis sama.
Tapi.. untuk bisa menemukan planet baru tidaklah mudah. Lihatlah ke langit, dan kita akan melihat bintang sebagai satu noktah terang di sana. Sekarang jika ada planet di salah satu bintang itu, bagaimana mengenalinya? Planet memiliki ukuran jauhhhhh lebih kecil dari bintang. Kalau bintang cuma bisa kita lihat sebagai titik bagaimana dengan planet?
Untuk bisa mengenali keberadaan sebuah planet, para astronom mengembangkan teknik tidak langsung untuk mendeteksi keberadaan obyek yang mengelilingi bintang. Sebagian besar planet ditemukan dengan cara tidak langsung lewat teknik kecepatan radial ataupun transit. Tapi ada juga yang berhasil dilihat secara langsung. Dan untuk bisa melihat secara langsung jelas tidak mudah!
Bak melihat seekor kunang-kunang yang melintas di depan lampu mercusuar yang super terang. Itulah yang harus dilihat para astronom untuk menentukan apakah sebuah bintang punya planet atau tidak! Tapi bukan berarti pengamatan secara langsung tidak bisa menemukan planet baru. Setidaknya ada sekitar 30 planet berhasil dilihat secara langsung! Melihat sebuah planet secara langsung bisa memberikan informasi terkait luminositas, temperatur, atmosfer dan orbitnya.
Salah satu planet itu berhasil dilihat secara langsung oleh teleskop Subaru 8,2 meter dalam proyek Strategic Explorations of Exoplanets and Disks with Subaru (SEEDS) yang dipimpin oleh Motohide Tamura dari Universitas Tokyo dan National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ).
Planet Raksasa di Kejauhan
Astronom yang bekerja dalam program SEEDS berhasil memotret citra sebuah planet masif yang mereka beri nama Jupiter kedua. Kandidat planet yang dipotret oleh SEEDS adalah GJ 504 b yang mengorbit bintang serupa Matahari GJ 504 atau yang dikenal sebagai 59 Virginis. Dari namanya bisa diketahui kalau bintang ini berada di rasi Virgo dan berada pada jarak 60 tahun cahaya dari Bumi. Dalam pengamatan, bintang GJ 504 termasuk terang untuk bisa diamati dengan mata tanpa alat. Kecerlangannya sekitar ~5 magnitud. Tapi, planet yang dilihat sedang mengitari sang bintang jauh lebih redup dengan kecerlangan 17-20 magnitud pada panjang gelombang infra merah.
Penemuan planet Jupiter kedua ini penuh tantangan. Pemotretan langsung yang dilakukan tidak mampu memisahkan kandidat planet dari bintang latar belakang, sehingga para astronom pun melakukan 7 kali pengamatan baru bisa memastikan bahwa yang dilihat memang planet bukan bintang latar belakang. Satu hal menarik, planet Jupiter kedua ini ditemukan berada cukup jauh dari bintang induknya yakni pada jarak 44 AU. Jika ditempatkan di Tata Surya, planet tersebut berada lebih jauh dari Neptunus dan berada pada rentang orbit Pluto.
Pada jarak yang demikian jauh, planet GJ 504b jelas merupakan planet yang dingin. Hasil pengamatan menunjukkan kalau GJ 504b memiliki temperatur yang sangat dingin yakni 500 K atau hanya 240º C. Warna planet GJ 504b juga “tak berbeda” jauh dari Bumi yakni berwarna biru karena tidak adanya awan di atmosfer.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana mungkin ada planet gas raksasa pada jarak sejauh itu?
Bagaimana GJ 504b bisa terbentuk?
Jika menilik model akresi inti pada model Tata Surya, tidak ada penjelasan terkait bagaimana sebuah planet gas raksasa bisa terbentuk di “area terluar” sistem yang demikian jauh dari bintang induk. Dalam model akresi-inti, planet gas seperti Jupiter mulai terbentuk pada piringan kaya gas di sekitar bintang muda. Benih dari inti planet merupakan hasil tabrakan dari asteroid dan komet berupa batuan dan es. Saat inti sudah memiliki massa yang cukup gaya gravitasinya akan mulai menarik gas dari piringan untuk membentuk planet.
Model akresi inti bekerja dengan baik untuk pembentukan planet sampai pada jarak 30 Au yang merupakan jarak planet Neptunus dari Matahari. Tapi, untuk planet yang berada lebih jauh dari itu seperti halnya GJ 504 b yang berada pada jarak 44 AU, kasusnya akan lebih sulit.
Model lain yang diajukan adalah ketidakstabilan gravitasi pada area pembentukan. Dalam pemodelan ini, piringan protoplanet yang masif menjadi tidak stabil pada area terluarnya. Akibat dari ketidakstabilan ini adalah keruntuhan pada bagian piringan terluar yang runtuh ke dalam salah satu atau lebih planet raksasa. Tapi, teori ketidakstabilan gravitasi ini pun punya masalah tersendiri. Untuk bisa menghasilkan ketidakstabilan pada piringan protoplanet, bintang induknya yang serupa Matahari harus memiliki piringan yang sangat masif di sekelilingnya termasuk memiliki di bagian terluar. Jika melihat pada dua model yang ada, jelas para astronom masih belum bisa memastikan bagaimana planet gas raksasa GJ 504 b terbentuk pada jarak yang demikian jauh.
Meskipun para astronom masih belum bisa mengetahui secara pasti bagaimana planet GJ 504 b terbentuk, massa planet ini bisa diketahui meskipun ada beberapa tantangan dalam penentuan massa. Diperkirakan GJ 504 b memiliki massa 3 kali massa planet Jovian dan bintang induknya berusia 160 juta tahun. Dari hasil analisa, obyek yang dipotret merupakan sebuah planet dan bukan sebuah bintang katai coklat.
Keberhasilan SEEDS dalam memotret planet secara langsung merupakan langkah maju lainnya untuk bisa menemukan planet serupa Bumi lewat pengamatan secara langsung di masa depan.
Spoiler for pict:
Planet yang mengitari bintang lain bukanlah hal baru dalam dunia astronomi. Setidaknya sudah 18 tahun berlalu sejak planet di bintang 51 Pegasi ditemukan oleh Michel Mayor, Tonggak sejarah bagi dunia extrasolar planet atau planet yang mengitari bintang lain serupa Matahari. Dan sampai saat ini tercatat 890 sudah ditemukan mengitari bintang lain baik yang serupa Matahari maupun yang memiliki kelas yang berbeda dengan Matahari.Jika melihat kondisi ini, tentunya penemuan satu lagi planet baru tidak akan mengejutkan bagi dunia astronomi. Sayangnya, asumsi seperti itu tidaklah tepat. Setiap penemuan planet baru memberi warna dan cerita tersendiri bagi pemahaman evolusi sistem keplanetan karena tidak ada yang ditemukan persis sama.
Tapi.. untuk bisa menemukan planet baru tidaklah mudah. Lihatlah ke langit, dan kita akan melihat bintang sebagai satu noktah terang di sana. Sekarang jika ada planet di salah satu bintang itu, bagaimana mengenalinya? Planet memiliki ukuran jauhhhhh lebih kecil dari bintang. Kalau bintang cuma bisa kita lihat sebagai titik bagaimana dengan planet?
Untuk bisa mengenali keberadaan sebuah planet, para astronom mengembangkan teknik tidak langsung untuk mendeteksi keberadaan obyek yang mengelilingi bintang. Sebagian besar planet ditemukan dengan cara tidak langsung lewat teknik kecepatan radial ataupun transit. Tapi ada juga yang berhasil dilihat secara langsung. Dan untuk bisa melihat secara langsung jelas tidak mudah!
Bak melihat seekor kunang-kunang yang melintas di depan lampu mercusuar yang super terang. Itulah yang harus dilihat para astronom untuk menentukan apakah sebuah bintang punya planet atau tidak! Tapi bukan berarti pengamatan secara langsung tidak bisa menemukan planet baru. Setidaknya ada sekitar 30 planet berhasil dilihat secara langsung! Melihat sebuah planet secara langsung bisa memberikan informasi terkait luminositas, temperatur, atmosfer dan orbitnya.
Salah satu planet itu berhasil dilihat secara langsung oleh teleskop Subaru 8,2 meter dalam proyek Strategic Explorations of Exoplanets and Disks with Subaru (SEEDS) yang dipimpin oleh Motohide Tamura dari Universitas Tokyo dan National Astronomical Observatory of Japan (NAOJ).
Planet Raksasa di Kejauhan
Astronom yang bekerja dalam program SEEDS berhasil memotret citra sebuah planet masif yang mereka beri nama Jupiter kedua. Kandidat planet yang dipotret oleh SEEDS adalah GJ 504 b yang mengorbit bintang serupa Matahari GJ 504 atau yang dikenal sebagai 59 Virginis. Dari namanya bisa diketahui kalau bintang ini berada di rasi Virgo dan berada pada jarak 60 tahun cahaya dari Bumi. Dalam pengamatan, bintang GJ 504 termasuk terang untuk bisa diamati dengan mata tanpa alat. Kecerlangannya sekitar ~5 magnitud. Tapi, planet yang dilihat sedang mengitari sang bintang jauh lebih redup dengan kecerlangan 17-20 magnitud pada panjang gelombang infra merah.
Penemuan planet Jupiter kedua ini penuh tantangan. Pemotretan langsung yang dilakukan tidak mampu memisahkan kandidat planet dari bintang latar belakang, sehingga para astronom pun melakukan 7 kali pengamatan baru bisa memastikan bahwa yang dilihat memang planet bukan bintang latar belakang. Satu hal menarik, planet Jupiter kedua ini ditemukan berada cukup jauh dari bintang induknya yakni pada jarak 44 AU. Jika ditempatkan di Tata Surya, planet tersebut berada lebih jauh dari Neptunus dan berada pada rentang orbit Pluto.
Pada jarak yang demikian jauh, planet GJ 504b jelas merupakan planet yang dingin. Hasil pengamatan menunjukkan kalau GJ 504b memiliki temperatur yang sangat dingin yakni 500 K atau hanya 240º C. Warna planet GJ 504b juga “tak berbeda” jauh dari Bumi yakni berwarna biru karena tidak adanya awan di atmosfer.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana mungkin ada planet gas raksasa pada jarak sejauh itu?
Bagaimana GJ 504b bisa terbentuk?
Jika menilik model akresi inti pada model Tata Surya, tidak ada penjelasan terkait bagaimana sebuah planet gas raksasa bisa terbentuk di “area terluar” sistem yang demikian jauh dari bintang induk. Dalam model akresi-inti, planet gas seperti Jupiter mulai terbentuk pada piringan kaya gas di sekitar bintang muda. Benih dari inti planet merupakan hasil tabrakan dari asteroid dan komet berupa batuan dan es. Saat inti sudah memiliki massa yang cukup gaya gravitasinya akan mulai menarik gas dari piringan untuk membentuk planet.
Model akresi inti bekerja dengan baik untuk pembentukan planet sampai pada jarak 30 Au yang merupakan jarak planet Neptunus dari Matahari. Tapi, untuk planet yang berada lebih jauh dari itu seperti halnya GJ 504 b yang berada pada jarak 44 AU, kasusnya akan lebih sulit.
Model lain yang diajukan adalah ketidakstabilan gravitasi pada area pembentukan. Dalam pemodelan ini, piringan protoplanet yang masif menjadi tidak stabil pada area terluarnya. Akibat dari ketidakstabilan ini adalah keruntuhan pada bagian piringan terluar yang runtuh ke dalam salah satu atau lebih planet raksasa. Tapi, teori ketidakstabilan gravitasi ini pun punya masalah tersendiri. Untuk bisa menghasilkan ketidakstabilan pada piringan protoplanet, bintang induknya yang serupa Matahari harus memiliki piringan yang sangat masif di sekelilingnya termasuk memiliki di bagian terluar. Jika melihat pada dua model yang ada, jelas para astronom masih belum bisa memastikan bagaimana planet gas raksasa GJ 504 b terbentuk pada jarak yang demikian jauh.
Meskipun para astronom masih belum bisa mengetahui secara pasti bagaimana planet GJ 504 b terbentuk, massa planet ini bisa diketahui meskipun ada beberapa tantangan dalam penentuan massa. Diperkirakan GJ 504 b memiliki massa 3 kali massa planet Jovian dan bintang induknya berusia 160 juta tahun. Dari hasil analisa, obyek yang dipotret merupakan sebuah planet dan bukan sebuah bintang katai coklat.
Keberhasilan SEEDS dalam memotret planet secara langsung merupakan langkah maju lainnya untuk bisa menemukan planet serupa Bumi lewat pengamatan secara langsung di masa depan.
LANJUT DIBAWAH GAN
Diubah oleh idserving 26-11-2013 12:43
0
7K
Kutip
34
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan