- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Masihkah percaya ramalan astrologi?
TS
japanisti
Masihkah percaya ramalan astrologi?
lebih dari 2300 tahun yang lalu, orang
Babilonia percaya bahwa dewa-dewa tinggal di antara bintang dan benda langit serta memiliki kekuatan untuk mengendalikan nasib manusia. Orang Babilonia membagi langit menjadi 12 rasi
bintang yang sekarang kita kenal sebagai zodiak (sistem horoskop). Menurut sistem
horoskop, kepribadian dan kejadian masa depan kita dapat diketahui dari posisi matahari, bulan, dan benda langit lainnya
saat kita lahir. Semacam ada kekuatan yang mempengaruhi kehidupan di Bumi. Ada yang bilang kekuatan itu berupa gravitasi, elektromagnetik, dan lain-lain. Tapi kenyatannya, benarkah seperti itu? Yuk kita kupas tuntas semuanya tentang ramalan astrologi
Tinjauan Psikologi terhadap Astrologi
Nah, kenapa kok astrologi itu kayaknya benar? ente pernah denger gak tentang validasi subjektif?
"Validasi Subjektif" itu terjadi ketika dua peristiwa yang tidak terkait atau acak dianggap berhubungan karena keyakinan
atau ekspektasi menuntut adanya hubungan antara dua peristiwa itu. Dengan kata lain, kita sendiri yang menghubung-hubungkan persepsi kepribadian diri dengan isi horoskop.
Konsep validasi subjektif diuji pertama kali oleh psikolog Bertram R. Forer. Forer
memberikan tes kepribadian kepada siswa-siswa di sebuah kelas. Setelah itu, hasil/analisis kepribadian dibagikan ke setiap
siswa. Dia bilang ke siswanya, kalo mereka dapet analisis yang unik (berbeda satu sama lain) sesuai hasil tes sebelumnya.
Trus, mereka diminta untuk kasih skor ke analisis kepribadian yang mereka terima:
skala 0 (sangat buruk) - 5 (sangat baik) kesesuaiannya dengan diri mereka.
Tapi ada triknya nih:
setiap siswa menerima analisis yang sama persis. Tapi, rata-rata skor penilaian siswa satu kelas terhadap analisis yang mereka terima adalah 4,26. Menurut
para siswa, analisisnya 85% akurat. Nah lho, kok bisa analisis yang sama dianggap
akurat oleh banyak orang?
Coba deh perhatikan potongan analisis yang disajikan ke siswa- siswa tersebut :
Kamu punya kebutuhan untuk disukai dan dipuja orang lain.
Kamu punya potensi besar yang belum kamu manfaatkan sebaik mungkin.
Beberapa impianmu cenderung tidak realistis.
Kamu adalah pemikir mandiri dan tidak menerima perkataan orang lain tanpa bukti yang jelas.
Kalimat-kalimat di atas umum banget, samar (vague), jadi bisa berlaku untuk siapa saja.
Pernyataan ini disebut dengan Barnum statement .
Ini berlaku pada ramalan zodiak, kata-katanya samar, ga spesifik. Jadi bisa ngena/nge-hit siapa aja.
Pisces itu katanya penuh kasih. Lah, ane tau teman ane yang Capricorn juga penuh
kasih.
Aries itu katanya mandiri. Lah, ane (yang katanya) Pisces juga mandiri.
Semua orang juga bisa bilang dirinya mandiri.
Dalam eksperimen lain, seorang astrolog Perancis yang terkenal, Michael Gauquelin ingin menguji profesi astrologi secara ilmiah.
Ia menawarkan ramalan horoskop individual gratis untuk setiap pembaca sebuah majalah dan meminta feedback mereka mengenai keakuratan analisis
individualnya.
Triknya sama dengan eksperimen Forer: ia menggunakan ramalan horoskop yang sama persis ke ribuan pembaca dengan horoskop yang berbeda-beda. Hasilnya? 94% pembaca menjawab bahwa ramalannya sangat akurat dan mendalam.
Ini adalah contoh validasi subjektif. Orang hanya fokus pada bagian yang benar, yang ngena ( hits) dari sejumlah
analisis umum. Astrolog mengandalkan kemampuan manusia untuk lebih mengingat "hits" dan melupakan ramalan
yang meleset (selective bias ).
Bahkan kalo ada prediksi yang akurat, bisa jadi itu kebetulan belaka.
Mungkin ente bisa ngerasain sendiri ketika baca ramalan zodiak. Pas baca kalimat yang menurut ente ga make sense, ga ente peduliin.
Sekalinya baca kalimat yang KEBETULAN benar dengan situasi yang sedang ente hadapi, “ Wah bener banget!”
Sama juga dengan ramalan kejadian yang akan terjadi. Jika ramalan ga terjadi, ya ente nyantai aja. Ga terlalu menghiraukan.
Toh, ramalan zodiak doang. Tapi sekalinya kebetulan tuh kejadian beneran, “Gila, ramalan bintang ane bener! ”
Efek ini terus terakumulasi dari waktu ke waktu, membuat astrologi tetap berjaya dan dipercaya.
Astrologi dalam Menilai Kecocokan
Pasangan
“ane lihat di internet, Cancer itu cocoknya sama Scorpio. ane pacaran sama Scorpio, trus kita putus. ane baca lagi, ternyata Cancer itu cocoknya sama
Pisces. Eh, ane nemu majalah, Cancer cocoknya sama Taurus. Jadinya ane mesti pacaran sama siapa?”
Sebuah survey terhadap 2.978
pasangan menikah dan 478 pasangan yang bercerai menunjukkan bahwa tidak ada
korelasi sama sekali antara perceraian dengan kecocokan zodiak.
Coba pikir lagi baik-baik...
Pas ente baca horoskop dan jika horoskop itu benar, kepikiran ga bahwa berarti 1/12 populasi dunia juga mengalami nasib serupa? Mungkin ga tuh? Kalo kita ambil asumsi populasi manusia di dunia sekarang ini sekitar 7 milyar manusia, dan katakanlah diasumsikan semua manusia lahir secara tersebar dalam 12 bulan. Berarti 1/12 populasi manusia itu ada 584
juta manusia.
Sekarang kalo ramalan astrologi ente
kebetulan bener bilang ente putus sama
pacar, apakah 1/12 populasi bumi ini juga lagi putus sama pacarnya? Kalo minggu ini ente lagi kenal bisul di pantat, apakah ada
584 juta manusia lainnya juga ikutan kena bisul di pantat?
Mau coba sendiri nge-debunk
astrologi? Gampang kok.
Ramalan astrologi selalu ga konsisten. Kumpulin aja ramalan astrologi dari berbagai sumber. Bandingkan satu sama lain dan hasilnya pasti ga sama .
semoga bermanfaat gan ..
Babilonia percaya bahwa dewa-dewa tinggal di antara bintang dan benda langit serta memiliki kekuatan untuk mengendalikan nasib manusia. Orang Babilonia membagi langit menjadi 12 rasi
bintang yang sekarang kita kenal sebagai zodiak (sistem horoskop). Menurut sistem
horoskop, kepribadian dan kejadian masa depan kita dapat diketahui dari posisi matahari, bulan, dan benda langit lainnya
saat kita lahir. Semacam ada kekuatan yang mempengaruhi kehidupan di Bumi. Ada yang bilang kekuatan itu berupa gravitasi, elektromagnetik, dan lain-lain. Tapi kenyatannya, benarkah seperti itu? Yuk kita kupas tuntas semuanya tentang ramalan astrologi
Tinjauan Psikologi terhadap Astrologi
Nah, kenapa kok astrologi itu kayaknya benar? ente pernah denger gak tentang validasi subjektif?
"Validasi Subjektif" itu terjadi ketika dua peristiwa yang tidak terkait atau acak dianggap berhubungan karena keyakinan
atau ekspektasi menuntut adanya hubungan antara dua peristiwa itu. Dengan kata lain, kita sendiri yang menghubung-hubungkan persepsi kepribadian diri dengan isi horoskop.
Konsep validasi subjektif diuji pertama kali oleh psikolog Bertram R. Forer. Forer
memberikan tes kepribadian kepada siswa-siswa di sebuah kelas. Setelah itu, hasil/analisis kepribadian dibagikan ke setiap
siswa. Dia bilang ke siswanya, kalo mereka dapet analisis yang unik (berbeda satu sama lain) sesuai hasil tes sebelumnya.
Trus, mereka diminta untuk kasih skor ke analisis kepribadian yang mereka terima:
skala 0 (sangat buruk) - 5 (sangat baik) kesesuaiannya dengan diri mereka.
Tapi ada triknya nih:
setiap siswa menerima analisis yang sama persis. Tapi, rata-rata skor penilaian siswa satu kelas terhadap analisis yang mereka terima adalah 4,26. Menurut
para siswa, analisisnya 85% akurat. Nah lho, kok bisa analisis yang sama dianggap
akurat oleh banyak orang?
Coba deh perhatikan potongan analisis yang disajikan ke siswa- siswa tersebut :
Kamu punya kebutuhan untuk disukai dan dipuja orang lain.
Kamu punya potensi besar yang belum kamu manfaatkan sebaik mungkin.
Beberapa impianmu cenderung tidak realistis.
Kamu adalah pemikir mandiri dan tidak menerima perkataan orang lain tanpa bukti yang jelas.
Kalimat-kalimat di atas umum banget, samar (vague), jadi bisa berlaku untuk siapa saja.
Pernyataan ini disebut dengan Barnum statement .
Ini berlaku pada ramalan zodiak, kata-katanya samar, ga spesifik. Jadi bisa ngena/nge-hit siapa aja.
Pisces itu katanya penuh kasih. Lah, ane tau teman ane yang Capricorn juga penuh
kasih.
Aries itu katanya mandiri. Lah, ane (yang katanya) Pisces juga mandiri.
Semua orang juga bisa bilang dirinya mandiri.
Dalam eksperimen lain, seorang astrolog Perancis yang terkenal, Michael Gauquelin ingin menguji profesi astrologi secara ilmiah.
Ia menawarkan ramalan horoskop individual gratis untuk setiap pembaca sebuah majalah dan meminta feedback mereka mengenai keakuratan analisis
individualnya.
Triknya sama dengan eksperimen Forer: ia menggunakan ramalan horoskop yang sama persis ke ribuan pembaca dengan horoskop yang berbeda-beda. Hasilnya? 94% pembaca menjawab bahwa ramalannya sangat akurat dan mendalam.
Ini adalah contoh validasi subjektif. Orang hanya fokus pada bagian yang benar, yang ngena ( hits) dari sejumlah
analisis umum. Astrolog mengandalkan kemampuan manusia untuk lebih mengingat "hits" dan melupakan ramalan
yang meleset (selective bias ).
Bahkan kalo ada prediksi yang akurat, bisa jadi itu kebetulan belaka.
Mungkin ente bisa ngerasain sendiri ketika baca ramalan zodiak. Pas baca kalimat yang menurut ente ga make sense, ga ente peduliin.
Sekalinya baca kalimat yang KEBETULAN benar dengan situasi yang sedang ente hadapi, “ Wah bener banget!”
Sama juga dengan ramalan kejadian yang akan terjadi. Jika ramalan ga terjadi, ya ente nyantai aja. Ga terlalu menghiraukan.
Toh, ramalan zodiak doang. Tapi sekalinya kebetulan tuh kejadian beneran, “Gila, ramalan bintang ane bener! ”
Efek ini terus terakumulasi dari waktu ke waktu, membuat astrologi tetap berjaya dan dipercaya.
Astrologi dalam Menilai Kecocokan
Pasangan
“ane lihat di internet, Cancer itu cocoknya sama Scorpio. ane pacaran sama Scorpio, trus kita putus. ane baca lagi, ternyata Cancer itu cocoknya sama
Pisces. Eh, ane nemu majalah, Cancer cocoknya sama Taurus. Jadinya ane mesti pacaran sama siapa?”
Sebuah survey terhadap 2.978
pasangan menikah dan 478 pasangan yang bercerai menunjukkan bahwa tidak ada
korelasi sama sekali antara perceraian dengan kecocokan zodiak.
Coba pikir lagi baik-baik...
Pas ente baca horoskop dan jika horoskop itu benar, kepikiran ga bahwa berarti 1/12 populasi dunia juga mengalami nasib serupa? Mungkin ga tuh? Kalo kita ambil asumsi populasi manusia di dunia sekarang ini sekitar 7 milyar manusia, dan katakanlah diasumsikan semua manusia lahir secara tersebar dalam 12 bulan. Berarti 1/12 populasi manusia itu ada 584
juta manusia.
Sekarang kalo ramalan astrologi ente

kebetulan bener bilang ente putus sama
pacar, apakah 1/12 populasi bumi ini juga lagi putus sama pacarnya? Kalo minggu ini ente lagi kenal bisul di pantat, apakah ada
584 juta manusia lainnya juga ikutan kena bisul di pantat?
Mau coba sendiri nge-debunk
astrologi? Gampang kok.
Ramalan astrologi selalu ga konsisten. Kumpulin aja ramalan astrologi dari berbagai sumber. Bandingkan satu sama lain dan hasilnya pasti ga sama .
semoga bermanfaat gan ..

0
3.3K
27
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan