- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
SBY Strategy : The Game of Morality
TS
tupaikecil
SBY Strategy : The Game of Morality
pertama-tama, saya minta maaf ya teteman. kalo ada kata-kata yang salah dan kurang tepat.
ini hanya pendapat saya saja.
mari kita melihat konflik ini dengan sudut pandang yang berbeda.
tulisan ini bukan mendukung kebijakan pemerintah kita. tetapi melihat sudut pandang lain yang kadang terlupakan oleh kita.
saya sangat suka dengan pernyataan Menlu kita Marty Natalegawa, menurut saya beliau adalah orang yang sangat pintar dan hebat.
bangga punya menteri luar negeri hebat kayak gini
Selamat membaca. terimakasih.
Mohon jangan dibata...
--------
SBY Strategy : The Game of Morality
Beberapa waktu yang lalu dan masih sampai sekarang, salah satu isu yang paling hangat di negeri ini adalah masalah penyadapan Presiden RI beserta beberapa pejabat penting lainnya oleh intelijen Australia.
Pada mulanya PM Australia Tony Abbot, terlihat begitu tenang dan mengeluarkan berbagai statement yang netral dan mencari berbagai alasan yang intinya tidak mau mengakui kesalahan dan menganggap bahwasanya isu penyadapan itu adalah hal yang biasa dan lumrah.
Namun pernyataan Presiden SBY dan Menlu Marty Natalegawa sangat keras tetapi penuh dengan ketenangan. Presiden SBY dan Menlu Marty Natelegawa tidak pernah menekankan bahwasanya penyadapan adalah hal yang baik atau jahat, tetapi lebih mengemukakan apakah isu tersebut Etis atau tidak.
Sehingga isu tersebut akan membuat PM Australia akan terpojok sendiri. Karena inti pernyataan Presiden dan Menlu adalah menanyakan langsung dan meminta penjelasan kepada PM Australi apakah perbuatan tersebut etis atau tidak. Jika perbuatan itu diakui oleh PM Australia tidak etis, maka sudah sepantasnya dia secara gentle meminta maaf kepada Presiden RI dan seluruh rakyat Indonesia.
Ada empat topik menarik yang ingin saya bagi dengan teman-teman, terkait dengan berbagai strategi serangan balik yang dilancarkan oleh Presiden RI dan Menlu RI menghadapi isu permasalahan penyadapan ini.
1. Inti permasalahan bukan “jahat atau baik”, “benar atau salah”, tetapi “etis atau tidak etis.
Jika kita melihat isu ini adalah yang “benar atau salah”, hal “jahat atau baik”, pasti pihak Pemerintah Australia akan bertanya. Apa dasar hukum kita menuntut seperti itu.
Setiap pernyataan “benar atau salah”, atau “baik atau jahat”, harus selalu punya dasar aturan yang disetujui oleh semua pihak. Ada beberapa orang yang mengatakan konvensi genewa telah mengatur hal tersebut. Tetapi peraturan tersebut tidaklah kuat.
Jadi dengan fokus kepada isu tersebut adalah hal yang “baik atau salah”, atau “baik atau jahat”, jelaslah itu tak akan pernah berhasil.
Tetapi jika Pemerintah RI lakukan saat ini, adalah mengeluarkan pernyataan bahwasanya isu ini adalah “etis atau tidak etis”, maka pernyataan ini hanya meminta orang semua penduduk dunia untuk “setuju” atau “tidak setuju”. Sebagai manusia yang lumrah, pasti tak seorang pun di dunia ini yang ingin disadap dan diketahui privasinya.
Jadi inti berbagai pernyataan Presiden RI dan Menlu RI adalah mengajak seluruh penduduk dunia terutama rakyat Australia sendiri untuk mengecam perbuatan yang tidak terpuji seperti itu.
Presiden RI dan Menlu RI, menurut saya tidak berusaha menyalahkan Pemerintah Australia. Tetapi berfokus kepada bahwa isu dan perbuatan yang dilakukan oleh Pemerintah Australia itu tidak etis dan tidak terpuji. Seharusnya Pemerintah Australia dengan gentle meminta maaf dan tidak mengulangi hal tersebut lagi.
2. Tidak menyerang pada “kesalahan” tetapi pada “kredebilitas”
Sullivan (2013) mengatakan “Anda tidak bisa menyerang orang yang hebat dari benar atau salahnya perbuatan mereka. Anda hanya bisa menyerang sisi moralitas mereka. Karena di dalam moralitas tidak pernah mengacu kepada peraturan apapun, semua orang bisa mengetahui dan merasakan secara moral mana saja perbuatan yang etis dan tidak etis, dan mana yang benar dan yang salah”.
Anda semua tentu pernah punya sahabat karib, apalagi ternyata jika dia adalah juga tetangga dekat anda. Sejak lama anda sudah sering bersahabat dan saling Bantu membantu dengan sahabat anda tersebut.
Pada suatu hari sahabat anda tersebut membohongi anda atau berbuat sesuatu kesalahan tidak terpuji yang fatal. Lantas apa yang ada inginkan saat itu? Apakah anda akan membencinya selamanya dan memutuskan persahabatan untuk selamanya? Atau anda menginginkan sahabat anda tersebut meminta maaf dari hati yang terdalam serta menjelaskan kenapa dia melakukan perbuatan tidak terpuji seperti itu?
Saya yakin, kita lebih mengharapkan sahabat tersebut mengambil keputusan kedua, yaitu meminta maaf dan memberi penjelasan kenapa dia berbuat perbuatan yang tidak terpuji seperti itu.
Sebagai sahabat yang baik, kita tidak menyerang “orangnya”, tetapi kita menyerang “sifat atau karakternya”. Kita ingin sahabat ini berubah menjadi orang yang lebih baik.
Ketika kita menyerang “sifat atau karakternya” berarti kita menyerang “kredebilitas” dia sebagai seorang pribadi dan sebagai seorang sahabat.
Untuk semua kebaikan yang sudah kita berikan kepada sahabat tersebut, kenapa malah dibalas dengan perbuatan yang tercela dan hina seperti itu. Kita tak benci orangnya, kita benci sifatnya, dan kita ingin dia minta maaf dan mengakui kesalahan tersebut secara gentle. Tentu saja dia harus berubah menjadi baik jika ingin mendapatkan kepercayaan kita lagi.
3. I don’t Believe in You Syndrome
Greene (2007) mengatakan “Dalam kacaunya pertempuran, pikiran cenderung kehilangan keseimbangan. Terdapat bahaya jika kita menanggapi masalah dengan emosi berlebihan, ketakutan, depresi, atau frustasi. Kita sangat perlu menjaga dan mempertahankan kehadiran pikiran dan mental yang kuat dan seimbang. Jadikan pikiran anda lebih tangguh dalam mengatasi masalah. Dan jangan biarkan diri anda terpaku pada permasalahan yang terjadi. Biarkan saja yang lain kehilangan nalar dan pikiran mereka. Anda harus menjauhkan diri anda dari pengaruh mereka dan menjadikan diri anda tetap di jalur anda”
Ketika terjadi permasalahan kita cenderung labil dan emosional, sehingga dengan gampang kita bisa mendapat pengaruh dari orang yang berkonfrontasi dengan kita. Kita harus tetap tenang dan tetap berada pada jalur kita.
Nah berikut strategi unik yang dilancarkan Presiden RI dan Menlu Kita. Yaitu filosofi dari persahabatan itu sendiri.
Apa yang anda lakukan ketika seseorang tidak lagi percaya kepada anda?
Mereka tidak lagi mau berteman dengan anda karena anda telah melakukan perbuatan tidak terpuji kepada mereka, apakah itu : berbohong, berbuat jahat, mencuri, dll.
Bagaimana rasanya menjalin persahabatan tetapi teman itu tidak lagi percaya kepada anda lagi. Pasti persahabatan itu terasa hambar. Sebagai seorang teman pastinya anda akan tersiksa. Saya melihat itulah strategi yang dilancarkan oleh Presiden dan Menlu kita.
Targetnya bukan Pemerintah Australia, tetapi rakyat Australia sendiri. Selama ini Negara Indonesia dan Negara Australia telah menjalin begitu banyak kerjasama yang saling menguntungkan. Rakyat Indonesia bersahabat baik dengan Rakyat Australia.
Nah sekarang Pemerintah Australia, mencoreng nama baik Negara Australia dan Rakyat Australia dengan melakukan hal tidak terpuji kepada Negara Indonesia, Rakyat Indonesia dan Pemerintahan Indonesia.
Lalu Apa Rakyat Australia tidak malu dengan Pemerintahnya tersebut? Tentu pastinya iya. Kita sudah melihat berbagai serangan protes, kritikan, yang dilakukan oleh Rakyat Australia dan Partai Politik Opisisi terhadap Pemerintah berkuasa sekarang.
Menurut Harian Singgalang Kamis, 21 November 2013, dilansir dari Sydney Morning Herald, 67% dari responden Rakyat Australia, meminta PM Australia atas nama Pemerintah Australia meminta Maaf kepada rakyat Indonesia.
Hal tersebut membuktikan bahwasanya rakyat Australia menjunjung tinggi arti dari “trust” atau kepercayaan satu sama lain antara kedua Negara. Rakyat Australia tentunya berharap hubungan dengan Rakyat Indonesia tetap baik, karena sebagai Negara bertetangga kita sangat saling membutuhkan satu sama lain.
Pemerintah Australia berkuasa dibatasi oleh waktu, paling lama 4-5 tahun, Rakyat Australia berkuasa selamanya. Memenangkan hati Rakyat Australia lebih utama dan penting ketimbang Pemerintah mereka.
4. Pemerintah RI tak akan bisa menekan Pemerintah Australia. Hanya rakyat Australia sendirilah yang paling bisa menekan Pemerintah Australia.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. PM Australia Tony Abbot telah kewalahan menghadapi berbagai statement protes dan kritikan dari Rakyatnya sendiri. Tentunya ini juga momen bagi partai oposisi Australia untuk membuka lebih banyak kekurangan Partai berkuasa dan mengambil perhatian dari Rakyat Indonesia.
Wee (2003) mengatakan Sun Tzu berkata “Pengaruh Moral mengacu kepada Tindakan dan Kebijakan yang menyatukan rakyat dan penguasa, sehingga mereka selaras dan sepakat satu sama lain. Jika penguasa dan rakyat selaras maka rakyat akan siap untuk hidup dan mati bersama penguasa mereka tanpa perasaan takut terhadap bahaya” {Sun Tzu, Bab 1 : Perencanaan, Pasal 8-9).
Berdasarkan pernyataan Sun Tzu diatas, sekarang sudah terlihat bahwasanya tindakan dan kebijakan pemerintah Australia tidak lagi selaras dengan nilai-nilai yang diyakini oleh Rakyat Australia sendiri.
Yang dilakukan oleh Presiden RI dan Menlu RI sudah sangat hebat, mereka hanya menciptakan pemicunya saja, mengingatkan tentang fakta nilai-nilai moral yang luhur saja. Sedangkan api sebenarnya adalah berasal dari Rakyat Australia sendiri. Perasaan tidak senang atas sebuah kegiatan atau perbuatan yang tidak etis yang dilakukan oleh pemerintahnya sendiri akan membuat Pemerintahan tersebut bisa digulingkan oleh Rakyatnya sendiri.
Referensi :
Sullivan, Paul. 2013. “Clutch. Mengapa sebagian orang unggul dibawah tekanan dan yang lain tidak. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Greene, Robert. 2007. “48 Hukum Kekuasan”. Karisma Publishing Group. Tangerang.
Greene, Robert. 2007. “33 Strategi Perang”. Karisma Publishing Group. Tangerang.
Wee, Chow-Hou. 2003. “Sun Zi Art of War”. PT. Buana Ilmu Populer. Jakarta.
ini hanya pendapat saya saja.
mari kita melihat konflik ini dengan sudut pandang yang berbeda.
tulisan ini bukan mendukung kebijakan pemerintah kita. tetapi melihat sudut pandang lain yang kadang terlupakan oleh kita.
saya sangat suka dengan pernyataan Menlu kita Marty Natalegawa, menurut saya beliau adalah orang yang sangat pintar dan hebat.
bangga punya menteri luar negeri hebat kayak gini
Selamat membaca. terimakasih.
Mohon jangan dibata...
--------
SBY Strategy : The Game of Morality
Beberapa waktu yang lalu dan masih sampai sekarang, salah satu isu yang paling hangat di negeri ini adalah masalah penyadapan Presiden RI beserta beberapa pejabat penting lainnya oleh intelijen Australia.
Pada mulanya PM Australia Tony Abbot, terlihat begitu tenang dan mengeluarkan berbagai statement yang netral dan mencari berbagai alasan yang intinya tidak mau mengakui kesalahan dan menganggap bahwasanya isu penyadapan itu adalah hal yang biasa dan lumrah.
Namun pernyataan Presiden SBY dan Menlu Marty Natalegawa sangat keras tetapi penuh dengan ketenangan. Presiden SBY dan Menlu Marty Natelegawa tidak pernah menekankan bahwasanya penyadapan adalah hal yang baik atau jahat, tetapi lebih mengemukakan apakah isu tersebut Etis atau tidak.
Sehingga isu tersebut akan membuat PM Australia akan terpojok sendiri. Karena inti pernyataan Presiden dan Menlu adalah menanyakan langsung dan meminta penjelasan kepada PM Australi apakah perbuatan tersebut etis atau tidak. Jika perbuatan itu diakui oleh PM Australia tidak etis, maka sudah sepantasnya dia secara gentle meminta maaf kepada Presiden RI dan seluruh rakyat Indonesia.
Ada empat topik menarik yang ingin saya bagi dengan teman-teman, terkait dengan berbagai strategi serangan balik yang dilancarkan oleh Presiden RI dan Menlu RI menghadapi isu permasalahan penyadapan ini.
1. Inti permasalahan bukan “jahat atau baik”, “benar atau salah”, tetapi “etis atau tidak etis.
Jika kita melihat isu ini adalah yang “benar atau salah”, hal “jahat atau baik”, pasti pihak Pemerintah Australia akan bertanya. Apa dasar hukum kita menuntut seperti itu.
Setiap pernyataan “benar atau salah”, atau “baik atau jahat”, harus selalu punya dasar aturan yang disetujui oleh semua pihak. Ada beberapa orang yang mengatakan konvensi genewa telah mengatur hal tersebut. Tetapi peraturan tersebut tidaklah kuat.
Jadi dengan fokus kepada isu tersebut adalah hal yang “baik atau salah”, atau “baik atau jahat”, jelaslah itu tak akan pernah berhasil.
Tetapi jika Pemerintah RI lakukan saat ini, adalah mengeluarkan pernyataan bahwasanya isu ini adalah “etis atau tidak etis”, maka pernyataan ini hanya meminta orang semua penduduk dunia untuk “setuju” atau “tidak setuju”. Sebagai manusia yang lumrah, pasti tak seorang pun di dunia ini yang ingin disadap dan diketahui privasinya.
Jadi inti berbagai pernyataan Presiden RI dan Menlu RI adalah mengajak seluruh penduduk dunia terutama rakyat Australia sendiri untuk mengecam perbuatan yang tidak terpuji seperti itu.
Presiden RI dan Menlu RI, menurut saya tidak berusaha menyalahkan Pemerintah Australia. Tetapi berfokus kepada bahwa isu dan perbuatan yang dilakukan oleh Pemerintah Australia itu tidak etis dan tidak terpuji. Seharusnya Pemerintah Australia dengan gentle meminta maaf dan tidak mengulangi hal tersebut lagi.
2. Tidak menyerang pada “kesalahan” tetapi pada “kredebilitas”
Sullivan (2013) mengatakan “Anda tidak bisa menyerang orang yang hebat dari benar atau salahnya perbuatan mereka. Anda hanya bisa menyerang sisi moralitas mereka. Karena di dalam moralitas tidak pernah mengacu kepada peraturan apapun, semua orang bisa mengetahui dan merasakan secara moral mana saja perbuatan yang etis dan tidak etis, dan mana yang benar dan yang salah”.
Anda semua tentu pernah punya sahabat karib, apalagi ternyata jika dia adalah juga tetangga dekat anda. Sejak lama anda sudah sering bersahabat dan saling Bantu membantu dengan sahabat anda tersebut.
Pada suatu hari sahabat anda tersebut membohongi anda atau berbuat sesuatu kesalahan tidak terpuji yang fatal. Lantas apa yang ada inginkan saat itu? Apakah anda akan membencinya selamanya dan memutuskan persahabatan untuk selamanya? Atau anda menginginkan sahabat anda tersebut meminta maaf dari hati yang terdalam serta menjelaskan kenapa dia melakukan perbuatan tidak terpuji seperti itu?
Saya yakin, kita lebih mengharapkan sahabat tersebut mengambil keputusan kedua, yaitu meminta maaf dan memberi penjelasan kenapa dia berbuat perbuatan yang tidak terpuji seperti itu.
Sebagai sahabat yang baik, kita tidak menyerang “orangnya”, tetapi kita menyerang “sifat atau karakternya”. Kita ingin sahabat ini berubah menjadi orang yang lebih baik.
Ketika kita menyerang “sifat atau karakternya” berarti kita menyerang “kredebilitas” dia sebagai seorang pribadi dan sebagai seorang sahabat.
Untuk semua kebaikan yang sudah kita berikan kepada sahabat tersebut, kenapa malah dibalas dengan perbuatan yang tercela dan hina seperti itu. Kita tak benci orangnya, kita benci sifatnya, dan kita ingin dia minta maaf dan mengakui kesalahan tersebut secara gentle. Tentu saja dia harus berubah menjadi baik jika ingin mendapatkan kepercayaan kita lagi.
3. I don’t Believe in You Syndrome
Greene (2007) mengatakan “Dalam kacaunya pertempuran, pikiran cenderung kehilangan keseimbangan. Terdapat bahaya jika kita menanggapi masalah dengan emosi berlebihan, ketakutan, depresi, atau frustasi. Kita sangat perlu menjaga dan mempertahankan kehadiran pikiran dan mental yang kuat dan seimbang. Jadikan pikiran anda lebih tangguh dalam mengatasi masalah. Dan jangan biarkan diri anda terpaku pada permasalahan yang terjadi. Biarkan saja yang lain kehilangan nalar dan pikiran mereka. Anda harus menjauhkan diri anda dari pengaruh mereka dan menjadikan diri anda tetap di jalur anda”
Ketika terjadi permasalahan kita cenderung labil dan emosional, sehingga dengan gampang kita bisa mendapat pengaruh dari orang yang berkonfrontasi dengan kita. Kita harus tetap tenang dan tetap berada pada jalur kita.
Nah berikut strategi unik yang dilancarkan Presiden RI dan Menlu Kita. Yaitu filosofi dari persahabatan itu sendiri.
Apa yang anda lakukan ketika seseorang tidak lagi percaya kepada anda?
Mereka tidak lagi mau berteman dengan anda karena anda telah melakukan perbuatan tidak terpuji kepada mereka, apakah itu : berbohong, berbuat jahat, mencuri, dll.
Bagaimana rasanya menjalin persahabatan tetapi teman itu tidak lagi percaya kepada anda lagi. Pasti persahabatan itu terasa hambar. Sebagai seorang teman pastinya anda akan tersiksa. Saya melihat itulah strategi yang dilancarkan oleh Presiden dan Menlu kita.
Targetnya bukan Pemerintah Australia, tetapi rakyat Australia sendiri. Selama ini Negara Indonesia dan Negara Australia telah menjalin begitu banyak kerjasama yang saling menguntungkan. Rakyat Indonesia bersahabat baik dengan Rakyat Australia.
Nah sekarang Pemerintah Australia, mencoreng nama baik Negara Australia dan Rakyat Australia dengan melakukan hal tidak terpuji kepada Negara Indonesia, Rakyat Indonesia dan Pemerintahan Indonesia.
Lalu Apa Rakyat Australia tidak malu dengan Pemerintahnya tersebut? Tentu pastinya iya. Kita sudah melihat berbagai serangan protes, kritikan, yang dilakukan oleh Rakyat Australia dan Partai Politik Opisisi terhadap Pemerintah berkuasa sekarang.
Menurut Harian Singgalang Kamis, 21 November 2013, dilansir dari Sydney Morning Herald, 67% dari responden Rakyat Australia, meminta PM Australia atas nama Pemerintah Australia meminta Maaf kepada rakyat Indonesia.
Hal tersebut membuktikan bahwasanya rakyat Australia menjunjung tinggi arti dari “trust” atau kepercayaan satu sama lain antara kedua Negara. Rakyat Australia tentunya berharap hubungan dengan Rakyat Indonesia tetap baik, karena sebagai Negara bertetangga kita sangat saling membutuhkan satu sama lain.
Pemerintah Australia berkuasa dibatasi oleh waktu, paling lama 4-5 tahun, Rakyat Australia berkuasa selamanya. Memenangkan hati Rakyat Australia lebih utama dan penting ketimbang Pemerintah mereka.
4. Pemerintah RI tak akan bisa menekan Pemerintah Australia. Hanya rakyat Australia sendirilah yang paling bisa menekan Pemerintah Australia.
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas. PM Australia Tony Abbot telah kewalahan menghadapi berbagai statement protes dan kritikan dari Rakyatnya sendiri. Tentunya ini juga momen bagi partai oposisi Australia untuk membuka lebih banyak kekurangan Partai berkuasa dan mengambil perhatian dari Rakyat Indonesia.
Wee (2003) mengatakan Sun Tzu berkata “Pengaruh Moral mengacu kepada Tindakan dan Kebijakan yang menyatukan rakyat dan penguasa, sehingga mereka selaras dan sepakat satu sama lain. Jika penguasa dan rakyat selaras maka rakyat akan siap untuk hidup dan mati bersama penguasa mereka tanpa perasaan takut terhadap bahaya” {Sun Tzu, Bab 1 : Perencanaan, Pasal 8-9).
Berdasarkan pernyataan Sun Tzu diatas, sekarang sudah terlihat bahwasanya tindakan dan kebijakan pemerintah Australia tidak lagi selaras dengan nilai-nilai yang diyakini oleh Rakyat Australia sendiri.
Yang dilakukan oleh Presiden RI dan Menlu RI sudah sangat hebat, mereka hanya menciptakan pemicunya saja, mengingatkan tentang fakta nilai-nilai moral yang luhur saja. Sedangkan api sebenarnya adalah berasal dari Rakyat Australia sendiri. Perasaan tidak senang atas sebuah kegiatan atau perbuatan yang tidak etis yang dilakukan oleh pemerintahnya sendiri akan membuat Pemerintahan tersebut bisa digulingkan oleh Rakyatnya sendiri.
Referensi :
Sullivan, Paul. 2013. “Clutch. Mengapa sebagian orang unggul dibawah tekanan dan yang lain tidak. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Greene, Robert. 2007. “48 Hukum Kekuasan”. Karisma Publishing Group. Tangerang.
Greene, Robert. 2007. “33 Strategi Perang”. Karisma Publishing Group. Tangerang.
Wee, Chow-Hou. 2003. “Sun Zi Art of War”. PT. Buana Ilmu Populer. Jakarta.
0
1.2K
6
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan