Kaskus

News

turtlejuniorAvatar border
TS
turtlejunior
Standar Pelayanan Minimal TransJakarta Suatu Keharusan
"Jika tidak dilakukan, akan kehilangan momentum mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi."

Standar Pelayanan Minimal TransJakarta Suatu Keharusan

Seperti biasa, suasana sore di salah satu ruas jalan di Jakarta terlihat padat dan sangat semrawut. Antrean kendaraan yang cukup panjang membuat para pengendara saling tak sabar untuk mendahului kendaraan di depannya. Sahut-sahutan suara klakson bercampur dengan deru kendaraan yang terkadang dibumbui asap hitam dari knalpot kendaraan.

Seorang pengendara sepeda motor yang hilang kesabaran mulai berinisiatif mengambil sisi kiri jalan dan melintas masuk menaiki trotoar. Hal itu membuat sejumlah sepeda motor lainnya ikut melintas di atas trotoar. Beberapa pejalan kaki yang ada di atas trotoar justru mengalah dan sedikit menepi seolah mempersilakan beberapa sepeda motor itu melintas.

Di sisi kanan jalan, jalur TransJakarta yang kosong melompong sangat memancing para pengendara untuk melintasi jalur tersebut. Namun, sepertinya tak ada yang berani melanggar lantaran gencarnya aparat kepolisian merazia para penerobos jalur khusus tersebut. Terlebih ada rencana untuk memberlakukan sanksi denda maksimal bagi siapa saja yang melanggar.

Ketidaknyamanan yang terlihat pada Sabtu (16/11) itu tidak hanya dialami para pengguna kendaraan pribadi. Warga Jakarta yang menggunakan kendaraan umum, seperti angkutan kota (angkot) dan bus kota pun harus merasakan macet yang bercampur dengan padatnya penumpang di dalam angkutan. Padahal hari itu bukan hari kerja, saat sebagian besar warga kota beraktivitas di luar rumah.

Sebagian warga yang ingin mendapatkan kenyamanan lebih memilih menggunakan TransJakarta. Hal itu dilakukan untuk mempercepat waktu karena tidak harus berurusan dengan kemacetan. Terlebih setiap armada TransJakarta sudah dipasangi pendingin udara demi memberikan kenyamanan penumpangnya.

Alih-alih mencari solusi atas ketidaknyamanan itu, banyak penumpang TransJakarta yang justru mengeluhkan lamanya antrean di halte. Belum lagi padatnya penumpang di dalam bus membuat beberapa calon penumpang mengurungkan niat untuk naik dan lebih memilih menunggu bus yang selanjutnya.

Hal tersebut salah satunya terlihat di Halte TransJakarta JCC Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu. Seorang penumpang bernama Firman (19) memutuskan kembali ke halte lantaran penuh sesaknya situasi di dalam TransJakarta.

"Saya sudah lihat kalau di dalam bus itu penuh, tetapi karena menunggu lama, jadi saya paksakan masuk. Eh ternyata begitu masuk malah nggak muat, pintu jadi tidak bisa tertutup. Karena itu saya keluar lagi," ujarnya.

Pantauan SH di halte berbeda, tepatnya di Halte UKI, Cawang, Jakarta Timur, situasinya tak kalah ruwet dengan Halte JCC, Senayan. Di halte ini terlihat puluhan penumpang mengantre dan menumpuk di salah satu pintu di halte tersebut. Beberapa penumpang terlihat mengeluarkan kepala ke luar pintu untuk melihat apakah TransJakarta yang ditunggunya sudah datang atau belum.

Seorang penumpang bernama Chandra (30) mengaku situasi tersebut membuatnya merasa tidak nyaman. Meski tidak rutin naik TransJakarta, ia mengaku kerap melihat padatnya antrean seperti itu saat melintas di sejumlah halte. "Biasanya saya naik motor, tapi karena ini Sabtu, saya kira situasinya lebih sepi. Jadi saya naik busway, ternyata sama saja seperti hari-hari biasanya," ucapnya.

Selanjutnya, ia berharap gencarnya sterilisasi jalur TransJakarta dapat diiringi peningkatan kenyamanan bagi pengguna TransJakarta.

Ia mengatakan, sterilisasi jalur TransJakarta yang digencarkan akhir-akhir ini membuat jalur reguler jauh lebih macet dari sebelumnya. Oleh karena itu, Chandra melanjutkan, jika tujuannya memang ingin memaksa warga beralih dari kendaraan pribadi ke angkutan umum, kualitas angkutan umum, termasuk TransJakarta harus ditingkatkan.

"Kalau situasinya begini terus, ya sama saja. Orang-orang juga malas naik TransJakarta, apalagi naik angkot," keluhnya. Warga Pondok Kopi, Jakarta Timur ini melanjutkan, paling tidak upaya memberikan kenyamanan warga Jakarta dilakukan dengan penambahan armada TransJakarta dan perbaikan armada angkutan umum, seperti angkot dan bus kota.

Dihubungi SH melalui telepon selulernya, Minggu (17/11), Pengamat Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, membenarkan sterilisasi jalur TransJakarta saat ini menambah kemacetan di Jakarta. Namun, ia mengatakan hal itu memang harus dilakukan untuk menyelamatkan fungsi dan tujuan TransJakarta itu sendiri. "Jika aturan ini tidak ditegakkan, kami merusak dan menghilangkan TransJakarta. Kalau tidak ditindak maka TransJakarta tidak akan maksimal," tuturnya.

Yayat mengatakan, sterilisasi tersebut juga memang secara tidak langsung memaksa warga untuk pindah ke angkutan umum. Namun menurutnya, sampai saat ini persoalan kualitas angkutan umum dan terbatasnya armada TransJakarta belum terselesaikan. Oleh karena itu, ia melanjutkan, sterilisasi dan keluhan kemacetan yang ada saat ini semestinya dimanfaatkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk menyelesaikan dua persoalan tersebut.

"Angkutan umum harus segera dibenahi dan diperbaiki kualitasnya. Penambahan armada TransJakarta juga harus segera dilakukan. Semestinya juga buat Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk TransJakarta. Lewat SPM itu, tentukan headway. Ya paling tidak selambat-lambatnya 15 menit bus sudah ada agar penumpang tidak menunggu lama," ujarnya.

Ia menambahkan, penerapan SPM ini jika memungkinkan harus diatur dalam Pergub DKI. Menurutnya, jika dua persoalan tersebut tidak segera diselesaikan, Pemprov DKI akan kehilangan momen untuk mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Kepala Unit Pengelola TransJakarta, Pargaulan Butarbutar membenarkan masih kurangnya armada yang beroperasi saat ini. Ia mengungkapkan, dari 570 armada yang tersedia, hanya sekitar 470 armada yang beroperasi. Sementara 100 armada lainnya dijadikan cadangan ataupun dalam kondisi rusak.

Menurutnya, jumlah 470 armada tersebut pun jauh dari jumlah yang dibutuhkan. "Agar headway tidak terlalu lama, armada yang dibutuhkan 1.829 bus. Itu kalau bus gandeng, kalau single, harus dikali dua lagi dari jumlah tersebut," Pargaulan menjelaskan.

Sumber: Sinar Harapan


Miris gan, aturan seharusnya diimbangi dgn solusi/alternatif pilihan yg mendukung aturan tersebut. Misalnya, dilarang melakukan sex bebas, tapi ada solusi/pilihan silahkan menikah sahaja.

emoticon-Blue Guy Cendol (L)
0
2.3K
17
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan