- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
benarkah HACKER underground di Indonesia sudah mati? (MASUK)


TS
bobbyfirdaus
benarkah HACKER underground di Indonesia sudah mati? (MASUK)
setelah ane berjalan jalan di beberapa forum team hacker,defacer,phreaker yg khususnya di indonesia dan menilik setiap anggota yg sdg beraksi,ane emang agak sedikit kecewa mengapa menjadi begini 
naah pas jalan jalan lagi ane nemu suatu link yg bersumber dr sesepuh team/forum hacker underground khususnya di indonesia yg bercerita mengenai perkembangan dan kondisi hacker di indonesia saat ini yg setelah ane baca,emang bener juga sih kerasa sama ane juga gan
TS ini dibuat bukan utk merusak,menghina,ataupun melecehkan kaum hacker underground di indonesia,tetapi agar kita mengetahui bagaimana kondisi hacker underground saat ini dibandingkan jaman dulu,
silahkan dibaca dibawah ane,ditunggu
nya ya gan jika memang TS ini berguna 
[[The Underground Scene Is Dead.]]
Brought To You By : anonymous
anonymous [[AT]] echo.or.id
Ketika saya diminta untuk menulis artikel ini, sejujurnya saya bingung mau
menulis apa. Lalu saya bertanya kepada y3dips, isu apa yang sekiranya menarik akhir-akhir ini. Saya mendapat jawaban, underground scene di Indonesia sudah mati.
Dunia keamanan informasi memang tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi hal-hal yang menarik. Tidak ada lagi tantangan. Tidak banyak hacker konsisten dengan aktivitasnya. Terlalu banyak geng hacking yang tidak jelas konsep dan tujuannya.
Apakah ini tanda bahwa generasi yang seharusnya menjadi penerus melihat bahwa hacking adalah aktivitas yang buang-buang waktu saja? Atau berpikir bahwa hacking identik dengan aktivitas kejahatan? Atau... mungkin malah berpikir bahwa hacking itu adalah hal yang mudah yang dapat dipelajari dengan seminggu kursus dan kemudian akan mendapat gelar Certified Ethical Hacker?
Mungkinkah karena tidak ada lagi hal yang membuat seseorang menjadi tertantang untuk melakukan eksplorasi? Inikah hasil dari kemudahan konsep framework dan object-oriented programming?
Dulu, ketika saya mulai terjun ke dunia keamanan informasi, saya harus
meraba-raba dalam kegelapan. Saya harus merelakan tagihan telepon rumah
bengkak agar bisa mengakses Internet. Saya harus rela untuk bersabar mendapatkan account dial-up curian. Saya harus rela untuk digigit nyamuk demi untuk mengakses Internet mencantol akses ke jaringan telepon kartu. Hal yang saya alami, juga dialami oleh sebagian besar hacker di jaman itu.
Sekarang, hampir semua orang yang berada di kota-kota besar di Indonesia
berkesempatan untuk mengakses Internet dengan mudahnya. Dial-up sepertinya adalah teknologi yang hanya diingat oleh sebagian kecil orang saja. Wireless mendominasi infrastruktur jaringan. Tidak hanya itu, website yang memberikan informasi bagaimana melakukan penyusupan ke dalam jaringanpun cukup banyak jumlahnya.
Dulu, untuk dapat mengetahui informasi mengenai suatu sistem, saya dan
rekan-rekan harus berburu mendapatkan manual yang tidak tersedia bebas.
Beberapa diantaranya harus melakukan reverse engineering. Komunitas menjadi tempat kami untuk bertukar pikiran baik menggunakan media BBS, mailing-list, ICB*, maupun IRC.
Sekarang, hampir sebagian komunitas yang menggunakan mailing list maupun web forum selalu dipenuhi dengan pertanyaan yang sebenarnya dapat dengan mudah diperoleh jawabannya dengan lima menit googling. Karena tidak mendapatkan jawaban, sang pemula biasanya akan putus asa dan kemudian meninggalkan komunitas tersebut. Selain itu, "penghuni lama" komunitas tersebut juga menjadi bosan meladeni pertanyaan-pertanyaan dari para pemula, dan akhirnya juga meninggalkan komunitas tersebut.
Belum lagi masalah bagi hacker-hacker yang saat ini sudah mapan. Banyak dari mereka yang sulit untuk meluangkan waktu. Bagi mereka, tugas kantor dan keluarga adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup. Sehingga, sepertinya ada banyak orang yang tergabung dalam komunitas keamanan informasi atau hacking lebih karena tuntutan pekerjaan dan bukan karena rasa penasaran atas suatu sistem atau jaringan.
Jadi, benarkah underground scene di Indonesia sudah mati?
Saya melihat underground scene di negeri ini tidaklah mati namun berubah bentuk. Berubah bentuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Jika dulu dikenal sebagai underground, maka saat ini lebih dikenal sebagai mainstream.
We are heroes and just don't die easily!
*) Saya tidak yakin apa ada banyak orang yang masih mengingat atau pernah
menggunakan protokol ini.
SUMBER

naah pas jalan jalan lagi ane nemu suatu link yg bersumber dr sesepuh team/forum hacker underground khususnya di indonesia yg bercerita mengenai perkembangan dan kondisi hacker di indonesia saat ini yg setelah ane baca,emang bener juga sih kerasa sama ane juga gan

TS ini dibuat bukan utk merusak,menghina,ataupun melecehkan kaum hacker underground di indonesia,tetapi agar kita mengetahui bagaimana kondisi hacker underground saat ini dibandingkan jaman dulu,
silahkan dibaca dibawah ane,ditunggu


[[The Underground Scene Is Dead.]]
Brought To You By : anonymous
anonymous [[AT]] echo.or.id
Ketika saya diminta untuk menulis artikel ini, sejujurnya saya bingung mau
menulis apa. Lalu saya bertanya kepada y3dips, isu apa yang sekiranya menarik akhir-akhir ini. Saya mendapat jawaban, underground scene di Indonesia sudah mati.
Dunia keamanan informasi memang tidak lagi seperti dulu. Tidak ada lagi hal-hal yang menarik. Tidak ada lagi tantangan. Tidak banyak hacker konsisten dengan aktivitasnya. Terlalu banyak geng hacking yang tidak jelas konsep dan tujuannya.
Apakah ini tanda bahwa generasi yang seharusnya menjadi penerus melihat bahwa hacking adalah aktivitas yang buang-buang waktu saja? Atau berpikir bahwa hacking identik dengan aktivitas kejahatan? Atau... mungkin malah berpikir bahwa hacking itu adalah hal yang mudah yang dapat dipelajari dengan seminggu kursus dan kemudian akan mendapat gelar Certified Ethical Hacker?
Mungkinkah karena tidak ada lagi hal yang membuat seseorang menjadi tertantang untuk melakukan eksplorasi? Inikah hasil dari kemudahan konsep framework dan object-oriented programming?
Dulu, ketika saya mulai terjun ke dunia keamanan informasi, saya harus
meraba-raba dalam kegelapan. Saya harus merelakan tagihan telepon rumah
bengkak agar bisa mengakses Internet. Saya harus rela untuk bersabar mendapatkan account dial-up curian. Saya harus rela untuk digigit nyamuk demi untuk mengakses Internet mencantol akses ke jaringan telepon kartu. Hal yang saya alami, juga dialami oleh sebagian besar hacker di jaman itu.
Sekarang, hampir semua orang yang berada di kota-kota besar di Indonesia
berkesempatan untuk mengakses Internet dengan mudahnya. Dial-up sepertinya adalah teknologi yang hanya diingat oleh sebagian kecil orang saja. Wireless mendominasi infrastruktur jaringan. Tidak hanya itu, website yang memberikan informasi bagaimana melakukan penyusupan ke dalam jaringanpun cukup banyak jumlahnya.
Dulu, untuk dapat mengetahui informasi mengenai suatu sistem, saya dan
rekan-rekan harus berburu mendapatkan manual yang tidak tersedia bebas.
Beberapa diantaranya harus melakukan reverse engineering. Komunitas menjadi tempat kami untuk bertukar pikiran baik menggunakan media BBS, mailing-list, ICB*, maupun IRC.
Sekarang, hampir sebagian komunitas yang menggunakan mailing list maupun web forum selalu dipenuhi dengan pertanyaan yang sebenarnya dapat dengan mudah diperoleh jawabannya dengan lima menit googling. Karena tidak mendapatkan jawaban, sang pemula biasanya akan putus asa dan kemudian meninggalkan komunitas tersebut. Selain itu, "penghuni lama" komunitas tersebut juga menjadi bosan meladeni pertanyaan-pertanyaan dari para pemula, dan akhirnya juga meninggalkan komunitas tersebut.
Belum lagi masalah bagi hacker-hacker yang saat ini sudah mapan. Banyak dari mereka yang sulit untuk meluangkan waktu. Bagi mereka, tugas kantor dan keluarga adalah hal-hal yang paling penting dalam hidup. Sehingga, sepertinya ada banyak orang yang tergabung dalam komunitas keamanan informasi atau hacking lebih karena tuntutan pekerjaan dan bukan karena rasa penasaran atas suatu sistem atau jaringan.
Jadi, benarkah underground scene di Indonesia sudah mati?
Saya melihat underground scene di negeri ini tidaklah mati namun berubah bentuk. Berubah bentuk menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Jika dulu dikenal sebagai underground, maka saat ini lebih dikenal sebagai mainstream.
We are heroes and just don't die easily!
*) Saya tidak yakin apa ada banyak orang yang masih mengingat atau pernah
menggunakan protokol ini.
SUMBER
0
5.2K
33


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan