- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Pendapat Kaskuser, Apa Kata Deddy Corbuzier
TS
bosokerto
Pendapat Kaskuser, Apa Kata Deddy Corbuzier
Via Soundcloud
ternyata banyak kaskuser yg belum pernah nyetel soundcloud.
jadi ane kasih via Youtube.
Spoiler for Via Youtube:
Ternyata, banyak juga kaskuser yg nggak kuat wafer.nih,ane kasih dalam bentuk teks untuk dibaca.
Spoiler for teks:
PENTINGKAH SEKOLAH??? (By: Deddy Corbuzier)
Sekitar empat tahun yang lalu saya mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama, dan hasilnya amat sangat mengguncang sekolah tersebut, karna setelah itu banyak guru dan kepala sekolah yang datang kepada saya mengatakan bahwa, apa yang saya sampaikan tidak pantas disampaikan kepada murid yang datang pada saat itu, karna saya lebih pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.
Tapi saya akan mengatakan lagi hal ini ke anda supaya anda dapat mendengarkan apa yang saya sampaikan pada saat itu walaupun dalam waktu yang singkat karna hanya dalam bentuk suara rekaman suara saya.
Pertama, saya ingin mengatakan dulu bahwa sekolah itu, “penting”. Ok?
Jadi, bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke sana larinya. Tapi saya ingin mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.
Mengapa?
Begini saja... Anda pasti tau bahwa banyak sekali anak2 yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan anak2 yang sukses di sekolah, saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang akhirnya kerja, menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah.
Kalo anda liat dari, apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak2nya menjadi guru.
Jadi, guru matematika, ingin membuat anak2nya menjadi guru matematika. Guru sejarah ingin membuat anak2nya yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga dengan guru2 lainnya.
Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, guru matematika. Lalu, kita beri test tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti dia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.
Lalu mengapa, kalau guru2 tersebut tidak bisa melakukan hal lain dengan nilai baik, tapi murid2nya dipaksakan mendapatkan semua nilainya baik. Aneh kan???
Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran.
Ya, mungkin untuk dasar, katanya.
Tapi, toh ternyata ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia tidak menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada saat dia kecil. Iya tidak???
Karna, pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu juga murid2.
Murid2 tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran2 yang diberikan dan tidak digunakan ketika dewasa.
Contohnya begini saja, mempelajari peta buta. Saya sampai sekarang tidak tau kenapa saya harus mempelajari peta buta ketika saya kecil. Saya tidak menjadi ahli geografi, saya juga tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu mempelajari itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin menjadi seorang ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.
Atau, menghafalkan nama2 gubernur, menghafalkan nama2 walikota, yang sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.
Jadi, sangat amat tidak masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu sekarang masih atau tidak harus menghafal nama2 tersebut. Dulu saat saya masih sekolah, di SMP atau SMA saya lupa, guru akuntan saya mengatakan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
“Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses.”
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu adalah fakta..
Sekarang, begini sajalah, apa sih yang harus dirubah? Sekolahnya?
Mungkin sistemnya.
Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang dia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Kalau anak tersebut suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.
Jadi seperti orang kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu sudah dijuruskan kepada apa yang dia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang dia suka atau tidak suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa menghafalkan semuanya, tapi begitu dia menjadi dewasa, pikirannya telah terkotaki, kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.
Kenapa?
Karna yang dipakai hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal.
Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya anak2 tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya jelek karna otak kanannya tidak dipakai.
Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD, anak saya sudah diarahkan ke pelajaran mana yang dia lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya banyak dan anaknya sendiri yang datang ke kelas bukan gurunya yang datang ke kelas untuk mengajar anaknya.
Lalu bagaimana merubah itu semua???
Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu saat bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini orangtua, dengarkan ini baik2.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini adalah anak2, minta orangtua anda untuk mendengarkan suara saya, sebentar saja.
Kalau seandainya orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata pelajaran, mungkin dia akan menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.
Bagaimana caranya?
Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di lesi di rumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les tambahan matematika?
Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka tidak suka.
Kalau seni rupanya jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek, pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan. Memang ada pelajaran2 yang kalau nilai anda jelek maka anda tidak lulus ujian atau tidak naik kelas.
Ya, kalo pelajaran2 seperti itu dibantu supaya mendapatkan nilai secukupnya, cukup untuk lulus & naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.
ingat! nilai pelajaran anda tidak menentukan masa depan anda, nilai UAS anda tidak menentukan masa depan anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan berhasil menjadi manusia kelak ketika anda dewasa, sama sekali tidak berhubungan menurut saya.
Kuncinya adalah orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka. Kalau ada pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik...
Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya jelek menjadi bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!
Tidak perlu takut untuk mendapatkan nilai jelek!
Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!
Ada lho, anak yang sampai bunuh diri karna dia tidak naik kelas, justru itu yang hancur masa depannya.
Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada saat itu. Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa seperti itu.
Tapi itulah yang saya harapkan dari para orangtua di Indonesia. Memberikan dukungan pada anak2nya, tidak memarahi anak pada saat nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada saat tidak semua pelajaran nilai sang anak mendapatkan yang terbaik. Kita harus mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.
Ingat sekali lagi bahwa,
Masa depan anda tidak tergantung pada pintar tidaknya anda di sekolah
Masa depan anda tidak tergantung pada anda naik kelas atau tidak naik kelas
Masa depan anda juga tidak tergantung dari nilai rapor anda.
Masa depan anda sebenarnya tergantung pada kemampuan anda bersosialisasi,
Masa depan anda tergantung pada cara dan sikap anda dalam menambah pengetahuan anda setiap harinya dari mana saja. Dari majalah, dari internet, bari buku, dari cerita dari pengalaman2 orang, dari mana saja yang anda sukai.
Saya punya teman yang waktu kecilnya dikenal jelek karna suka main game, dan sekarang, dia menjadi pemilik toko game terbesar di Indonesia. Kaya raya.
Masa depan anda, tidak tergantung dari nilai sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang2, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.
(Saya Deddy Corbuzier)
Pendapat Agan-Agan
Spoiler for pendapat:
Quote:
Original Posted By mukaasem►buset, ane setuju banget ama si dedi, ane kaga bisa mtk napa masih dipaksa belajar mtk.
ini harus didengerin sama pihak sekolah kalo bisa sama dinas pendidikan biar pada cengo.
dan baru tau ane si botak pernah ga naek kelas
nice trit gan ane bantu rate aja sori blom iso
ini harus didengerin sama pihak sekolah kalo bisa sama dinas pendidikan biar pada cengo.
dan baru tau ane si botak pernah ga naek kelas
nice trit gan ane bantu rate aja sori blom iso
Quote:
Original Posted By jra15►Ane dah pernah denger gan ini ...
bener sih kata om deddy,, tapi klo buat ane udah telat gan, buat pembelajaran ngurusin anak kedepan aja biar gak ngrasain kaya ane
bener sih kata om deddy,, tapi klo buat ane udah telat gan, buat pembelajaran ngurusin anak kedepan aja biar gak ngrasain kaya ane
Quote:
Original Posted By janterlin►astagaa.........benerr bgt agan,,ane secara ga langsung kena efek ny
mas dedi jempoll
ane bingunggg skrg ni mau fokus ke bidang apa,
mas dedi jempoll
ane bingunggg skrg ni mau fokus ke bidang apa,
Quote:
Original Posted By wimcenzo►Benul apa kata si Deddy,.....tau potensi sejak dini, di arahin, didukung membuat siswa jd lebih semangat......moga bisa di denger para kepala sekolah.syukur2 smp menteri pendidikan.
Quote:
Original Posted By oztimus.prime►nais trit gan.. Mangtabss
pelajaran yg berharga & patut dicontoh buat ane sbg ortu jg untuk para ortu2 muda lain yg anak2nya msh kecil,jgn sampe salah didik,jgn sampe sllu anak yg salah klo nilai pelajaran mereka jelek,jgn sampe merehmehkan hobi anak. Inget,yg ditekankan oleh Om Deddy dsni adalah IQ (intelligence quotient) itu penting tapi EQ (emotional quotient) lebih penting.
Thanks beud for Om Deddy
Thanks beud for agan TS
pekiwan ya gan klo nemu komen ane..hehehe
pelajaran yg berharga & patut dicontoh buat ane sbg ortu jg untuk para ortu2 muda lain yg anak2nya msh kecil,jgn sampe salah didik,jgn sampe sllu anak yg salah klo nilai pelajaran mereka jelek,jgn sampe merehmehkan hobi anak. Inget,yg ditekankan oleh Om Deddy dsni adalah IQ (intelligence quotient) itu penting tapi EQ (emotional quotient) lebih penting.
Thanks beud for Om Deddy
Thanks beud for agan TS
pekiwan ya gan klo nemu komen ane..hehehe
Quote:
Original Posted By [ sensor ;528aca1c1acb174a77000005]susah sih... kita uda ada di "comfort zone" , jadi kalo terima sedikit aja perubahan, langsung banyak yang protes...
Quote:
Original Posted By blowboyyz►ssetuju banget ma kong dedy......sekolah sekarang ga bisa memunculkan kreatifits dari anak.....pengalaman ane malah lebih bermutu guru jaman ane dulu ane masi h inget tuh sekelas diajak pak guru ke pinggir jalan hanya buat nerangin alat alat transportasi jadi kita udah punya gambaran...guru sekarang boro boro....padahal alat peraga sekarng kan canggih canggih...ane salut tuh ma guru matematika di salah satu smpn di jawa tengah yang pernah masuk ke acar hitam putih dia bela belain buat alat peraga sendiri demi siswanya mencintai dn mudah memahami pelajaran matematika.....
Quote:
Original Posted By josephthemighty►ada benernya gan,
nambahin:
selain pelajaran yang disuka, ada baiknya juga kalo pelajaran yang mendasar tetep diajarkan, BI, IPA, PPKn, Matematika tapi sebatas pengetahuan yang mendasar saja, tidak detil tidak apa-apa, asal tau, biar gak nol gan pengetahuan di bidang itu,
terus untuk standar penentuan terhadap kemampuan seseorang diseragamkan, tidak hanya bukti tertulis seperti raport ato ijazah, tapi kemampuan aktualnya juga, soalnya kalo sistem sekolah sudah seperti yg di atas, tapi penilaian kemampuan masih berdasar bukti tertulis saja menurut saya masih kudang optimal.
sekian dari king.spartacus
nambahin:
selain pelajaran yang disuka, ada baiknya juga kalo pelajaran yang mendasar tetep diajarkan, BI, IPA, PPKn, Matematika tapi sebatas pengetahuan yang mendasar saja, tidak detil tidak apa-apa, asal tau, biar gak nol gan pengetahuan di bidang itu,
terus untuk standar penentuan terhadap kemampuan seseorang diseragamkan, tidak hanya bukti tertulis seperti raport ato ijazah, tapi kemampuan aktualnya juga, soalnya kalo sistem sekolah sudah seperti yg di atas, tapi penilaian kemampuan masih berdasar bukti tertulis saja menurut saya masih kudang optimal.
sekian dari king.spartacus
Quote:
Original Posted By goldenarwana►Bah ini dedy pikirannya gue banget
ane aja sd ga naik 2x
smp pas2an
sma amburadul asal lulus
kuliah mentok D1
intinya gua ga suka belajar...
interes gue saat itu pengen jadi tour guide ...
intinya gue pengen jalan2 dengan gaji tetap
sayang orangtua ga meengerti kemauan ane
akhirnya cita2 saya kandas sampe sekarang
ane kebawa alur menjadi pedagang seperti basic ortu ane
ane ga mau nanti anak ane kayak ane....
maju terus om dedy saya setuju dgn pendapat anda
bini ane S1 sekarang kerjanya anter jemput anak
ane aja sd ga naik 2x
smp pas2an
sma amburadul asal lulus
kuliah mentok D1
intinya gua ga suka belajar...
interes gue saat itu pengen jadi tour guide ...
intinya gue pengen jalan2 dengan gaji tetap
sayang orangtua ga meengerti kemauan ane
akhirnya cita2 saya kandas sampe sekarang
ane kebawa alur menjadi pedagang seperti basic ortu ane
ane ga mau nanti anak ane kayak ane....
maju terus om dedy saya setuju dgn pendapat anda
bini ane S1 sekarang kerjanya anter jemput anak
komen lucu
Spoiler for komeng:
Quote:
Original Posted By neotoon►si corbuzier ini kok seperti tau segalanya ya,..magic tau, wingchun tau, diet tau, ng gym tau, mobil sport tau, cewe cakep tau , sampe pendidikan pun tau...
menurut ane pendidikan itu salah satu cara paling mudah buat sukses dari antara sekian banyak cara yg ada,..kenapa paling mudah ? karna ada trek2 nya yg jelas dan pasti tinggal di ikuti saja, coba kalo skolah bener s1 s2 s3 sampe beasiswa ke LN, bisa kerja di LN, apa itu ga termasuk sukses? diluar skolah juga bisa sukses cuma treknya tidak jelas, harus bikin sendiri, tapi intinya hidup ini yg penting keberuntungan dan nasib, mau skolah jungkir balik mau ga skolah klo emg bukan nasibnya ya belangsak aja
menurut ane pendidikan itu salah satu cara paling mudah buat sukses dari antara sekian banyak cara yg ada,..kenapa paling mudah ? karna ada trek2 nya yg jelas dan pasti tinggal di ikuti saja, coba kalo skolah bener s1 s2 s3 sampe beasiswa ke LN, bisa kerja di LN, apa itu ga termasuk sukses? diluar skolah juga bisa sukses cuma treknya tidak jelas, harus bikin sendiri, tapi intinya hidup ini yg penting keberuntungan dan nasib, mau skolah jungkir balik mau ga skolah klo emg bukan nasibnya ya belangsak aja
Ada yg ampe' terharu
Spoiler for mewek:
agan ini berbagi cerita.
Spoiler for cerita:
Quote:
Original Posted By paulflamingo►Ane juga mau cerita ah, ga seru kalau ga banyak cerita di pejwan. Hahaha
Dari kecil tuh ane udah lumayan suka sama yg namanya seni, mulai dari menggambar dan menyanyi. Bokap ane juga bekerja dibidang seni, bisa dibilang sih sebagai computer graphic artist. Kalau nyokap ane sih lebih ke arah akuntansi, ane kurang berminat di bidang itu.
Saat SD sih kemampuan eksak ane dibidang MTK dll lumayan bagus tapi lama kelamaan menurun sampai kelas 6D, mungkin bukan menurun tapi belum bisa mengikuti pelajaran yg ada.
Lalu masuk SMP tuh, disana juga mulai ruwet karena IPA dibagi menjadi Fisika, Kimia, dan Biologi, makin makin deh ane ga mudeng sama 3 pelajaran itu.
Tapi ane tetap memperjuangkan seni dan ane dari kecil udah diajak bokap mendengarkan lagu berbahasa Inggris jadi ane lumayan bisa berbahasa Inggris dan nilai pelajaran Bahasa Inggis juga bagus.
Berhubung ane juga udah mulai dikenalkan teknologi oleh bokap, alhasil pelajaran Teknologi Informasi & Komunikasi pun bisa ane pelajari dengan baik juga hasilnya baik.
Tapi sayangnya nilai ane untuk pelajaran IPA kurang begitu bagus, dan mulailah ane masuk SMA.
Di SMA pun ane emang kurang suka sama pelajaran IPA, tetapa aja suka sama English & Teknologi, berhubung udah mulai membahas kuliah juga ya ane mulai mencari bidang yg disukai.
Tapi yg ane tau kalau mau gampang masuk Universitas ya harus masuk IPA biar berasa kerja kerasnya saat belajar di SMA, akhirnya ane masuk IPA tapi nilai ane kurang begitu bagus.
Alhamdulillah, sekarang ane menjadi mahasiswa semester 3 disalah satu Universitas Swasta di Tangerang Selatan dengan jurusan Teknik Informatika (kalau Agan & Sista tau sih katanya Universitas yg ane tempati ini emang punya keunggulan dibidang Teknik Informatika).
Tapi tetap, omongan bokap ane untuk menjuruskan ane ke DKV tidak begitu ane dengar dan akhirnya ane menyesal karena tidak mematuhi bokap ane yg ternyata lebih tau ane sejak kecil.
Intinya sih lebih baik dibicarakan dulu dengan orangtua kalau masalah pendidikan, dan jangan lupa untuk tetap berpegang teguh kepada apa yg kita mau dan sukai karena setiap kegiatan memiliki nilai tersendiri.
Ane sangat salut dan setuju dengan Om Deddy di thread ini, semoga Pendidikan di Indonesia lebih baik dan benar.
Dari kecil tuh ane udah lumayan suka sama yg namanya seni, mulai dari menggambar dan menyanyi. Bokap ane juga bekerja dibidang seni, bisa dibilang sih sebagai computer graphic artist. Kalau nyokap ane sih lebih ke arah akuntansi, ane kurang berminat di bidang itu.
Saat SD sih kemampuan eksak ane dibidang MTK dll lumayan bagus tapi lama kelamaan menurun sampai kelas 6D, mungkin bukan menurun tapi belum bisa mengikuti pelajaran yg ada.
Lalu masuk SMP tuh, disana juga mulai ruwet karena IPA dibagi menjadi Fisika, Kimia, dan Biologi, makin makin deh ane ga mudeng sama 3 pelajaran itu.
Tapi ane tetap memperjuangkan seni dan ane dari kecil udah diajak bokap mendengarkan lagu berbahasa Inggris jadi ane lumayan bisa berbahasa Inggris dan nilai pelajaran Bahasa Inggis juga bagus.
Berhubung ane juga udah mulai dikenalkan teknologi oleh bokap, alhasil pelajaran Teknologi Informasi & Komunikasi pun bisa ane pelajari dengan baik juga hasilnya baik.
Tapi sayangnya nilai ane untuk pelajaran IPA kurang begitu bagus, dan mulailah ane masuk SMA.
Di SMA pun ane emang kurang suka sama pelajaran IPA, tetapa aja suka sama English & Teknologi, berhubung udah mulai membahas kuliah juga ya ane mulai mencari bidang yg disukai.
Tapi yg ane tau kalau mau gampang masuk Universitas ya harus masuk IPA biar berasa kerja kerasnya saat belajar di SMA, akhirnya ane masuk IPA tapi nilai ane kurang begitu bagus.
Alhamdulillah, sekarang ane menjadi mahasiswa semester 3 disalah satu Universitas Swasta di Tangerang Selatan dengan jurusan Teknik Informatika (kalau Agan & Sista tau sih katanya Universitas yg ane tempati ini emang punya keunggulan dibidang Teknik Informatika).
Tapi tetap, omongan bokap ane untuk menjuruskan ane ke DKV tidak begitu ane dengar dan akhirnya ane menyesal karena tidak mematuhi bokap ane yg ternyata lebih tau ane sejak kecil.
Intinya sih lebih baik dibicarakan dulu dengan orangtua kalau masalah pendidikan, dan jangan lupa untuk tetap berpegang teguh kepada apa yg kita mau dan sukai karena setiap kegiatan memiliki nilai tersendiri.
Ane sangat salut dan setuju dengan Om Deddy di thread ini, semoga Pendidikan di Indonesia lebih baik dan benar.
trim's untuk cendolnya...
Spoiler for cendol:
and trim's untuk gan yg dah kasi
ane jadi terharu
Sumber:
Spoiler for sumber:
0
49.6K
Kutip
604
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan