Berawal dari tulisan Mas Pandji Pragiwaksono: Mari saya buka dengan kalimat: “Saya berharap Jokowi maju jadi capres PDI-P”
Kalimat di atas harusnya cukup membuat orang yang tahu saya mendukung Anies Baswedan, bingung.
Tapi kalimat tadi adalah kalimat yang saya yakini.
Umumnya, reaksi balik orang orang adalah:
“Loh katanya dukung Anies? Kok pengen Jokowi maju”
“Nanti kalo Jokowi maju, Anies kalah lho”
Banyak yang nampaknya sedikit salah paham akan alasan saya mendukung Anies Baswedan.
Alasan saya mendukung Anies Baswedan adalah untuk memulai perubahan dalam peta politik di Indonesia.
Kondisi Demokrasi Indonesia, sesungguhnya masih cukup terbelakang.
Salah satu gambaran terkuat, adalah justru PDI-P.
Partai Demokrasi Indonesia – Perjuangan Sejak lama, ada kekhawatiran bahwa partai yang satu ini tidak bisa move-on dari sosok Soekarno dan punya kecenderungan untuk memajukan keturunan Soekarno sebagai Capres mereka.
Entah karena alasan strategis (popularitas) atau memang jadi filosofi partai bahwa harus keturunan Soekarno yang harus maju. Akhirnya kita sering bertemu dengan Ibu Megawati dalam pilpres dan nama yang juga sering disebut sebut untuk maju adalah Puan Maharani. Padahal, ada nama Jokowi.
Kembali ke pertanyaan di atas ”Loh katanya dukung Anies? Kok pengen Jokowi maju? Nanti kalo Jokowi maju, Anies kalah lho”
Jawaban saya sederhana:
Bukankah akan lebih keren kalau kita punya lebih banyak nama nama hebat dan bersih sebagai capres?
Tidakkah kita jenuh bertemu pilpres dengan nama nama yang tidak membuat kita bergairah?
Bukannya lebih keren kalau dalam masa pilpres, rakyat Indonesia dengan antusias membicarakan kepercayaan mereka terhadap Anies Baswedan, Jokowi & bagaimana nama nama ini layak jadi Presiden RI lalu seakan lupa ada capres capres lain?
Demokrasi Indonesia cerah apabila ketika pilpres, nama nama yang mencalonkan diri hanyalah nama nama kredibel yang bersih.
Politik kita maju, kalau pemain pemain kotornya lama lama terdesak keluar oleh nama nama bersih dan kompeten.
Politik adalah permainan yang kotor, betul. Karenanya calon calon kotor akan terus ada dan memperjuangkan kepentingannya di pertarungan pilpres. Tapi rakyat Indonesia tak perlu mengacuhkan mereka, kalau ada nama nama yang lebih baik untuk didukung.
Beberapa hari yang lalu, saya ngetweet tentang “Good guys should stick together” dalam arti para pendukung Jokowi dan Anies tidak seharusnya saling serang, justru sebaliknya saling dukung.
Karena kita sama sama mendukung orang yang baik. Kita bukanlah para pendukung Mantan Jendral penculik aktivis, bukan para pendukung pengusaha yang bermasalah dengan pajak dan lumpur.
We are the good guys. We shouldnt fight each other, we should be more like The Avengers. Toh ujungnya kan sama.
Kita sama sama ingin Indonesia yang lebih baik, dan bersedia turun tangan untuk mencapainya.
Inilah Profil Bintang-Bintang Panas 2014
Spoiler for Tri Rismaharini:
Ir. Tri Rismaharini, M.T. atau terkadang ditulis Tri Risma Harini (lahir di Kediri, Jawa Timur, 20 Oktober 1961; umur 52 tahun) adalah Wali Kota Surabaya yang menjabat sejak 28 September 2010. Ia adalah Wali Kota Surabaya wanita yang pertama dan alumnus Arsitektur ITS.
Prestasi
Di masa kepemimpinannya, Kota Surabaya menjadi lebih asri dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan lebih segar. Sederet taman kota yang dibangun di era Tri Risma adalah pemugaran taman Bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di Bundaran Dolog, taman Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya.
Selain itu Risma juga berjasa membangun pedestrian bagi pejalan kaki dengan konsep modern di sepanjang jalan Basuki Rahmat, Tunjungan, Blauran, dan Panglima Sudirman. Di bawah kepemimpinannya pula, Kota Surabaya meraih tiga kali piala adipura yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 kategori kota metropolitan. Selain itu, kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.
Pada Oktober 2013, Kota Surabaya dibawah kepemimpinannya memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik yaitu Future Government Awards 2013 di 2 bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik.
Isu Pemberhentian
Belum setahun menjabat, pada tanggal 31 Januari 2011, Ketua DPRD Surabaya Whisnu Wardhana menurunkan Risma dengan hak angketnya. Alasannya adalah karena adanya Peraturan Wali Kota Surabaya tentang perhitungan nilai sewa reklame terbatas di kawasan khusus kota Surabaya yang menaikkan pajak reklame menjadi 25%. Risma dianggap telah melanggar undang-undang. Keputusan ini didukung oleh 6 dari 7 fraksi politik yang ada di dewan, termasuk PDI-P yang mengusungnya. Hanya fraksi PKS yang menolak dengan alasan belum cukup bukti dan data.
Akhirnya, Mendagri Gamawan Fauzi angkat bicara akan hal ini dan menegaskan bahwa Tri Risma tetap menjabat sebagai Walikota Surabaya dan menilai alasan pemakzulan Risma adalah hal yang mengada-ngada. Belakangan kemudian beredar kabar bahwa hal ini disebabkan banyaknya kalangan DPRD Kotamadya Surabaya yang 'tidak senang' dengan sepak terjang politik Tri Risma yang terkenal tidak 'kompromi' dan terus maju berjuang membangun Kota Surabaya, termasuk menolak keras pembangunan tol tengah Kota Surabaya yang dinilai tidak akan bermanfaat untuk mengurai kemacetan dan lebih memilih meneruskan proyek frontage road dan MERR-IIC (Middle East Ring Road) yang akan menghubungkan area industri Rungkut hingga ke Jembatan Suramadu via area timur Surabaya yang juga akan bermanfaat untuk pemerataan pembangunan kota.
Spoiler for Bima Arya Sugiarto:
Bima Arya lahir di klinik dr Soekoyo Paledang Bogor 17 Desember 1972. Ia anak sulung dari tiga bersaudara.
Bima adalah putra dari Toni Sugiarto, salah satu tokoh Bogor yang banyak berkiprah di bidang organisasi kemasyarakatan di Bogor, salah satunya melalui Paguyuban Bogoriensis yang ia dirikan beserta tokoh-tokoh Bogor lainnya. Toni Sugiarto adalah Ketua Umum Paguyuban Bogoriensis tahun 1993-1997.
Semangat dari Paguyuban Bogoriensis inilah yang 14 tahun kemudian dilanjutkan oleh Bima Arya menjadi Paguyuban Bogor. Organisasi ini bergerak di bidang sosial ekonomi, budaya, dan pendidikan.
Karier
Saat ini Bima Arya masih aktif mengajar di Jurusan Hubungan Internasional dan Pasca sarjana Universitas Paramadina. Selain sebagai pendidik, Bima juga dikenal sebagai pengusaha dan konsultan yang sukses. Di luar kampus,Bima mendirikan Charta Politika Indonesia pada tahun 2008, suatu lembaga konsultan politik profesional.
Selain sebagai pengajar dan pengusaha, Bima juga dikenal sebagai motivator dan inspirator yang memiliki banyak ide dan gagasan yang inovatif dan kreatif. Pada tahun 2008-2009 Bima adalah pengisi acara tetap di acara parodi politik“Democrazy” di Metro TV. Suatu acara pendidikan politik yang dikemas dengan ringan dan penuh dengan tawa. Acara TV inilah yang mengenalkan Bima ke khalayak umum dan melambungkan namanya keseluruh penjuru tanah air.
Bima juga memprakarsasi program “The Next Leaders” di Metro TV, program TV pertama di Indonesia untuk generasi muda yang memadukan antara kompetisi kepemimpinan, pelatihan dan reality shows.
Spoiler for Anies Baswedan:
Anies Rasyid Baswedan Ph.D., (lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969; umur 44 tahun) Ia adalah intelektual asal Indonesia memiliki kepedulian terhadap masyarakat akar rumput khususnya dalam bidang pendidikan. Ia menelurkan Gerakan Indonesia Mengajar yang mengirimkan anak-anak muda terbaik negeri untuk mengajar di Sekolah Dasar selama satu tahun. Selain memiliki pemahaman terhadap masyarakat akar rumput, ia merupakan seorang intelektual yang memiliki kompetensi internasional, hal ini terbukti dari beberapa penghargaan internasional yang ia dapatkan.
Karier
Dalam berbagai kesempatan, Anies Baswedan selalu mengatakan ada tiga hal yang ia jadikan pedoman dalam memilih karier. Apakah secara intelektual dapat tumbuh, apakah masih dapat menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, apakah mempunyai pengaruh sosial.
Rektor Universitas Paramadina
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan menemui momen penting dalam kariernya. Ia dilantik menjadi Rektor [Universitas Paramadina]. Dilantiknya Anies menjadi rektor membuatnya tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia, dimana saat itu usianya baru menginjak 38 tahun. Anies kemudian menggagas rekrutmen anak-anak terbaik Indonesia. Strategi yang kemudian dikembangkan Anies Baswedan adalah mencanangkan Paramadina Fellowship atau beasiswa Paramadina. Beasiswa itu meliputi biaya kuliah, buku, dan biaya hidup. Strategi Paramadina Fellowship ini menunjukkan dampak yang sangat positif. Kini bahkan 25% dari sekitar 2000 mahasiswa Universitas Paramadina berasal dari beasiswa ini.
Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Gagasan ini sebenarnya berawal ketika Anies Baswedan masih menjadi mahasiswa UGM sekitar dekade 1990-an. Pada masa itu, ia bergaul dan belajar banyak dari seorang mantan rektor UGM periode 1986-1990: Prof. Dr. Koesnadi Hardjasoemantri (Pak Koes). Pada tahun 1950an, Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM), yakni sebuah program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa. Dalam beberapa kasus, PTM ini justru mendirikan SMA baru dan pertama di sebuah kota kabupaten. Pak Koes adalah inisiator sekaligus salah satu dari 8 orang yang menjadi angkatan pertama PTM ini. Beliau berangkat ke Kupang dan bekerja di sana selama beberapa tahun. Sepulangnya dari Kupang, ia mengajak serta 3 siswa paling cerdas untuk kuliah di UGM. Cerita penuh nilai dari PTM inilah salah satu sumber inspirasi bagi Indonesia Mengajar.
Selepas dari UGM, Anies Baswedan mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Amerika Serikat. Tinggal, belajar dan bekerja di sana membuatnya memahami bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan kompetensi kelas dunia untuk bersaing di lingkungan global. Tetapi, kompetensi kelas dunia saja tak cukup. Anak-anak muda Indonesia harus punya pemahaman empatik yang mendalam seperti akar rumput meresapi tanah tempatnya hidup. Semua proses di atas, secara perlahan membentuk ide besar Gerakan Indonesia Mengajar.
Tim 8 KPK
Pada 2010 Anies Baswedan tergabung dalam Tim Verifikasi Fakta dan Hukum atau dikenal dengan Tim 8 yang diketuai Adnan Buyung Nasution untuk meneliti kasus dugaan kriminalisasi terhadap Bibit Samad Rianto dan Chandra M. Hamzah. Nama kedua pemimpin Komisi ini ramai dikaitkan dalam perseteruan Kepolisian versus KPK – yang populer dengan sebutan “Cicak versus Buaya” – ketika itu.
Ketua Komite Etik KPK
Februari 2013 Anies Baswedan diminta oleh KPK untuk memimpin Komite Etik KPK – tim ad hoc bentukan pemimpin antirasuah itu. Tugas Komite ini adalah memeriksa ihwal bocornya surat perintah penyidikan (sprindik) kasus korupsi proyek Hambalang atas nama tersangka Anas Urbaningrum.
Spoiler for Basuki Tjahaja Purnama:
Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM (lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966; umur 47 tahun), atau paling dikenal dengan panggilan Hakka Ahok, adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta dari 15 Oktober 2012 yang mendampingi Gubernur Joko Widodo.
Sebelumnya Ahok merupakan anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 dari Partai Golkar namun mengundurkan diri pada 2012 setelah mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI Jakarta untuk Pemilukada 2012.
Dia pernah pula menjabat sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005-2006. Ia merupakan etnis Tionghoa pertama yang menjadi Bupati Kabupaten Belitung Timur, yang populer sebutan masyarakat setempat dengan singkatan Kabupaten Beltim.
Pada tahun 2012, ia mencalonkan diri sebagai wakil gubernur DKI berpasangan dengan Joko Widodo, wali kota Solo. Dalam pemilihan gubernur Jakarta 2012, mereka memenangkan pemilu dengan presentase 53,82% suara. Pasangan ini dicalonkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Karier, sosial, dan politik
Pada tahun 2004 Basuki terjun ke dunia politik dan bergabung di bawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (Partai PIB) sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur.
Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2005, Basuki berpasangan dengan Khairul Effendi, B.Sc. dari Partai Nasional Banteng Kemerdekaan (PNBK) ikut sebagai calon Bupati-Wakil Bupati Belitung Timur periode 2005-2010. Dengan mengantongi suara 37,13 persen pasangan ini terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Belitung Timur definitif pertama.
Pasangan Basuki-Khairul ini unggul di Kabupaten Belitung Timur yang menjadi lumbung suara Partai Bulan Bintang (PBB) pada pemilu legislatif tahun 2004 lalu. Basuki kemudian mengajukan pengunduran dirinya pada 11 Desember 2006 untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung 2007. Pada 22 Desember 2006, ia resmi menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi.
Di pilkada Gubernur Babel tahun 2007, Basuki mengambil bagian menjadi kandidat calon Gubernur. Mantan Presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendukung Basuki untuk menjadi Gubernur Bangka Belitung dan ikut berkampanye untuknya. Gus Dur menyatakan bahwa "Ahok sudah melaksanakan program terbaik ketika memimpin Kabupaten Belitung Timur dengan membebaskan biaya kesehatan kepada seluruh warganya". Namun dalam pemilihan tersebut ia dikalahkan oleh Eko Maulana Ali.
Basuki memperoleh penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari unsur penyelenggara negara dari Gerakan Tiga Pilar Kemitraan, yang terdiri dari Masyarakat Transparansi Indonesia, KADINdan Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara, pada tanggal 1 Februari 2007.
Ia dinilai berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah, antara lain dengan tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat, yaitu untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur.
Pada 2008, ia menulis buku biografi berjudul "Merubah Indonesia".
Pada tahun 2012, Basuki mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Joko Widodo.