Xiamen
Sekilas tentang kota ini. Kota ini terletak di sisi Tenggara Cina, dan merupakan bagian dari provinsi Fujian. Letak Kota ini juga terletak di pinggir Selat Taiwan, sehingga kota ini juga merupakan salah satu pelabuhan yang teramai di Cina dan kota ini juga berseberangan langsung dengan saudaranya, yaitu Pulau Taiwan. Kota ini dipilih sebagai Kota yang paling enak untuk ditinggali nomor 2 di Cina, dan Kota teromantis di Cina tahun 2011.
Mari kita lihat rata-rata suhu di kota ini :

Seperti yang kita ketahui, karena lokasinya cukup terletak di sisi selatan Cina, maka suhu di kota ini saat Winter (Musim Dingin) tidak terlalu dingin, bahkan tidak dingin untuk ukuran Cina, dimana kota-kota besar lainnya yang terletak di sisi lebih utaranya seperti Beijing bisa mencapai -2 hingga -3 saat Winter, ataupun dengan kota Shanghai dimana bisa mencapai 4 atau 5 derajat (Apalagi dibangin dengan Cina bagian Timur Laut, dimana winternya bisa mencapai -20 hingga -30 derajat) Dimana di Kota Xiamen sendiri rata-rata suhu saat musim dingin hanya 12-14 derajat. Tetapi Musim dingin di Xiamen sendiri juga masih sedikit lebih dingin daripada kota-kota di sisi paling selatan Cina lainnya, seperti Guangzhou, Hong Kong ataupun Haikou. Tetapi meski tidak dingin untuk ukuran Cina, musim dingin di Xiamen cukup membuat orang-orang yang terbiasa iklim tropis seperti Indonesia menggigil kedinginan, terutama bila anginnya kencang (Bandingkan, suhu rata-rata di Bandung, salah satu kota yang cukup sejuk di Indonesia hanyalah berkisar 22-23 derajat).
Mari Kita lihat pemandangan Kota ini :

Pantai yang cantik

Gedung-gedung tinggi

Jalanan pinggir laut

Cantik ya kotanya ?

Sisi tradisional kota ini
Kalau Jakarta boleh berbangga karena memiliki jalur busway atau Trans Jakarta dengan jarak lintasan terpanjang dan jumlah halte terbanyak, namun Xia Men bisa lebih bangga lagi karena memiliki BRT atau Bus Rapid Transportation yang benar-benar bebas hambatan.
BRT di Xiamen baru mulai dioperasikan sejak tahun 2008, memiliki tiga koridor dengan total panjang lintasan sekitar 67kilometer dan memiliki 47 stasiun saja. Kalah jauh dibandingkan dengan Jakarta yang konon memiliki belasan koridor dengan panjang lintasan hampir 200 kilometer.
Namun yang membedakan adalah jalur lintasan BRT di kota Xiamen dibangun dengan jalur layang dan stasiun yang besar dan nyaman. Stasiun BRT menghubungkan tempat yang penting sehingga mendukung transportasi intermoda yang menghubungkan bandar udara , stasiun kereta sepeti Xiamen Railway Station dan Xiamen North Railway Station, dan juga beberapa jalur pengumpan atau feeder line. Uniknya lagi, ongkosnya cukup murah dan diatur berdasarkan jarak tempuhnya.
Pengalaman saya naik busway atau BRT di Xiamen dimulai dari Xiamen Railway station sekembalinya dari perjalanan ke kota Quanzhou dengan naik kereta peluru dengan kecepatan lebih dari 200 km/jam yang disebut CHR atau China Highspeed Railway. Persis di depan Xia Men Zhan, terdapat jalur melayang yang pada malam hari dihiasi lampu berwarna biru. Ini adalah jalur BRT yang melayang ke segenap penjuru kota. Dan di atas terlihat stasiun BRT yang mirip stasiun kereta layang ataupun monorail.
Memasuki stasiun, saya melihat peta jaringan BRT yang terdiri dari tiga koridor, Tujuan saya adalah stasiun terakhir di koridor satu , dua , dan tiga yang terletak tidak jauh dari pelabuhan ferry ke Gulangyu . Tujuan kami adalah kawasan belanja yang dikhususkan bagi pejalan kaki yang terkenal yaitu Zhongshanlu. Menurut peta kita dapat naik sampai ke stasiun No 1 Port atau Di Yi Ma Tao dan kemudian pindah ke jalur pengumpan L1 sampai ke halte Lunduzhan di Lujiang Dao persis di sebrang Zhongshan lu.
Tugas pertama tentu saja membeli tiket. Bagi yang memiliki smart card atau E-Tong Card (Baca : i-Thong, bukan etong

) tentu saja tinggal sentuh dan bisa masuk ke stasiun. Namun untuk membeli tilket kita harus menyebutkan nama stasiun tujuan yang harus diucapkan dalam bahasa Mandarin. Karena susah menyebutkan nama Di Yi Ma Tao, akhirnya seorang teman membuat foto nama stasiun dengan telpon genggam dan menunjukannya ke petugas loket. Hanya enam stasiun dari Xiamen Zhan ini. Petugas loket pun tersenyum dan menyebutkan bahwa harga tiket hanya 8 Jiao atau 0,8 Yuan alias sekitar 1200 rupiah per orang. Wah benar-benar murah yah. Bandingkan dengan busway di Jakarta yang jauh dekat tiketnya 3500 Rupiah.
Tiket berupa sebuah token bulat berwarna biru yang hanya kita sentuh pada pintu atau turn style. Dengan menyentuhkan token, penumpang pun bisa masuk ke stasiun untuk kemudian naik ke platform stasiun, Asyiknya selain menggunakan tangga, kita juga dapat menggunakan eskalator.
Tidak lama kemudian bus BRT atau busway yang berwarna biru pun merapat ke halte dan para penumpang segera naik ke dalam bus. Bus kemudian berjalan cepat di lintasan yang benar-benar khusus buat BRT. Seratus persen tanpa hambatan dan dalam waktu hanya sekitar 10 menit kami sudah sampai di tujuan. Padahal kalau saja kita naik taksi bisa lebih dari duapuluh menit Karena harus melewati beberapa lampu merah .
Asyiknya lagi di dalam bus selain pengumuman berupa papan elektronik yang menunjukan nama stasiun berikut, terdapat juga sebuah peta elektronik yang menunjukan posisi bus. Persis seperti yang terdapat di kereta bawah tanah di Beijing , Shanghai, maupun Nanjing. Sayangnya semuanya hanya tertlulis dalam aksara Hanzi (Aksara Cina). Dalam perjalanan, bus kami melewati stasiun Wen Zhao, Er Shi, Douxi Lukou, Shibei, dan Kaihe Lukou sebelum akhirnya sampai di stasiun terakhir yaitu Di yi Ma Tao. Stasiun ini merupakan terminal terakhir sehingga terlihat banyak sekali bus yang ada disini.
Dari sini, kami pindah ke jalur pengumpan L1 demgan tujuan Lunduzhan yang hanya dua halte saja. Dan kali ini ongkosnya lebih murah lagi yaitu hanya 5 Jiao atau 750 Rupiah saja. Itu pun karena kita salah menunjuk halte ke tiga yaitu He Ping Ma Tao. Benar-benar pengalaman naik Busway yang berkesan di Xiamen.!
Dan Saya pun bermimpi, seandainya jalan layang yang sekarang dibangun baik dari Tanah Abang sampai ke Kampung Melayu, maupun di Antasari digunakan saja untuk Busway, tentunya akan lebih bermanfaat untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Jakarta dibandingkan digunakan bagi kendaraan pribadi? Tentu naik busway di Jakarta tidak akan kalah cepat dan nyamannya dibandingkan dengan naik BRT di Xiamen. Semoga!
Sumber