Alhamdulillah, malam ahad kemarin saya mendapatkan suatu analogi dan gambaran yang sangat menarik dari kajiah 20 menit yang diadakan di Masjid Manarul Amal Meruya. Dimana digambarkan suatu derajat atau tingkatan antara Malaikat, Manusia dan Binatang.

Pertama,Malaikat adalah makhluk yang tanpa dosa dan tanpa salah. Kenapa demikian? karena malaikat diberikan “akal” namun tidak diberikan “nafsu”. Jadi wajar saja apabila malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah berbuat salah.

Kedua, Binatang diciptakan oleh Allah kemudian diberikan “nafsu” saja, tanpa “akal”. Jadi wajar saja kalau ada kucing ketika sedang kimpoi kejar-kejaran di atas atap rumah kita kemudian membuat genteng kita hancur, wajar saja ada ayam yang kimpoi di depan Masjid, dan wajar saja ada kuda pergi kemanapun tidak pakai celana.


Ketiga,Allah menciptakan manusia lengkap dengan “akal” dan “nafsu”. Jadi wajar jikalau manusia berbuat salah, namun manusia diberikan akal, ya jangan berbuat salah terus dong. Rasulullah SAW bersabda “Setiap anak adam sering berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang orang yang bertaubat” (Hadist Shahih Riwayat Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah dan ad Darimi).

1. Ketika manusia berbuat maksiat atau dalam hal ini “akal”nya kalah dengan “nafsu”nya, itu artinya manusia lebih hina daripada binatang, karena manusia diberikan “akal” sedangkan binatang tidak.
   
   • Terkadang kita manusia berakal berpakaian tapi seperti telanjang
     
   • Terkadang kita manusia berakal tahu bahwa kematian itu pasti dan datang tidak terduga, tapi kita lalai dan terus bermaksiat
     
   • Sanggupkah ketika malaikat pencabut nyawa datang, kita berkata "Tidak, Aku tidak mau mati"
     
   
   
2. Kemudian ketika manusia bisa memenangkan “akal”nya daripada “nafsu”nya, dalam hal ini manusia yang bertaqwa kepada Allah. Maka manusia itu lebih hebat dari malaikat, karena malaikat tidak diberikan nafsu.
   
   • Simaklah kisah Nabi Yusuf AS, walaupun digoda oleh wanita yang cantik, derajatnya tinggi, di dalam sebuah kamar yang tertutup dan tak seorangpun tahu. Sedangkan ketika itu Nabi Yusuf hanyalah pemuda biasa yang tinggal di negeri orang (biasanya ketika kita tidak berada di kampung sendiri tidak begit malu jika bermaksiat, karena tidak ada yang mengenal). Namun Nabi Yusuf menahan nafsunya, menolak dan lari dari godaan wanita cantik itu, karena takut Allah
   
   

Marilah kita sama-sama lebih mengedepankan akal kita ketimbang selalu menuruti hawa nafsu, mudah-mudahan sharing ini bisa bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penulis sendiri yang tentu banyak memiliki dosa. Jika ada kata-kata yang salah atau kurang berkenan mohon dimaafkan, semua yang baik datangnya dari Allah. Wallahu a’lam bish-shawab

Tulisan ini juga bisa dibaca di