AS Mengenang John F Kennedy

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama meletakkan karangan bunga di makam mendiang mantan Presiden John Fitzgerald Kennedy di Pemakaman Nasional Arlington, Rabu (20/11) waktu setempat. Penghormatan tersebut sekaligus menandai 50 tahun meninggalnya Kennedy yang mati ditembak pada 22 November 1963 di Dallas, Texas.

Ibu Negera Michelle Obama, mantan Presiden Bill Clinton bersama istrinya mantan Menteri Luar Negeri Hillary Rodham Clinton turut hadir bersama Obama dalam peletakan karangan bunga yang berwarna biru dan putih tersebut. Keempat orang terpenting di AS itu dengan khidmat meletakkan tangan di dada mereka di depan makam Presiden AS yang ke-35 yang akrab disapa JFK itu.

Gedung Putih juga memberikan penghormatan kepada mendiang presiden JFK dalam sebuah jamuan makan malam hari Rabu untuk para penerima Medali Kebebasan Presiden 2013. Medali ini merupakan penghargaan tertinggi Amerika bagi warga sipil yang diprakarsai oleh Kennedy, meskipun dia tidak sempat menganugerahkan penghargan tersebut untuk pertama kalinya karena keburu terbunuh.

Penerima penghargaan tahun ini termasuk mantan Presiden Clinton, presenter Oprah Winfrey, astronot Sally K Ride, dan pemain baseball Ernest ‘Ernie’ Banks. "Hari ini, kita beri hormat untuk para pejuang tangguh yang menjadi juara sejati," ungkap Obama, sambil menjelaskan kontribusi masing-masing penerima penghargaan terpenting tersebut.

Obama menyebut Kennedy sebagai sosok pemberani yang selalu hidup di hati sanubari setiap warga AS karena telah berhasil membentuk karakter masyarakat yang dipimpinnya. Ide dan pemikiran JFK, kata Obama, harus dimiliki oleh setiap warga AS sebagai kekuatan membangun bangsa yang lebih maju.

Warisan untuk AS

Kennedy adalah salah satu presiden AS yang populer. Tak heran jika kematiannya yang mendadak, saat sedang melewati 1.000 hari masa sulit dalam kepemimpinannya, menjadi salah satu peristiwa traumatis dalam sejarah ‘Negeri Paman Sam’. Dia adalah presiden AS termuda dan sekaligus juga yang paling muda meninggal.

Pria yang lahir pada 29 Mai 1979 di Brooklin, Massachusettes, itu dikenal berani dan piawai ketika berhasil selamat saat kapal yang membawanya karam dihantam kapal perusak Jepang pada 1943. Meskipun terluka dia secara heroik berhasil memimpin mereka yang selamat melewati perairan yang berbahaya.

Pada 1955 saat memulihkan diri dari operasi punggung, anggota kongres untuk Partai Demokrat dari wilayah Boston itu menulis sebuah buku biografi, Profiles in Courage, yang membawanya memenangkan Pulitzer Prize dalam sejarah. Biografi tersebut menggambarkan tentang keberanian dan intergritas delapan Senator AS sepanjang sejarah Senat ‘Paman Sam’.

Sosoknya yang melekat di hati rakyat AS terlihat saat jutaan mata menyaksikan debat kandidat presiden di layar televisi antara Kennedy dan Richar M Nixon. Kennedy berhasil memenangkan hati warga AS dan menjadi presiden dari Katolik Roma yang pertama di negara itu pada 20 Januari 1961.

Di hari pelantikannya sebagai presiden, Kennedy menyampaikan pidato yang mengesankan, “Jangan tanya apa yang negara Anda dapat lakukan untuk Anda – bertanyalah apa yang bisa Anda berikan kepada negara. Kennedy langsung bekerja untuk merealisasikan janjinya pada saat masa kampanye yaitu memastikan AS bergerak maju.

Program ekonominya membuat AS pada titik ekspansi terpanjang yang berkelanjutan sejak Perang Dunia II. Sebelum kematiannya, Kennedy telah meletakkan rencana untuk memerangi masalah kemelaratan dan kemiskinan secara masif.

Dia juga mengambil tindakan tegas dalam membangun persamaan hak di bidang hukum serta menyerukan pembuatan undang-undang hak sipil yang baru. Visinya tentang AS diperluas ke bidang kualitas budaya nasional dan peran sentral seni dalam masyarakat.

Kennedy berharap AS bisa melanjutkan misi lama sebagai negara pertama yang memberikan dedikasi untuk revolusi hak asasi manusia. Bersama dengan Alliance for Progress and the Peace Corps, ia membawa idealisme AS untuk membantu negara-negara berkembang. Meskipun pada kenyataannya tantangan keras dari Komunis saat itu terus meluas.

Haufan Hasyim Salengke/Media Indonesia (Reuters/AP/LA Times/Whitehouse.gov/HH).

Media Indonesia edisi 22 November 2013