Kaskus

Story

azinskadiAvatar border
TS
azinskadi
~Timeline~
~Timeline~

Assalamualaikum, salam sejahtera buat kita semua wabil khusus penghuni SFTH emoticon-Big Grin


Ikutan share cerita nih karena emg ane hobi nulis dan baca and it's my first time writing in a forum. Ini pengalaman orang gan tapi sedikit ane revisi jadi cerita fiktif biar lebih enak dibaca. Feel free buat baca dan komen asal jangan flamming, junk dan sara. Take your time~ emoticon-Blue Guy Cendol (L)

TIMELINE


PART 1 DAILY LIFE


Detak jam di sampingku mengalun dengan lembut dan teratur, lautan manusia di sekelilingku sibuk mondar-mandir dan memikirkan urusannya masing-masing, suasana terik yang menyengat ini membuatku mudah berkeringat, aku sedikit terusik karena takut orang lain dapat terganggu dengan bau badanku. Inilah keadaan yang selalu kutemui setiap hari ketika ingin menuju tempat kerjaku, duduk manis menunggu kereta yang datang adalah sesuatu yang membuatku bosan tetapi hal yang lebih membuatku bosan adalah aku mengetahui kapan tepatnya kereta itu datang "2 menit lagi", gerutuku. Dengan malas aku segera bangkit dari tempat duduk dan berdiri di pembatas.

Kereta melaju cepat dengan membawaku dan penumpang lainnya. Aku bersyukur dengan adanya teknologi canggih ini aku bisa menuju tempat kerja dengan mudah, murah dan cepat. Sangat tidak nyaman sekali jika kemana-mana harus berjalan kaki, pemandangan di luar silih berganti seakan tiap tempat memiliki potret keadaan yang berbeda dan keunikannya sendiri. Entah mengapa rasa kantuk ini tak bisa dilawan duh, rasanya mata ini benar-benar berat untuk menahan agar terus terbuka, secara perlahan mataku tertutup sambil menghadap ibu yang sedang menggendong bayinya, seorang pria yang terlihat seperti businessman dan pria paruh baya yang sedang mendengarkan lagu lewat earphonenya aku hafal betul penampilan mereka walau dalam keadaan hampir tertidur.

Gesekan roda kereta dan rel besi menderit begitu nyaring membuatku terjaga dari buaian mimpi terpikir bahwa waktu saat ini pasti jam 07:18 dan ketika kulihat jam di handphoneku waktu yang kuprediksi tidak meleset, artinya aku akan segera sampai di tempat kerjaku sedikit lagi. Aku hanyalah seorang lulusan diploma 3 akuntansi, berharap bekerja di perusahaan-perusahaan besar hanyalah mimpi yang sulit dicapai keputusanku bekerja di sebuah percetakan kuanggap sesuatu yang tepat walaupun gajinya tidak seberapa setidaknya kebutuhan sehari-hariku terpenuhi dan juga masih ada sisa untuk menabung. Dengan semangat aku melangkahkan kaki keluar dari kereta dan kembali menggerutu sambil membuat prediksi waktu “yak, tepat jam 07:30”, dan sekali lagi prediksiku tepat karena jam yang berada di stasiun kereta menunjukan waktu yang sama persis dengan prediksiku.

Tidak ada yang spesial dari pekerjaanku hanya melayani pelanggan untuk mencetak dokumen, foto atau poster dan mencatat kegiatan administrasi setiap harinya. “Selamat pagi boss”, aku menyapa sang pemilik percetakan yang sedang melamun menatap pintu masuk karyawan “Ah iya, selamat pagi. Cepat pakai seragam kerjamu sedikit lagi waktunya ramai pelanggan”, balasnya sedikit terkejut. Sambil mengangguk aku segera masuk ke tempat ganti baju karyawan dan mempersiapkan diri untuk bekerja, Deni operator IT percetakan kami akan datang 30 menit lagi, Lisa di bagian yang sama denganku akan datang 13 menit lagi dan Istri Pak Bos akan datang saat makan siang, sebelum keluar dari ruang ganti baju aku mulai melakukan lagi sebuah prediksi yang mungkin ketepatannya 100%.

Jam menunjukan pukul 08:22 tepat 12 menit setelah aku keluar dari ruang ganti baju dengan segera aku menuju ke depan pintu masuk karyawan untuk mengagetkan Lisa yang sedikit lagi datang. Aku mulai menghitung mundur ketika menit ke-22 hendak berubah menjadi menit ke-23 dan... “Doooooor!”, aku berteriak sekencang mungkin di depan pintu masuk karyawan, Lisa yang baru masuk langsung mengeluarkan lantunan latahnya “Eh, moncrot jabang bocah. Pagi-pagi baru dateng udah dikerjain aja dasar”, belum selesai aku terbahak-bahak karena perilaku Lisa tiba-tiba Pak Bos mengetuk rak kaca di depannya tanda bahwa kami harus segera kembali serius untuk bekerja. Aku menghirup nafas dan segera kembali ke belakang rak kaca di samping Pak Bos, ingin sekali aku berkata bahwa dari sekarang sampai pukul 09:00 hanya akan ada satu pelanggan dan pelanggan itu adalah seorang anak SD yang ingin memfotokopi rapor kelas 5-nya namun Pak Bos pasti tidak akan memperdulikan kata-kataku.

Pukul 08:45, 5 menit setelah Deni datang atau lebih tepatnya 35 menit setelah aku keluar dari ruang ganti baju seorang anak SD masuk ke dalam percetakan kami dan meminta Lisa untuk memfotokopi rapornya sebanyak 3 kali, aku segera mencatat transaksi yang baru saja dilakukan dalam sebuah jurnal kecil milik Pak Bos. Setelah ini akan datang seorang karyawati pada pukul 09:10 membeli map berwarna biru dan memfotokopi KTP-nya sebanyak 2 kali lalu pada pukul 09:14 2 orang pelanggan akan datang masing-masing seorang kakek-kakek berumur sekitar 50 tahun ingin membeli pensil warna untuk cucunya dan satu pelanggan lagi seorang businessman yang ingin mencetak poster seminar untuk kantornya, seminar tersebut akan dilaksanakan 3 hari lagi dan gratis untuk semua karyawan. Ingin sekali aku selesaikan jurnal transaksi hari ini karena aku sudah tahu siapa saja pelanggan hari ini dan apa saja kegiatan transaksi yang mereka lakukan daripada harus melamun menunggu pelanggan sambil duduk diam di samping pak bos.

“Den, poster pesenan bapak itu di-print sekarang ya terus langsung dikasih”, aku meminta Deni untuk segera menuntaskan pesanan poster milik bapak yang datang pada pukul 09:14 sedangkan Lisa sudah selesai melayani kakek yang membeli pensil warna. Sehabis ini sekitar 25 pelanggan lagi akan datang berturut-turut dari pukul 09:30 sampai percetakan ini istirahat makan siang, kebosanan yang kurasakan sama seperti saat ada di kereta pekerjaan sehari-hari memang membosankan namun lebih membosankan lagi apabila kita sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan seolah-olah pepatah yang mengatakan bahwa hari esok adalah misteri tidak berlaku untukku.

Pintu masuk karyawan bergeser dengan pelan, tampak Istri Pak Bos masuk ke dalam percetakan sambil membawa rantang berisi makan siang untuk Pak Bos. Kadang-kadang kalau suasana hati Istri Pak Bos sedang cerah Deni, Lisa dan aku juga diberi makan siang olehnya namun hari ini nampaknya suasana hati Istri Pak Bos sedang mendung atau lebih tepatnya berawan. “Pah makanannya diabisin yah, mamah mau ke tokonya Meimei dulu katanya dia baru beli teflon yang harganya mahal itu”, setelah menaruh rantang dan mengucapkan ‘salam penutup’ Istri Pak Bos langsung berhembus secepat kilat menuju toko elektronik yang berada 2 blok di samping percetakan kami. Naluriku untuk memprediksi sesuatu keluar secara tak sengaja kali ini aku memprediksi lauk yang akan dimakan Pak Bos dan lauk yang berada dalam rantang besi tersebut adalah ikan goreng, tempe dan cah kangkung. Rantang paling atas dibuka Pak Bos dan isinya adalah tempe, rantang kedua dibuka dan isinya adalah ikan goreng, rantang paling dasar dibuka benar saja isinya adalah cah kangkung buatan istri tercinta. “Den, Lis, ke warung bude yuk!”, aku mengajak Deni dan Lisa untuk segera menghabiskan waktu istirahat siang kami daripada memperhatikan Pak Bos menyantap masakan Istrinya yang kelihatannya nikmat.

Jurnal transaksi sudah mencatat 32 transaksi pelanggan sampai saat ini, pukul 15:00. Jika hari ini percetakan kami tutup pukul 20:30 seperti yang kuprediksikan maka akan ada 46 transaksi lagi karena total transaksi hari ini adalah 78 transaksi. Udara di luar percetakan terlihat sangat panas, untung saja Pak Bos tidak pelit mengeluarkan sepeser uang untuk membeli air conditioner keluaran terbaru untuk percetakan ini tetapi nampaknya para pegawai menjadi salah kaprah dengan adanya mesin pendingin tersebut karena dalam kurun waktu 15 menit tak ada pelanggan yang kunjung datang mereka semua tertidur dengan pose duduk bersender pada rak kaca. Secara diam-diam aku segera menuliskan semua transaksi hari ini yang ada dalam prediksiku agar sore sampai malam nanti aku bisa bermalas-malasan dan membuktikan bahwa aku bisa membalas dendam perbuatan mereka, tidur disaat jam kerja.

Pukul 20:30, Pak Bos memintaku untuk mengunci seluruh pintu percetakan dengan ini semua prediksiku hari ini tepat dan tak ada satupun yang salah mulai dari datangnya kereta, sampainya kereta di stasiun, jumlah pelanggan dan apa saja transaksinya, lauk yang dimakan Pak Bos dan jam tutup percetakan hari ini. Namun ketika aku selesai mengunci percetakan dan ingin memberikan kunci pada Pak Bos ada sesuatu yang terjadi di luar prediksiku, tiba-tiba Deni menepuk pundakku dan berkata “Mau nemenin gue dulu ga? Sebentar aja bro, plis banget nih”, “Mau kemana emang lo?”, aku menjawab permintaan Deni “Udah ikut aja dulu nanti sambil jalan gue kasih tau”, tanpa penolakan aku segera mengikuti langkah kaki Deni ke sesuatu tempat. “Jadi, lo hadir ke pernikahan dia gak besok?”, Deni menanyakan sesuatu yang tak terprediksi olehku “Nggg, gataulah kata pepatah hari esok itu kan misteri Den”, aku mencoba menghindari topik pembicaraan karena aku memang tidak ingin membicarakannya.

Tempat ini adalah tempat dimana semua dimulai, tempat ini adalah tempat dimana semua tiada akhirnya, tempat ini adalah tempat dimana aku selalu berjalan di tempat, tidak maju maupun mundur, tidak ke depan maupun ke belakang. “Jadi, lo mau ngapain Den disini?”, aku meminta penjelasan kepada Deni yang membawaku ke tempat yang penuh dengan ingatan yang tidak ingin aku ingat ini “Lo boleh bilang gue gila bro tapi tolong percaya ama gue, tadi pagi pas gue berangkat kerja ada anak kecil yang ngancem gue supaya ngebawa lo ke tempat ini pas pulang kerja”, penjelasan dari Deni cukup jelas, sangat jelas hingga membuat aku merinding “Anak kecilnya gondrong ya den? kulitnya sawo mateng trus pake baju merah ama celana pendek?”, aku mencoba memperjelas pembicaraan ini “Anak kecil itu persis kaya yang lo bilang tadi”, apa yang Deni katakan cukup membuatku mengerti apa yang dinginkan oleh anak kecil itu, seakan dia berkata padaku bahwa permainan, film dan lagu memiliki waktu dimana mereka berhenti dan selesai tapi mengapa kamu tidak ingin semua ini selesai? mengapa kamu rela melakukan hal yang sama berulang-ulang? kata-kata itu terus berdengung di benakku.

Insya allah update tiap 3 hari ya gan emoticon-I Love Kaskus
Diubah oleh azinskadi 26-11-2013 09:24
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
2.1K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan