- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Keadaan dimana seorang anak memberi harapan palsu pada orang tua.


TS
limaratus1
Keadaan dimana seorang anak memberi harapan palsu pada orang tua.
Quote:
Hai gan/sis. Saya mau numpang cerita ya. 

Quote:
Hari ini saya menulis, rabu tgl 20 november 2013. Dimana keadaan menjadi klimaks saat orang tua mengetahui bahwa seorang anak yg mereka harapkan benar2 membuat mereka kecewa dan hati mereka hancur.
Ya, keadaan yg benar2 miris.. Saat sang anak memberi mereka harapan untuk lulus kuliah, wisuda lalu bekerja untuk membahagiakan orang tuanya. Orang tua yg selalu memberi semangat. Orang tua yg tak kenal lelah memberi semangat pada anak yg satu ini.
Anak ini kuliah diperguruan swasta di Bandung. Sebenarnya dariawal kuliah dia sudah merasakan tidaknyaman dengan keadaan kampus dan jurusan yg dia pilih. Ini memang keasalahan si anak yg menyanggupi apa yg orang tua tanyakan sebelum dia kuliah.
Mereka bertanya, "apa kamu mau kuliah disitu?" Sanggup dengan jurusan yg dipilih?"
Si anak langsung mengiyakannya. Dengan alasan (berkata didalam hati) kuliah ditempat itu murah, karena partner dari ayahnya si anak dan karena jurusan tersebut terlihat mudah dimata si anak pada saat itu. Walaupun dalam hati kecil si anak tersebut mengatakan mungkin kedepannya tidak akan berjalan lancar.
Benar saja. Saat mengikuti kuliah si anak benar2 tidak nyaman dengan jurusan yg iya pilih. Tapi dia tidak pernah bilang ke orangtuanya karena dia tidak mau orangtuanya terbebani. Bila mereka menanyakan soal kuliah. Pasti dia jawab "ya begitulah" sambil tersenyum.
Nilai2 kuliah si anak tidak pernah mengecewakan. Mungkin karena terpaksa untuk mendapatkan nilai bagus walaupun hanya mengandalkan SKS (sistem kebut semalam) pada saat UTS dan UAS. Dan tugas pun dia kerjakan pada saat mendekati deadline. Ya selama 4 tahun itu yg dilakukan si anak di dunia perkuliahan. Dia benar2 tidak pernah serius di masa tersebut.
Waktu skirpsi pun tiba. Disinilah kesalahan yg benar2 fatal yg dilakukan anak tersebut. Dia tidak serius dalam mengerjakan tugas akhir ini. Dari memilih judul, praktek kerja, bimbingan, sampai mengerjakan laporan.
Saya bahas yg praktek kerja. Saat itu ayah si anak merupakan salah satu petinggi di perusahaannya. Si anak yg memang tidak serius dari awal sudah pasi memilih praktek kerja di tempat ayahnya. Walaupun dia tidak pernah hadir, tetapi dia bisa dengan mudah mendapatkan nilai "A" dari kerja praktek tersebut.
Lalu soal bimbingan. Si anak kebetulan mendapatkan dosen pembimbing yg sering keluar kota bahkan keluar pulau. Dan itu bagaikan hadiah baginya karena dosen tersebut mengatakan "kerjakan saja skripsinya, masalah tanda tangan berapa kali mah gampang". Tentu si anak senang dengan perkataan dosen tersebut.
Bimbingan hanya beberapa kali, tidak praktek kerja, dan selama lebih 3 bulan dia bebas dari skripsi. parah bukan?
Akan tetapi dia menjadi terlalu santai daaaan benar2 santai. sampai dimana skripsi itu harus beres dan mendekati deadline, dia tidak sanggup mengerjakannya.
Ini memang sudah dia perkirakan dari awal. Sehingga dia bisa mengikuti Skripsi ulang pada tahun yg sama. Akan tetapi dia mengulangi kesalahan yg sama. Sampai skripsi ketiga kalinya pun sama. Pihak kampus hanya memberikan 3 kali skripsi, jika ketigakalinya gagal, maka anak itu dinyatakan Drop Out.
Tetapi, ayah si anak merupakan partner bisnis perguruan tinggi tersebut. Ayahnya memninta 1 kali kesempatan ke perguruan tinggi tersebut agar si anak bisa mengikuti skripsi dan lulus S1.
Ya, ada kelegaan dari orang tua si anak saat perguruan tinggi mengabulkan permintaan tadi. Dan si anak diberi waktu 2 bulan untuk membereskan skirpsi
Skripsi ke 4 pun si anak menyanggupi'nya. padahal ayahnya memberi pilihan untuk kuliah di universitas lain atau melanjutkan skripsi tersebut. Tetapi karena si anak ingin membuktikan bahwa dia bisa (mungkin lebih tepatnya ingin terlihat bisa). Dia pun memilih skirpsi tersebut.
Masalah mulai terjadi. Si anak kewalahan mengerjakan skripsi yg 2 bulan tersebut. Tentang praktek kerja? ya tidak mungkin dia lakukan. Dia mengendalkan ayahnya lagi untuk mendapatkan nilai praktek kerja.
Tentang bimbingan? Ini puncaknya, dimana pihak kampus menghubungi ayahnya karena anaknya hanya beberapa kali bimbingan pada saat skirpsi yg sekarang.
Dia merasa sudah tidak ada semangat untuk membereskan kuliah disana. Akan tetapi dia benar2 menginginkan orang tuanya bangga, dia menginginkan orang tuanya bahagia melihat si anak sukses.
Si anak benar2 bingung mengapa dia melakukan kesalahan yg sama, mengapa support dari orang tua dan pacar tidak mempan kepadanya. Semangatnya benar2 down, dia menangis, orang tuanya menangis dan dia mengecewakan orang2 terdekatnya yg sudah memberi semangat kepadanya.
Dia selalu bertanya, "Support macam apa yg dapat merubah saya?"
sekarang mungkin sudah terlambat untuk menanyakan hal tersebut.
Dia hanya memberi harapan palsu pada semuanya.
Di usia 24 tahun dia benar2 membuat kecewa orang tuanya.
Tetapi ayah si anak yang benar-benar bijak ini mengatakan...
"Ayah sangat sedih, tapi kita tidak perlu larut dan lebih baik memikirkan langkah dinamis apa yang mesti kita ambil. Kita lakukan dengan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan yang terabik. Kamu dekatkan diri dengan Allah, kita minta kekuatan memperoleh jalan keluar yang terbaik."
Itu yang dikatakan ayahnya.
Si anak benar2..... aaarrgh apa yang telah dia lakukan! dia sangat beruntung masih mempunyai ayah yang begitu bijak! Lalu mengapa selama ini dia membuat sakit hati orang tuanya! Dia anak yang durhaka...
Menyia-nyiakan waktu, waktu yang tidak bisa diulang. Kenapa bisa sampai terjadi seperti ini? sampai 4 kali dia melakukan kesalahan? tidak ada yang tau. Kurang support atau semangat? rasanya tidak, malah dia mendapatkan lebih dari dari itu. Soal ibadah? dia selalu berdoa, setelah sholat dia mendoakan kesehatan, keselamatan, dan rejeki yg halal untuk orang tua dan orang yg dia sayangi, jalan yang terbaik dari Allah dan petunjuk dari-Nya.
Lalu apa yang kurang? Apa yang ada pada diri si anak tersebut sehingga tega menyakiti orang yang sayang kepadanya? Apakah dengan kejadian diatas akan membuat si anak jera? Ya harus! Dia harus berubah apapun alasannya!
Dia harus membuat bangga orang disekitarnya apapun alasannya!
Dia harus meraih masa depan yang sukses dimana kejadian yang telah dia lalui menjadi guru baginya....
Ya, keadaan yg benar2 miris.. Saat sang anak memberi mereka harapan untuk lulus kuliah, wisuda lalu bekerja untuk membahagiakan orang tuanya. Orang tua yg selalu memberi semangat. Orang tua yg tak kenal lelah memberi semangat pada anak yg satu ini.
Anak ini kuliah diperguruan swasta di Bandung. Sebenarnya dariawal kuliah dia sudah merasakan tidaknyaman dengan keadaan kampus dan jurusan yg dia pilih. Ini memang keasalahan si anak yg menyanggupi apa yg orang tua tanyakan sebelum dia kuliah.
Mereka bertanya, "apa kamu mau kuliah disitu?" Sanggup dengan jurusan yg dipilih?"
Si anak langsung mengiyakannya. Dengan alasan (berkata didalam hati) kuliah ditempat itu murah, karena partner dari ayahnya si anak dan karena jurusan tersebut terlihat mudah dimata si anak pada saat itu. Walaupun dalam hati kecil si anak tersebut mengatakan mungkin kedepannya tidak akan berjalan lancar.
Benar saja. Saat mengikuti kuliah si anak benar2 tidak nyaman dengan jurusan yg iya pilih. Tapi dia tidak pernah bilang ke orangtuanya karena dia tidak mau orangtuanya terbebani. Bila mereka menanyakan soal kuliah. Pasti dia jawab "ya begitulah" sambil tersenyum.
Nilai2 kuliah si anak tidak pernah mengecewakan. Mungkin karena terpaksa untuk mendapatkan nilai bagus walaupun hanya mengandalkan SKS (sistem kebut semalam) pada saat UTS dan UAS. Dan tugas pun dia kerjakan pada saat mendekati deadline. Ya selama 4 tahun itu yg dilakukan si anak di dunia perkuliahan. Dia benar2 tidak pernah serius di masa tersebut.
Waktu skirpsi pun tiba. Disinilah kesalahan yg benar2 fatal yg dilakukan anak tersebut. Dia tidak serius dalam mengerjakan tugas akhir ini. Dari memilih judul, praktek kerja, bimbingan, sampai mengerjakan laporan.
Saya bahas yg praktek kerja. Saat itu ayah si anak merupakan salah satu petinggi di perusahaannya. Si anak yg memang tidak serius dari awal sudah pasi memilih praktek kerja di tempat ayahnya. Walaupun dia tidak pernah hadir, tetapi dia bisa dengan mudah mendapatkan nilai "A" dari kerja praktek tersebut.
Lalu soal bimbingan. Si anak kebetulan mendapatkan dosen pembimbing yg sering keluar kota bahkan keluar pulau. Dan itu bagaikan hadiah baginya karena dosen tersebut mengatakan "kerjakan saja skripsinya, masalah tanda tangan berapa kali mah gampang". Tentu si anak senang dengan perkataan dosen tersebut.
Bimbingan hanya beberapa kali, tidak praktek kerja, dan selama lebih 3 bulan dia bebas dari skripsi. parah bukan?
Akan tetapi dia menjadi terlalu santai daaaan benar2 santai. sampai dimana skripsi itu harus beres dan mendekati deadline, dia tidak sanggup mengerjakannya.
Ini memang sudah dia perkirakan dari awal. Sehingga dia bisa mengikuti Skripsi ulang pada tahun yg sama. Akan tetapi dia mengulangi kesalahan yg sama. Sampai skripsi ketiga kalinya pun sama. Pihak kampus hanya memberikan 3 kali skripsi, jika ketigakalinya gagal, maka anak itu dinyatakan Drop Out.
Tetapi, ayah si anak merupakan partner bisnis perguruan tinggi tersebut. Ayahnya memninta 1 kali kesempatan ke perguruan tinggi tersebut agar si anak bisa mengikuti skripsi dan lulus S1.
Ya, ada kelegaan dari orang tua si anak saat perguruan tinggi mengabulkan permintaan tadi. Dan si anak diberi waktu 2 bulan untuk membereskan skirpsi
Skripsi ke 4 pun si anak menyanggupi'nya. padahal ayahnya memberi pilihan untuk kuliah di universitas lain atau melanjutkan skripsi tersebut. Tetapi karena si anak ingin membuktikan bahwa dia bisa (mungkin lebih tepatnya ingin terlihat bisa). Dia pun memilih skirpsi tersebut.
Masalah mulai terjadi. Si anak kewalahan mengerjakan skripsi yg 2 bulan tersebut. Tentang praktek kerja? ya tidak mungkin dia lakukan. Dia mengendalkan ayahnya lagi untuk mendapatkan nilai praktek kerja.
Tentang bimbingan? Ini puncaknya, dimana pihak kampus menghubungi ayahnya karena anaknya hanya beberapa kali bimbingan pada saat skirpsi yg sekarang.
Dia merasa sudah tidak ada semangat untuk membereskan kuliah disana. Akan tetapi dia benar2 menginginkan orang tuanya bangga, dia menginginkan orang tuanya bahagia melihat si anak sukses.
Si anak benar2 bingung mengapa dia melakukan kesalahan yg sama, mengapa support dari orang tua dan pacar tidak mempan kepadanya. Semangatnya benar2 down, dia menangis, orang tuanya menangis dan dia mengecewakan orang2 terdekatnya yg sudah memberi semangat kepadanya.
Dia selalu bertanya, "Support macam apa yg dapat merubah saya?"
sekarang mungkin sudah terlambat untuk menanyakan hal tersebut.
Dia hanya memberi harapan palsu pada semuanya.
Di usia 24 tahun dia benar2 membuat kecewa orang tuanya.
Tetapi ayah si anak yang benar-benar bijak ini mengatakan...
"Ayah sangat sedih, tapi kita tidak perlu larut dan lebih baik memikirkan langkah dinamis apa yang mesti kita ambil. Kita lakukan dengan keyakinan bahwa Allah akan memberi jalan yang terabik. Kamu dekatkan diri dengan Allah, kita minta kekuatan memperoleh jalan keluar yang terbaik."
Itu yang dikatakan ayahnya.

Si anak benar2..... aaarrgh apa yang telah dia lakukan! dia sangat beruntung masih mempunyai ayah yang begitu bijak! Lalu mengapa selama ini dia membuat sakit hati orang tuanya! Dia anak yang durhaka...

Menyia-nyiakan waktu, waktu yang tidak bisa diulang. Kenapa bisa sampai terjadi seperti ini? sampai 4 kali dia melakukan kesalahan? tidak ada yang tau. Kurang support atau semangat? rasanya tidak, malah dia mendapatkan lebih dari dari itu. Soal ibadah? dia selalu berdoa, setelah sholat dia mendoakan kesehatan, keselamatan, dan rejeki yg halal untuk orang tua dan orang yg dia sayangi, jalan yang terbaik dari Allah dan petunjuk dari-Nya.
Lalu apa yang kurang? Apa yang ada pada diri si anak tersebut sehingga tega menyakiti orang yang sayang kepadanya? Apakah dengan kejadian diatas akan membuat si anak jera? Ya harus! Dia harus berubah apapun alasannya!
Dia harus membuat bangga orang disekitarnya apapun alasannya!
Dia harus meraih masa depan yang sukses dimana kejadian yang telah dia lalui menjadi guru baginya....
Quote:
Mungkin cerita diatas bisa membuat pelajaran untuk anak2 yang lain yang masih mempunyai orang tua. Yang telah membimbing kita dari kecil, merawat kita dari kecil sampai sekarang ini. Hargai perjuangan mereka, jaga hati mereka, hormati mereka. Karena yang mereka minta ke anaknya bukanlah materi atau hal lain, melainkan mereka ingin melihat anaknya sukses, mereka ingin melihat dimasa depan, anak yang mereka didik dari kecil itu sukses.
Dan untuk para orang tua, mungkin ada yang jarang sharing dengan si anak. Coba untuk mendekatkan diri dengan dia, walaupun si anak terlihat baik2 saja. Tapi tidak ada salahnya jika orang tuanya curiga (secara positif). Orang tua tidak perlu memberikan pelajaran langsung pada si anak. Cukup dengan sharing saja. Transparansi antara anak dan orang tua memang sangat penting. Apalagi menyangkut hal2 seperti diatas.
Dan untuk para orang tua, mungkin ada yang jarang sharing dengan si anak. Coba untuk mendekatkan diri dengan dia, walaupun si anak terlihat baik2 saja. Tapi tidak ada salahnya jika orang tuanya curiga (secara positif). Orang tua tidak perlu memberikan pelajaran langsung pada si anak. Cukup dengan sharing saja. Transparansi antara anak dan orang tua memang sangat penting. Apalagi menyangkut hal2 seperti diatas.
Quote:
Sekian cerita yang cukup panjang dari saya. Maaf apabila ada kata2 yang salah atau tidak berkenan. Terimakasih. Wassalam.
Sumber : Stories from My Heart
Sumber : Stories from My Heart

Diubah oleh limaratus1 21-11-2013 09:14


anasabila memberi reputasi
1
3K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan