Ternyata Banyak Caleg Yang Jual Diri [ Ancur Negri Kalau Seperti Ini Terus ]
TS
khudhori
Ternyata Banyak Caleg Yang Jual Diri [ Ancur Negri Kalau Seperti Ini Terus ]
Quote:
SELAMAT DATANG DI THREAD ANE GAN
Quote:
SEMOGA NGGAK REPOST
Spoiler for Pertama-tama:
Spoiler for TS mengharapkan:
Spoiler for TS menolak:
Quote:
Inilah tahun politik. Tahun di mana banyak orang berlomba jual diri, demi memperoleh simpati publik. Calon legislator daerah hingga tingkat pusat, bergiat mengumpulkan dukungan demi satu kursi di jajaran anggota dewan. Segala cara dikejar, termasuk memanfaatkan jasa makelar.
Mata Najwa malam ini menghadirkan kesaksian seorang pengerah suara untuk calon anggota legislatif. Khoirul Anam, yang biasa disapa Aam, berterus terang mengaku beberapa kali dibayar caleg untuk mengumpulkan dukungan suara. Ia tak keberatan disebut melakoni profesi sebagai calo suara. Dari jasa yang ia berikan, Aam mengaku mampu mengumpulkan uang yang tak sedikit. Bahkan bisa untuk membeli rumah.
Tahun ini Aam pun tengah mengawal suara untuk seorang caleg DPRD DKI Jakarta dari partai Golkar, Eko Angkawidjaja. Eko juga hadir dan menceritakan alasannya menggunakan jasa Aam. Ia dijanjikan memperoleh ribuan suara di daerah Jati Pulo, yang merupakan salah satu dapilnya.
Tak hanya bagi caleg baru, namun juga caleg yang sebelumnya sudah menjadi wakil rakyat. Desmon Junaidi Mahesa, legislator Partai Gerindra, merasakan beratnya bertarung menuju Senayan. Apalagi tahun depan ia harus berpindah daerah pemilihan, dengan tipikal masyarakat yang jauh berbeda dengan dapil sebelumnya. Sedangkan bagi mantan petenis, Yayuk Basuki, terjun ke dunia politik adalah pengalaman baru. Ia mengaku sangat kaget ketika ada calo menjanjikan Yayuk akan menang di dapil Jawa Tengah I dari PAN, asal menyetor Rp 3,9 miliar.
Selain soal calo suara, pemilu tahun depan juga dihadapkan pada pembatasan cara “jual diri” para caleg. Mereka tidak boleh memasang baliho dan spanduk di sembarang tempat, dan jumlahnya pun diatur ketat. Hal yang menurut Ketua Bappilu Partai nasdem, Ferry Mursidan Baldan sebagai pembatasan yang membuat konstituen memilih kucing dalam karung. Namun bagi komisioner KPU, Arif Budiman, pembatasan itu demi menjaga prinsip kesetaraan berkompetisi, mengedepankan kampanye dialogis untuk paparan visi misi.