- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah menarik dari Sebuah keluarga Indonesia yang tinggal selama 3 bulan di Jepang
TS
bakariday
Kisah menarik dari Sebuah keluarga Indonesia yang tinggal selama 3 bulan di Jepang
Ini gan Ada kisah menarik dari seorang bloger yang berlibur bersama suaminya di Jepang, Langsung aja disimak gan:
***yuk keliling kota tempat aku tinggal
Nah kali ini saya akan mengajak anda untuk berkeliling kota Nagano Jepang, melihat betapa hebatnya pertanian dan perkebunan yang ada disini. Sangat tradisional!!! (setelah hunting internet, ternyata kebiasaan bercocok tanam di area pemukiman tak hanya terjadi di Nagano, tapi di seluruh Jepang, termasuk Tokyo – tapi karena saya hanya tau tentang Nagano, jadi saya hanya akan bercerita tentang yang saya lihat saja).
————— cerita dimulai
Pertama kali sampai di Jepang, saya sungguh kaget, terperangah, terpesona dan berbagai ungkapan kagum lainnya. Bagaimana tidak, sangat aneh di Indonesia ketika kita melihat ada sawah di area perumahan. Ohhhh tak hanya sawah, tapi juga kebun sayur dan buah!!! Hm… tapi ternyata kenyataan itu merupakan hal yang sangat biasa di Jepang.
Yup … apato atau tempat tinggal saya terletak di salah satu perumahan di Nagano Shi, sebuah perumahan yang cukup tenang lebih tepatnya. Dan hebatnya, depan belakang kanan kiri apato saya tersebut, dikelilingi oleh kebun dan sawah pribadi milik perorangan. Coba lihat foto foto dibawah ini:
Kebun kebun dan sawah ini adalah milik perorangan yang dikelola sendiri langsung oleh sang empunya. Hiaahahahaaa sotoy banget deh aku. Habisnya, ngeliat dari cara mereka merawat tanamannya, sungguh seperti merekalah pemiliknya.
Umumnya yang saya lihat sedang beraktivitas di kebun/ sawah tersebut adalah orang orang tua. Tak hanya sekedar orang tua berusia 40an tahun, bahkan kakek nenek 70an tahun pun masih tampak rajin pagi sore menjaga kebun mereka. Bahkan kakek yang berkebun di depan apato saya, sampai membuat gubug sederhana. Jadi, usai pagi pagi membersihkan kebun, si kakek yang ditemani oleh 2 anjing kesayangannya itu, lalu duduk santai di gubugnya sambil baca Koran hingga menjelang siang.
Penasaran, saya pun bertanya pada teman suami yang orang Jepang. Waaahh ternyata jawabannya adalah, “Menjadi petani di Jepang itu memberikan keuntungan yang cukup banyak. Bahkan banyak di kota ini yang merupakan orang kaya adalah mereka yang berprofesi sebagai petani / pekebun”.
Weewww … hunting internet pun kulakukan, dan betuuulll sodara sodara. Ternyata pertanian itu masuk dalam program pemerintah. Menyadari pangan merupakan hal paling pokok dari kehidupan manusia, pemerintah Jepang memberdayakan pertanian tradisional perorangan. Dimana hasil kebun / sawah mereka, sangat dilindungi. Tak hanya pemberian subsidi, namun petani juga bisa menjual langsung hasil kebun/ sawahnya di supermarket.
Hasilnya??? Tentu sangat tak hanya menguntungkan bagi petani, tapi juga bagi kesehatan konsumen. Supermarket supermarket dipenuhi oleh sayuran segar setiap harinya. Mengapa??? Karena apa yang dipanen petani hari ini, itu jugalah yang akan anda lihat di supermarket. Maka tak heran jika sayur mayur di Jepang rasanya endos gandos maknyooos. Suegereee poll… suami yang sebelum ke Jepang ngga doyan sayuran, sejak tinggal di Jepang jadi maniak sayur loh heheee.
area dibawah jalan layang pun digunakan untuk menanam padi. sangat efektif ya. maklum masa bertanam di jepang sangat singkat. jadi untuk memenuhi kebutuhan selama 1 tahun, tentunya mereka harus menggunakan lahan lahan yang bisa dipakai. karena jika musim telah menjadi dingin, tentu tak ada harapan untuk bercocok hingga datang musim menjelang panas
Serunya lagi. Pertanian dan kebun yang ada di daerah tinggal saya ini, tampaknya semua ditanam secara organik. Bagaimana saya tahu??? Karena sawah yang sepetak terhampar di depan apato saya itu, pertama saya datang di bulan juni, ia baru saja ditanam. Dan akhirnya baru di panen pada bulan November. Yaaa setahu saya, padi organic itu memang membutuhkan waktu kurang lebih 5-6 bulan baru bisa dipanen. Berbeda dengan padi pestisida yang marak di Indonesia, 3 bulan sudah bisa panen raya.
Kemudian untuk sayur mayur dan buah juga demikian. Sekali tempo, saya melewati tanah yang sedang dipersiapkan untuk bercocok tanam. Masih terlihat gembur gembur karena baru selesai di bajak. Dan terciumlah aroma yang oke punya wkwkwkwkww … pupuk kandang!!!
Lalu dari segi pemeliharaannya juga memperlihatkan jika sayuran tersebut ditanam organic, yaitu dengan rutin pagi sore dibersihkan. So, hama hama rumput dan hewan perusak lainnya itu dibersihkan secara manual tanpa obat. Hasilnya??? Itu tadi sayuran yang endos gandos makyooosss heheheee.
Hebatnya, meski ditanam di area pemukiman, tanpa pengaman (tanpa pagar, tanpa cctv dan tanpa satpam) – ngga ada loh yang iseng ngerusakin atau bahkan mencuri. Terbayangkan, musim panas dengan suhu nyaris 40 derajat, lalu terlihat buah apel yang telah matang berwarna merah jelita. Aaaawww … Bayangkan jika ini di Indonesia. Wadooowwww …. Habis sudah!!! Hehehee tapi disini??? Buah tersebut aman hingga waktunya dipanen sendiri oleh sang pemilik. Hebat yaaaa etikanya.
banyaknya kebun dan sawah di daerah perumahan, turut memberi kontribusi udara yang segar di pagi hari hehee ... jadi saya dan suami suka jalan pagi pagi ... segaaarrrr
Gimana gan? Ceritanya seru dan menarik ya!! Ane juga jadi pengen banget ngerasain tinggal disana, (Liburan) kayaknya bakal serasa berada didunia yang berbeda!
Di tunngu komen serta bantuan Ratenya ya gan hehe
(EEh ternyata ada beberapa yang kasih bonus cendol!! hatur nuhun gans)
Pengalaman Tinggal di Jepang ( Sawah dan Kebun di Jepang, bikin Kagum!!!)
***yuk keliling kota tempat aku tinggal
Nah kali ini saya akan mengajak anda untuk berkeliling kota Nagano Jepang, melihat betapa hebatnya pertanian dan perkebunan yang ada disini. Sangat tradisional!!! (setelah hunting internet, ternyata kebiasaan bercocok tanam di area pemukiman tak hanya terjadi di Nagano, tapi di seluruh Jepang, termasuk Tokyo – tapi karena saya hanya tau tentang Nagano, jadi saya hanya akan bercerita tentang yang saya lihat saja).
————— cerita dimulai
Pertama kali sampai di Jepang, saya sungguh kaget, terperangah, terpesona dan berbagai ungkapan kagum lainnya. Bagaimana tidak, sangat aneh di Indonesia ketika kita melihat ada sawah di area perumahan. Ohhhh tak hanya sawah, tapi juga kebun sayur dan buah!!! Hm… tapi ternyata kenyataan itu merupakan hal yang sangat biasa di Jepang.
Yup … apato atau tempat tinggal saya terletak di salah satu perumahan di Nagano Shi, sebuah perumahan yang cukup tenang lebih tepatnya. Dan hebatnya, depan belakang kanan kiri apato saya tersebut, dikelilingi oleh kebun dan sawah pribadi milik perorangan. Coba lihat foto foto dibawah ini:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Kebun kebun dan sawah ini adalah milik perorangan yang dikelola sendiri langsung oleh sang empunya. Hiaahahahaaa sotoy banget deh aku. Habisnya, ngeliat dari cara mereka merawat tanamannya, sungguh seperti merekalah pemiliknya.
Umumnya yang saya lihat sedang beraktivitas di kebun/ sawah tersebut adalah orang orang tua. Tak hanya sekedar orang tua berusia 40an tahun, bahkan kakek nenek 70an tahun pun masih tampak rajin pagi sore menjaga kebun mereka. Bahkan kakek yang berkebun di depan apato saya, sampai membuat gubug sederhana. Jadi, usai pagi pagi membersihkan kebun, si kakek yang ditemani oleh 2 anjing kesayangannya itu, lalu duduk santai di gubugnya sambil baca Koran hingga menjelang siang.
Penasaran, saya pun bertanya pada teman suami yang orang Jepang. Waaahh ternyata jawabannya adalah, “Menjadi petani di Jepang itu memberikan keuntungan yang cukup banyak. Bahkan banyak di kota ini yang merupakan orang kaya adalah mereka yang berprofesi sebagai petani / pekebun”.
Weewww … hunting internet pun kulakukan, dan betuuulll sodara sodara. Ternyata pertanian itu masuk dalam program pemerintah. Menyadari pangan merupakan hal paling pokok dari kehidupan manusia, pemerintah Jepang memberdayakan pertanian tradisional perorangan. Dimana hasil kebun / sawah mereka, sangat dilindungi. Tak hanya pemberian subsidi, namun petani juga bisa menjual langsung hasil kebun/ sawahnya di supermarket.
Hasilnya??? Tentu sangat tak hanya menguntungkan bagi petani, tapi juga bagi kesehatan konsumen. Supermarket supermarket dipenuhi oleh sayuran segar setiap harinya. Mengapa??? Karena apa yang dipanen petani hari ini, itu jugalah yang akan anda lihat di supermarket. Maka tak heran jika sayur mayur di Jepang rasanya endos gandos maknyooos. Suegereee poll… suami yang sebelum ke Jepang ngga doyan sayuran, sejak tinggal di Jepang jadi maniak sayur loh heheee.
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
area dibawah jalan layang pun digunakan untuk menanam padi. sangat efektif ya. maklum masa bertanam di jepang sangat singkat. jadi untuk memenuhi kebutuhan selama 1 tahun, tentunya mereka harus menggunakan lahan lahan yang bisa dipakai. karena jika musim telah menjadi dingin, tentu tak ada harapan untuk bercocok hingga datang musim menjelang panas
Serunya lagi. Pertanian dan kebun yang ada di daerah tinggal saya ini, tampaknya semua ditanam secara organik. Bagaimana saya tahu??? Karena sawah yang sepetak terhampar di depan apato saya itu, pertama saya datang di bulan juni, ia baru saja ditanam. Dan akhirnya baru di panen pada bulan November. Yaaa setahu saya, padi organic itu memang membutuhkan waktu kurang lebih 5-6 bulan baru bisa dipanen. Berbeda dengan padi pestisida yang marak di Indonesia, 3 bulan sudah bisa panen raya.
Kemudian untuk sayur mayur dan buah juga demikian. Sekali tempo, saya melewati tanah yang sedang dipersiapkan untuk bercocok tanam. Masih terlihat gembur gembur karena baru selesai di bajak. Dan terciumlah aroma yang oke punya wkwkwkwkww … pupuk kandang!!!
Lalu dari segi pemeliharaannya juga memperlihatkan jika sayuran tersebut ditanam organic, yaitu dengan rutin pagi sore dibersihkan. So, hama hama rumput dan hewan perusak lainnya itu dibersihkan secara manual tanpa obat. Hasilnya??? Itu tadi sayuran yang endos gandos makyooosss heheheee.
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Spoiler for waah??:
Hebatnya, meski ditanam di area pemukiman, tanpa pengaman (tanpa pagar, tanpa cctv dan tanpa satpam) – ngga ada loh yang iseng ngerusakin atau bahkan mencuri. Terbayangkan, musim panas dengan suhu nyaris 40 derajat, lalu terlihat buah apel yang telah matang berwarna merah jelita. Aaaawww … Bayangkan jika ini di Indonesia. Wadooowwww …. Habis sudah!!! Hehehee tapi disini??? Buah tersebut aman hingga waktunya dipanen sendiri oleh sang pemilik. Hebat yaaaa etikanya.
banyaknya kebun dan sawah di daerah perumahan, turut memberi kontribusi udara yang segar di pagi hari hehee ... jadi saya dan suami suka jalan pagi pagi ... segaaarrrr
Dan inilah poto Sipenulis bersama sang Suami
Spoiler for waah??:
Gimana gan? Ceritanya seru dan menarik ya!! Ane juga jadi pengen banget ngerasain tinggal disana, (Liburan) kayaknya bakal serasa berada didunia yang berbeda!
Di tunngu komen serta bantuan Ratenya ya gan hehe
(EEh ternyata ada beberapa yang kasih bonus cendol!! hatur nuhun gans)
0
42.8K
457
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan