Kaskus

Entertainment

notedcupuAvatar border
TS
notedcupu
Pesan Moral di Balik Ulang Tahun (Renungan YUK)
Pesan Moral di Balik Ulang Tahun (Renungan YUK)

SELAMAT MALAM AGAN-AGAN DAN AGANWATI, SURABAYA LAGI UJAN INI. SAMBIL SANTAI NYERUPUT KOPI, YUK BACA POSTINGAN INI---> Hari demi hari, kita slalu menghembuskan nafas. Entah berapa banyak oksigen yang kita hirup. Tak pernah kita sadari, hidup ini rupanya bergulir begitu cepat. Itu artinya, jatah hidup kita di bumi ibu pertiwi ini akan semakin berkurang. Sama halnya dengan, jatah menghirup udara bebas juga berkurang. Setiap kali kita terlelap untuk memejamkan mata di tengah malam, lalu terbangun di pagi hari, semakin cepat pula manusia menjemput kematiannya.

Nah, cepat atau lambat, itu bakalan terjadi. Pasti. (agak horor juga gue nulis ini). Gue pernah mendengar penuturan dari seorang dokter di tanyangan sebuah televisi, Dokter itu bilang begini ke pemirsanya yang ada di rumah, “Pada dasanya, ketika kita terlahir dari rahim seorang ibu, saat itulah alarm kematian mulai menjemput kita,” katanya, dengan nada yang begitu serius.

Dan gue yang semula menonton dengan santai, sambil ngemil. Seketika itu langsung tegang. Gue langsung berhenti nyemil. Ah, ada benernya juga yang di bilang dokter ini, pikir gue waktu itu.

Kalo suda begitu, gue jadi bertanya-tanya sendiri. Dalam benak ini, muncul pertanyaan yang sangat krusial: selama gue hidup di dunia, sampai detik ini. Apa aja yang udah gue perbuat untuk orang-orang terdekat? Apakah tinggkah laku gue nanti, bisa jadi suri tauladan bagi anak-anak gue, nanti?

Rasa-rasanya belum.

Namun pada akhirnya, ketika gue mulai peka dengan hal-hal semacam itu. Gue mulai berbenah apa yang belum gue lakuin dalam hidup ini. Terutama buat orang-orang terdekat gue, yaitu keluarga. Dari sini gue paham dan mulai mendiagnosa kekurangan. Terlahir nomer tiga dari tujuh bersudara, membuat gue harus bisa mendidik empat adik gue yang masih di rumah.

Ya.. se-enggaknya di usia gue yang sekarang ini, enggak telatlah buat di contoh. Makanya, setiap gue pulang kampung, rutin gue bawain mereka buku. Lewat buku inilah cara gue menyangi mereka sekaligus merangkul tanggung jawab, bahwa, enggak cuman orang tua aja yang bisa mendidik anak-anakknya. Tapi gue pun punya peran itu. Itulah alasan kenapa, gue di lahirkan terlebih dahulu.

Kembali, ke soal usia..

Dalam sejarah di keluraga gue, setiap ada anggota keluarga yang ulang tahun. Enggak pernah ada prosesi ritual nyalain lilin. Ehm.. jangan pikir aneh-aneh dulu. Makusd gue disini, bukan ngepet. Tapi, selama ini enggak pernah ada ritual, nyalain lilin di atas kue tar. Tiap ada anggota keluarga yang ulang tahun, ngerayainnya simpel aja. Cukup dengan kasih ucapan selamat lalu di timpuki dengan kerumunan doa, semoga sehat terus, dan doa kebaian-kebaikan lainnya. Jadi di kalangan keluarga gue, kue tar itu merupakan makanan langka yang jarang terjamah. Nah, kebayang kan, ndeso banget. Ah.. masa bodoh, asal enggak mental kampungan aja deh.

Tapi, meski pun enggak pernah ngerayain hari ulang tahun, baik gue dan adik-adik di rumah, tiap tahun juga enggak pernah sepi nerima undangan tiup lilin. Dengan udangan semacam itu, kita tinggal barter aja. Bawa kado untuk si pemberi undangan, lalu kita nerima potongan kue tar. Nah, dari sinilah, gue dan saudara-saudara gue yang lain… tahu apa itu kue tar.
Itulah, sejatinya makna ulang tahun.

Saling berbagi.

Mungkin bagi keluarga gue, prosesi upacara ulang tahun itu merupakan tradisi orang metropolitan. Kesannya serba mewah. Terlalu memakan anggaran untuk cara semacam itu. Atau mungkin lagi, enggak terbiasa dengan tradisi semacam itu. Tabu. Bisa juga, kontras dengan latar belakang keluarga gue, yang sederhana. Ah… terlalu banyak spekulasi. Banyak kemungkinan-kemungkinan disini.

Toh, intinya pada dasanya hanya satu.

Orang yang menerima undangan, beramai-ramai mendoakan buat si pengundang. Kalau sudah begitu, ucapan selamat panjang umur, se-akan akan telah menjadi slogan keriuhan dari dulu sampai saat ini. Tak pernah berubah.

Maka sejatinya kalau di telusuri ke kejauhan, pada dasarnya, begitu ada orang yang ulang tahun. Lalu ada yang mendoakan, panjang umur. Sepertinya kok monoton banget, itu-itu aja. Gue punya, persepektif sendiri. Bukankah, jatah umur itu sudah di gariskan, sejak ia di keluarkan dari rahim seorang ibu. Apakah orang yang, ulang tahun semakin panjang umur?. Bukankah, yang benar, semakin pendek umurnya?. Bahkan, bisa di bilang, semakin usia itu bertambah, maka jarak itu akan semakin dekat degan sang penciptanya. Jarak antara ambang batas, hidup dan mati. Hanya saja, yang membedakan antara usia sebelumnya, dengan usia yang baru. Hanya soal tapal batas, perenungan jati diri.

Karena tuntutan usia, kualitas jati diri sebenarnya di uji. Sejauh mana, kualitas perjalanan usia sebelumnya? Apa yang kurang? Apa yang perlu di benahi?. Nah, itu yang gue maksud soal, tuntutan. Penuh dengan desakan. Lalu di usia yang baru, harapan-harapan itu bermekaran, seperti bunga di musim peralian.

Maka, dari hal ini, ketika ada temen gue yang ngerayain hari ulang tahun. Gue rutin bilang, “Semoga semakin bermartabat!

SELENGKAPNYA, BACA DISINI YA GANN-->

http://boediinstitute.wordpress.com/...hun/#more-1738

BLOGG: http://boediinstitute.wordpress.com/
FACEBOOK : https://www.facebook.com/budi.sheilaon?ref=tn_tnmn
TWITTER : https://twitter.com/NotedCupu

#NOTEDCUPU TERBIT SETIAP HARI MINGGU, emoticon-Ngakakemoticon-Ngakakemoticon-Ngakakemoticon-Ngakak
0
4.7K
15
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan